26. Sanggup LDR ?

1.1K 64 4
                                    

Happy reading

•••

Leana meraih ponselnya di atas nakas dan segera menghubungi Gior. Perasaannya tidak karuan, ia sunggu takut dengan reaksi Gior nanti.

"Halo?" sapa Leana.

"Udah kangen ceritanya?" goda Gior dari ujung sana. Leana mencibir tanpa sepengtahuan Gior.

"Ih ..." Suara tawa terdengar dari telinga Leana, yang sudah pasti Gior yang melakukannya. "Kamu mau ketemu?"

"Tuh kan apa aku bilang kamu ka-" Perkataan Gior terpotong oleh deheman suara Leana. Gior segera tahu bahwa Leana tidak main-main. "Iya-iya ... kenapa?"

"Kita ketemuan di kafe biasa, mau?" ajak Leana sedikit membujuk.

"Oke aku jemput aja, udah malem," sahut Gior dan disetujui oleh Leana. Telepon pun dimatikan, mereka berdua sama-sama bersiap-siap. Hanya saja mereka merasakan hal yang berbeda. Leana dengan perasaan takutnya, Gior dengan perasaan bahagianya.

•••

Setelah menunggu beberapa menit, Gior datang dan Leana segera masuk ke dalam mobil Gior. Gior terus menanyai alasan dari wajah merengut Leana. Padahal, wajah Leana tidak bermaksud untuk merengut, ia hanya cemas. Satu pun pertanyaan Gior tidak ada yang ia jawab.

"Kenapa sih? ... Masih gak mah kasih tau?" tanya Gior sedikit sebal saat mereka sudah berada di dalam kafe.

"Ini aku mau kasih tau ..." gumam Leana. Gior menatap Leana dengan penasaran. Sementara Leana mengerjapkan matanya dan terlihat tidak fokus.

"Ada apa, hm?" ucap Gior melembut agar Leana menurut. Ia meraih jemari Leana dan memberikan kenyamanan. Hal itu cukup berfungsi untuk Leana.

"Anu ... aku ..." Gior menaikkan alis sebelahnya. "Aku bakal ke ... Paris."

Mata Gior membulat mendengar perkataan Leana. Ia meraih kembali jemarinya dan menatap Leana bingung. Mulutnya seakan ingin mengeluarkan suara dan menanyai segalanya. Namun, dirinya cukup terkejut dan kehabisan kata.

"Hah? Hm- mm? Kamu ke Paris?!" Leana mengangguk bersalah. Alisnya menyatu sedih. Ia tahu Gior akan marah kepadanya.

"Kamu kenapa gak ngomong, Leana?" lanjut Gior dengan helaan nafas. Leana menjawabnya dengan ragu-ragu.

"A- aku lupa, maaf," ucap Leana menundukkan kepalanya. Gior bersandar di kursinya dan mengalihkan matanya ke arah jendela.

"Kapan?"

"Minggu depan ..." cicit Leana. Gior terlihat terkesiap dan menahan nafasnya sejenak. Ia memejamkan matanya menahan amarah.

"Ka- kamu?" Gior menghentikkan ucapannya dan kembali mengalihkan matanya. Ia benar-benar tidak percaya dengan Leana. Bagaimana bisa ia melupakan hal penting seperti ini.

"Aku minta maaf," bujuk Leana masih dengan rasa sedihnya. Hening terjadi sejenak diantara mereka.

"Ayuk pulang." Gior segera bangkit dan segera diikuti oleh Leana. Mereka bahkan meninggalkan pesanan mereka yang masih cukup utuh. Rasa lapar Gior seakan hilang tiba-tiba.

Sama seperti di kafe, Gior masih marah dan tidak mengeluarkan suaranya sedikit pun. Ia bahkan tidak menoleh ke arah Leana. Ia masih berusaha menahan amarahnya agar tidak memarahi Leana dan menyakiti hatinya. Leana sangat khawatir, ia menoleh berkali-kali ke arah Gior.

Mobil Gior sudah sampai di depan rumah Leana. Sebelum turun, Leana masih menolehkan wajahnya ke arah Gior. Dengan Gior yang masih diam tanpa bergerak.

"Aku duluan, ya ... jangan lama-lama marahnya, entar aku kangen," ucap Leana tersenyum sekilas dan turun dari mobil Gior.

Leana masih berharap Gior turun dari mobilnya dan berlari menghampiri dirinya seperti yang biasanya terjadi di drama-drama. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Gior segera melajukan mobilnya menjauh dari rumah Leana. Leana hanya bisa menghelakan nafasnya dan kembali ke dalam rumah. Ia melangkahkan kakinya dengan lemas ke kamarnya.

Leana menghempaskan dirinya di atas ranjang dan membiarkan air matanya mengalir dengan deras si pipinya. Nafasnya mulai sesak dan membuat dirinya sesegukan. Berkali-kali ia menepuk dadanya dengan kepalan tangannya agar ia dapat berhenti.

Ting tong

Leana cepat-cepat bangkit dari tidurnya dan meraih ponselnya dari dalam tasnya. Berharap Gior menghubunginya. Dan benar saja, nama Gior terpampang di ponselnya. Leana menghapus air matanya dan melihat isi pesan Gior.

'Turun sini, jangan ada air mata, inget!'

Leana tersenyum geli, perhatian kecil dari Gior cukup menghangatkan hatinya. Ia tahu kalau Gior pasti sadar bahwa ia akan menangis semalaman. Untung saja pangeran hatinya datang.

Leana berlari menuruni tangga dan melihat Gior berdiri bersandar di mobilnya. Ia kembali berlari mendekat ke arah Gior. Gior mengeluarkan kedua tangannya dari saku celananya dan merentangkannya. Leana tersenyum dan meraih tubuh Gior ke dalam dekapannya.

"Pasti lagi nangis," bisik Gior yang membuat Leana kembali mengalirkan air matanya. Leana menganggukkan kepalanya. Gior melepas pelukannya dan menghapus jejak air matanya. Gior menarik nafasnya dan kembali menghembuskannya.

"Kamu sanggup kita LDR ? Kalo kamu gak sanggup, kita bisa break."

TBC

Jangan lupa pencet bintang sodara-sodara❤

•••

My Sister's EX ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang