26. FROM

125 29 8
                                    

Kevin mendengus kesal ketika turun dari panggung. Bagaimana tidak kesal, jika ia baru saja turun, banyak orang-orang yang menghampirinya hanya untuk meminta foto, apalagi kaum hawa yang haus akan cogan. Padahal niatnya Kevin mau langsung menghampiri Nara dan memamerkan piala yang ada di tangannya.

“Minta nomor hapenya boleh?!” teriak seorang gadis seumurannya. Sontak saja teriakan itu langsung membuat yang lainnya ikut-ikutan meminta nomor ponselnya.

Dengan gaya sok ngartisnya Kevin mengibaskan kedua tangannya di depan muka lantas tersenyum lebar. “Fans-fansku yang Kevin sayangi dan cintai. Dengar ya, gue itu udah punya pacar, jadi, bisa kalian minggir?” kata Kevin seraya menaikkan kedua alisnya.

Pernyataan Kevin barusan membuat mereka semua memandangi Kevin kecewa, dan dengan beraninya salah satu dari mereka berkata, “Siapa sih pacarnya? Pasti masih cantikkan gue kan?!”

“Enak aja! Cantikkan pacar gue lah. Lo mah apa, tepos, item begitu,” kata Kevin sadis.

Terlihat jelas wajah gadis itu memerah menahan malu, apalagi ketika banyak yang menertawakannya.

Dari kejauhan Nara memandangi Kevin dengan kesal. Entah kenapa hatinya panas melihat Kevin dirubungi para gadis itu. Tanpa sadar cewek itu telah memandangi mereka semua dengan tatapan tajamnya.

“Yang, sayang. Sini!” panggilan itu membuat Nara sedikit terkejut, hatinya seketika berbunga, dan perutnya terasa geli, seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di dalam sana. Ia tidak salah dengar kan? Kevin memanggilnya sayang?

“Nara sayang sini!” teriak Kevin sekali lagi, kali ini lebih kencang.

Tersadar dari lamunannya, Nara pun menghela napas berat. Ia baru menyadarinya, pasti Kevin kembali bermain drama.

Dengan langkah malas Nara menghampiri Kevin, dan dengan santainya cewek itu merangkul Kevin dengan mesra.

“Nih kenalin, ini pacar gue, namanya Nara. Langsung minder kan lo semua? Jadi cukup sampai di sini ya pertemuan kita. Gue mau ngedate byee....” Dengan tidak tahu malunya Kevin melambaikan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya merangkul pinggang Nara posesif. “Yang, lambaikan tangan juga dong!”

Dan akhirnya, dengan pasrah Nara ikut melambaikan tangannya, tidak lupa juga senyuman kikuk di bibir merahnya. Entah mengapa, semenjak mengenal Kevin Nara merasa berubah seratus delapan puluh derajat, semenjak mengenal Kevin, Nara menjadi konyol! Bukan dirinya sekali, ia terlihat seperti gadis ... idiot?

**

“Bu, jadi pacar beneran saya mau nggak?”

Uhuk uhuk

“Ck, gak kaget juga kali Yang, harusnya kamu itu natap aku dengan pandangan terharu, terus malu-malu kamu jawab gini ‘Iya sayang, aku mau jadi pacar kamu’ bukan mal—”

Buk

“Aw!" Kevin meringis seraya memegangi kepalanya yang perih karena dipukul dengan sadisnya oleh Nara.

“Kamu sadar gak sih kalo makin ke sini kamu makin gak waras? Omongan kamu melantur.” Nara mengalihkan pandangannya ke depan, menatap jendela mobil dengan pandangan tak bisa diartikan.

Kevin diam, sibuk dengan pikirannya. Harusnya Nara jangan salahkan dia, karena ia sendiri juga bingung kenapa selalu bersikap seperti ini pada Nara, terutama hatinya yang selalu disko jika berada di dekat perempuan itu.

“Bu, percaya nggak kalau saya selalu deg degan kalau lagi deket sama Ibu?” kata Kevin pelan, dengan wajah seriusnya kali ini.

Music From Badboy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang