Leana, Gior, dan Diana turun ke lantai bawah untuk makam malam. Saat mereka sampai, Farrel dan Ranny telah duduk dan menunggu mereka. Meja telah dipenuhi oleh makanan yang mengundang selera. Mereka mulai bergelut dengan piring dan makanan.
"Leana, Diana, gimana kamarnya? Enak?" tanya Farrel disela-sela makan.
"Bagus, Om," ucap Diana dengan senyum terpaksa. Karena sejujurnya ia tidak menyukai kamarnya. Terlalu jauh dan pojok.
"Suka, Om. Gior juga yang atur tadi kamarnya," sambung Leana dan terkekeh.
"Kamar Diana paling bagus, Pa," sindir Gior. Diana mendelik saat mendengar perkataan Gior. Farrel dan Ranny mempercayai perkataan Gior tanpa curiga.
Mereka semua melanjutkan makan malam tanpa suara. Setelah mereka semua menghabiskan makan malam, Ranny dan Farrel pamit untuk ke kamar dan mengurus pekerjaan mereka. Begitu juga Diana, ia memilih pergi ke kamarnya dan tiada yang tahu ia ingin melakukan apa.
Gior dan Leana menaiki tangga rumah bersama. Gior tersenyum menatap Leana yang berjalan lebih dulu darinya. Pikirannya telah sangat jauh, tetapi tentu saja hal yang positif. Ia hanya berpikir, apakah ini yang akan ia rasakan jika ia sudah menikah dengan Leana?
Mereka berdua telah sampai di depan kamar mereka.
"Kamu udah mau tidur?" tanya Gior sambil bersandar di pintu kamar miliknya. Leana tersenyum dan menggeleng.
"Gak tau deh, mungkin iya," ucap Leana. Gior terkekeh menatap Leana.
"Mau ditemenin?" Gior mengerlingkan matanya. Tentu saja ia mendapat cubitan kecil dari Leana.
"Iya-iya aduh sakit!" Gior mendelik sebal. Leana hanya tertawa menatap reaksi Gior.
"Aku masuk ya," pamit Leana sambil bersiap untuk membuka pintunya.
"Iya, kalo kangen langsung masuk kamar aku aja gak apa-apa," ucap Gior cepat dan langsung masuk ke kamarnya. Ia melindungkan dirinya dari cubitan Leana.
Leana sudah memasuki kamarnya. Ia tersenyum malu-malu sambil menatap pintu kamarnya dari dalam. Kasur yang luas membuat dirinya ingin segera berbaring. Leana memeluk gulingnya dan menarik selimut. Ia berusaha untuk memejamkan matanya, tetapi ia tidak juga tertidur.
Leana meraih ponsel di dekatnya dan memainkannya beberapa saat. Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk dari ponselnya. Siapa lagi jika bukan Gior?
Kamu belom tidur, kan?
Udah, kok.
Terus ini siapa? Hantu?
Ih Gior! Jangan nakutin...
Perkataan Gior membuat Leana mengedarkan pandangannya dengan ngeri. Sosok-sosok aneh memasuki ruang kepala Leana. Ia segera masuk ke dalam selimutnya dengan ketakutan.
Sini kalo takut, sekarang!
Gak mau, apa kata orang entar?
Gak ada yang tau, Leana. Lagian ... emang kamu mikir apa sampe gak mau ke sini?
Pipi Leana memerah melihat balasan Gior. Benar juga, apa yang ia pikirkan sampai ia tidak mau ke kamar Gior? Baru saja ia ingin beranjak ke kamar Gior, tetapi ia mengurungkan niatnya.
Gak ah, entar om sama tante mikir yang engga-engga, malu aku.
Engga sayang, udah ayok ke sini
Leana cukup ragu, sampai akhirnya ia memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam kamar Gior. Ia membuka pintu kamarnya perlahan sampai tidak ada suara. Kepalanya ia keluarkan terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan. Setelah merasa aman, ia menutup pintu dan mengetuk kamar Gior. Gior membuka pintu itu dan menarik lengan Leana masuk. Pertama kalinya Leana masuk ke dalam kamar Gior.
"Kangen, kan?" tanya Gior dengan suara beratnya. Ia membawa Leana ke teras kamarnya itu. Leana terkesiap melihat sebuah meja dan dua kursi yang telah tertata rapih di depan matanya.
"Woah ... kamu yang bikin ini?" tanya Leana menatap Gior dengan takjub. Gior mengangguk dengan bangganya.
"Iya dong, makanya aku suruh kamu ke sini." Gior menarik kursi untuk Leana duduki. Leana pun duduk dan Gior duduk di kursi hadapan Leana. Meja yang berada diantara mereka sudah dipenuhi oleh makanan-makanan manis yang pasti Leana suka.
*mulmed*
"Wah aku suka ini, nih!" seru Leana meraih sebuah permen berwarna hijau-putih kesukaannya. Ia membuka bungkus permen tersebut dan melahapnya.
"Enak?" tanya Gior saat Leana melahapnya. Dengan girang Leana menganggukan kepalanya. Mereka melahap cemilan-cemilan itu sampai tersisa setengah. Sebenarnya Gior tidak terlalu mengijinkan Leana untuk memakan permen banyan-banyak. Hanya untuk malam ini, ia ingin membuat Leana bahagia.
Leana memandang jalanan yang seharusnya dilewati oleh warga setempat. Hanya saja waktu sudah sangat malam untuk membuat warga keluar dari rumah. Sehingga yang ia lihat hanya jalanan kosong, atap-atap rumah, dan lampu jalanan.
"Langitnya bagus ya, bintangnya banyak lagi," ucap Leana sembari menunjuk langit. Ia sudah berada di pembatas teras tersebut.
Gior menatap langit sekilas dan menghampir Leana. Ia berhenti tepat di belakang tubuh Leana. Dengan begitu, Gior dapat melihat wajah Leana dari atas karena tubuhnya yang lebih tinggi dari Leana. Ia merentangkan kedua tangannya dan memeluk gadis di depannya.
Merasa tengah dipeluk dari belakang, Leana tersenyum tersipu. Ia melirik Gior sekilas dan tersenyum. Mereka tetap dengan posisi itu dan menikmati apa yang mereka lihat.
"Kamu tahu kenapa bintangnya pada ngumpul di atas?" tanya Gior masih mendekap Leana.
"Hmm, karena itu rumah dia?" Gior terkekeh sekilas.
"Bukan," sahut Gior. Leana mengernyitkan dahinya.
"Terus apa dong?" Leana memiringkan wajahnya agar ia dapat menatap Gior dari bawah. Jelas karena wajahnya berada di bawah wajah Gior.
"Karena mereka sedang terpukau melihat sesuatu yang lebih indah daripada mereka ... itu kamu."
TBC
Bisaan aeee Gior! Hahaha ada yang baper? Atau malah ada yang cringe? 😂
JANGAN LUPA MAMPIR KE CERITA BARU AKU YAAA! Judulnya : Ketua Gangster.
Baca aja deh, seru tentang anak sekolahan.Jangan lupa pencet tombol bintang dan share ke temen2 kalian.
TERIMA KASIH.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sister's EX ✔
RomanceLeana bersedia untuk dijodohkan dengan anak dari sahabat ayahnya itu. Tanpa tahu siapa lelaki tersebut. Wajahnya saja Leana belum pernah melihatnya. Tepat pada makan malam antar keluarga, Leana melihat calon suaminya itu, Gior. Namun, ia terkejut sa...