2. MUSIC

361 63 49
                                    

Kevin melangkahkan kakinya menuju lapangan outdoor. Berkali-kali ia menghembuskan napas berat. Jujur, ia sangat malas jika harus dihukum seperti ini.

Setelah sampai, Kevin meletakkan tasnya di pinggir lapangan. Ia mulai melakukan pemanasan agar lebih kuat saat berlari.

"Mana nih gurunya?" gumam Kevin sedikit kesal. Ia ingin cepat-cepat ke Kantin, karena ia belum sarapan tadi. Soal ada ulangan harian fisika, ia bohong. Itu hanya alibinya saja supaya ia dapat pergi dari hadapan Pak Eko.

Tak lama, seorang guru datang dengan tampang juteknya. Kevin menyipitkan matanya. Siapa tuh? Guru baru? Cantik-cantik jutek gitu mukanya.

"Kamu Kevin?" tanyanya ketika sudah berada tepat di hadapan Kevin.

"Ibu guru baru? Saya baru liat." Bukannya menjawab pertanyaan guru itu, Kevin malah bertanya kembali.

"Kamu. Lari 30 putaran!"

"Saya kan--"

"Lari! Atau saya laporkan ke Pak Eko?" tanya guru tadi dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya. Tanpa ba bi bu, Kevin mulai berlari memutari lapangan.

Kevin berlari sangat kencang. Di putaran pertama sampai putaran ke sepuluh Kevin masih kuat. Di putaran ke sebelas sampai lima belas, tempo berlarinya mulai melambat.

"Semangat Vin! Lo pasti bisa!" Kevin menyemangati dirinya sendiri. Di saat ia ingin bertumpu pada lututnya, suara indah guru tadi terdengar--membuat Kevin tidak jadi 'beristirahat', walau sebenarnya ia sangat ingin mengambil napas sebanyak-banyaknya.

"JANGAN BERHENTI!" teriak guru tadi, membuat Kevin berteriak frustasi.

"GUE PASTI BISA! AYO KEVIN! LIMA BELAS PUTERAN LAGI! AYOK AYOK! YO YO AYO YO AYO YO YO AYO! HUUU! WOAH! HUH HAH! BRRRRAAAHH!" Kevin berteriak sembari bertepuk tangan untuk menyemangati dirinya sendiri, membuat guru tadi menggelengkan kepalanya.

"Freak," gumam gurunya.

"Cepat larinya! Lambat sekali!" teriaknya lagi. Kevin berlari melewati gurunya itu. Sebenarnya ia penasaran dengan sosok guru yang sedang mengawasinya saat ini.

"BU! NAMANYA SIAPA?" tanya Kevin, setelah itu ia berlalu sambil berlari.

"Nara!" sahutnya sedikit berteriak.

"KOK SAYA BARU LIAT IBU?" teriak Kevin lagi dari ujung lapangan.

"Saya baru." Kali ini Nara memelankan suaranya. Malas menanggapi anak badung seperti Kevin.

"APA BU? NGGAK KEDENGERAN!" Kevin berlari lagi ke hadapan Nara. Ia berlari di tempat sambil menunggu jawaban.

"Nggak kedengeran bu," ucap Kevin terengah-engah.

"Udah sana kamu lari aja! Sepuluh putaran lagi!" perintah Nara. Kevin berdecak sebal, ia paling malas jika ada yang mengabaikannya begitu saja, seperti Nara.

Setelah percakapan tadi, tak ada yang berbicara lagi. Suara Kevin pun tak terdengar. Ia kembali fokus pada hukumannya.

Tak terasa tiga puluh putaran sudah Kevin laksanakan. Tubuhnya terkapar begitu saja di tengah lapangan, napasnya terengah-engah.

"Bangun kamu! Abis ini kembali ke kelas kamu!" ucap bu Nara.

"Cerewet," gumam Kevin di sela napasnya yang terputus-putus.

Setelah Nara pergi, Kevin bangkit dari tengah lapangan dan dengan santainya ia melepas seragam putihnya--menyisakan kaos putih polos di tubuhnya.

Kevin melangkahkan kakinya menuju kantin. Ia sangat lapar! Kalau ada kata untuk mendeskripsikan lebih dari kata lapar, ia akan menggunakan kata itu sekarang.

"Mas Kevin nggak masuk kelas?" tanya Wati, remaja berumur 15 tahun itu menghampiri Kevin dengan nampan di pelukannya.

Kevin tidak mempedulikan ucapan Wati, ia langsung duduk dan memesan makanan. "Wat, es teh tiga sama nasi goreng dua. Cepet," pinta Kevin masih dengan napas terengah. Wati hanya menganggukan kepalanya patuh.

Sekilas tentang Wati, ia anak dari penjual makanan di sini. Ia putus sekolah karena masalah ekonomi keluarganya. Mau tidak mau Ia harus membantu orang tuanya berjualan.

Tak butuh waktu lama, Wati datang dengan 3 es teh dan 2 porsi nasi goreng. "Ini Mas pesenannya. "

Kevin langsung melahap nasi gorengnya. Tak peduli dengan panasnya nasi goreng itu di lidah.

"Pelan-pelan toh mas. Awas kesel--"

"Uhuk! Uhuk!" Kevin tersedak. Dengan brutal ia meminum segelas es teh di depannya.

"Di hukum lagi ya? Makanya jangan nakal, Mas, rasain!" ucap Wati lantas melengos pergi.

Sedangkan Kevin hanya memutar bola matanya malas. Gadis itu sangat menyebalkan di matanya.

🎤🎤🎤🎤🎤🎤🎤🎤🎤🎤🎤🎤🎤🎤

To be continue...

Can you appreciate our work with your vote and comments?

Music From Badboy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang