21. BADBOY

139 35 4
                                    

Di atas itu fotonya Om Bule yah gaysss, alias Mike!!

Hanya tiga hari Nara dirawat, tapi sudah mampu membuat Kevin memikirkannya terus-menerus. Apalagi Kevin mengunjungi Nara hanya diijinkan satu jam oleh om bule yang merawat Nara itu, dan hal itu membuat Kevin semakin tidak menyukainya. Tetapi, untung saja saat ini Nara sudah diijinkan pulang, membuat Kevin senang bukan main.

"Akhirnya Ibu udah boleh pulang juga, rindu saya tuh Bu," kata Kevin membuat Nathan yang sedang mengemasi barang-barang Nara terkekeh, berbeda dengan Nara yang tak acuh.

"Permisi." Mike masuk ke dalam ruang rawat Nara dengan kursi roda di tangannya. "Ayo Nara, silakan duduk, biar saya dorong," katanya membuat Kevin berdecih.

"Om bule! Bu Nara itu udah sembuh, dia baik-baik aja, kenapa harus pake dorongan segala sih, nanti orang mikirnya Bu Nara cacat gimana?" sahut Kevin yang berdiri di samping ranjang Nara.

"Sudah Kevin biarin saja, Nara juga masih masa pemulihan," kata Nathan membuat Mike mengembangkan senyumnya.

Nara mulai melangkah turun dituntun oleh Nathan menuju kursi roda, dan dengan cepat Kevin mengambil alih kursi roda yang dipegang oleh Mike.

"Biar saya aja yang dorong kursi rodanya Om bule! Kasian, Om bule kan capek kerja seharian," kata Kevin sok tahu.

"Iya Mike, biar dia saja, Om percaya sama dia," timpal Nathan yang kali ini berhasil mengembangkan senyum Kevin, bahkan cowok itu langsung tersenyum meledek.

Dengan wajah ramahnya Mike tersenyum lebar lantas berkata, "Hati-hati Nara, Om. Semoga kamu cepat sembuh."

Nara yang masih merasa lemas pun hanya mengangguk singkat, tapi berhasil membuat Kevin bersorak senang di dalam hatinya.

"Dahhh, Om Bule!!" seru Kevin sembari melambaikan tangannya.

Akhirnya Kevin, Nathan dan Nara keluar ruangan meninggalkan Mike yang masih tersenyum kecil.

***

"Terima kasih ya Kevin, kamu sudah repot-repot mengantar saya dan anak saya sampai rumah," kata Nathan tersenyum lebar.

"Gak apa-apa Om Mertua, kan sebagai calon mantu saya harus melakukan kalian dengan baik," sahut Kevin membuat Nara yang sedari tadi diam langsung melotot.

"Apa maksud kamu bicara seperti itu?" kata Nara menatap Kevin tajam.

Kevin tersenyum lebar. "Ibu mah gak bisa diajak bercanda, saya tuh lagi bercanda Bu," katanya ngeles. Mungkin Kevin cocok kalau menjadi tukang bajaj karena sering ngeles.

"Terus kamu ngapain masih di sini? Sana pulang!" kata Nara membuat Nathan menatap anaknya tajam.

"Nara, kamu nggak boleh gitu sayang. Dia sudah baik sama kamu selama ini, bahkan nurutin semua mau kamu untuk bawain lagu setiap kamu mau tidur." Nathan berkata lembut.

"Tuh, Ibu harus dengerin Om Mertua." Kevin tersenyum lebar, "saya bosen Bu di rumah. Saya di sini aja ya sekalian latihan buat lomba nanti," kata Kevin.

Karena posisi mereka yang sekarang ada di ruang tamu, membuat Nathan mengetahui semua yang Kevin katakan.

"Bagus itu Kev, Nara kalau lagi sakit paling suka denger musik. Jadi, kamu latihan, sekalian bawain musik buat Nara," kata Nathan membuat Nara melotot.

"Papa apaan sih, aku gak mau ketemu dia dulu sekarang."

"Berarti kalau lain waktu mau dong Bu?" Kevin mengeluarkan smirk nya.

Nara berdecak. "Ya udah terserah kamu, buruan ikut saya ke ruang musik." Cewek itu bangkit, "Pa, aku mau ke ruang musik dulu," kata Nara, sembari berjalan ke ruang musik.

"Bu, Ibu mau ngajarin saya apa?" tanya Kevin yang membuat Nara kesal bukan main.

"Ya kamu bisa main alat musik apa? Ya itu yang saya ajarkan ke kamu!" Nara menghela napasnya kesal, tanpa mengalihkan pandangan dari pintu ruang musik milik sang papa dan dirinya.

"Nggak mau ngajarin saya bagaimana caranya mencintai, Bu?" Kevin menahan tawanya di balik punggung Nara. Wanita itu tidak merespon ucapan Kevin.

"Bu?" panggil Kevin lagi, seraya berjalan di samping Nara.

"Diam, atau kamu pulang sekarang?"

"Diem Bu." Kevin menunduk, masih menahan senyumnya yang hampir melebar.

"Tapi Bu, kapan-kapan latihan di--"

"Diam!"

Akhirnya Kevin benar-benar diam. Pemuda itu hanya tersenyum, tatkala puas setelah menggoda Nara. Sampai Nara membuka pintu ruang musik, tak ada suara yang memecah keheningan. Nara membuka pintu ruang musik lebar-lebar, supaya muridnya itu bisa masuk.

Betapa kagumnya Kevin, ketika melihat seluruh isi ruangan itu. Semua alat musik tertata rapi. Pandangan pemuda itu langsung tertuju pada gitar akustik di samping piano. Kevin segera mengambilnya dan mengabaikan Nara yang menatapnya malas.

Kevin duduk di kursi yang biasa Nara gunakan ketika bermain piano. Sedangkan Nara sendiri duduk bersebrangan dengan pemuda itu. Tanpa basa-basi, Kevin memetik gitar akustik itu. Hanya mencoba, apakah gitar tersebut terasa nyaman saat dipangkuannya atau tidak.

Dan ternyata, Kevin merasa nyaman dengan gitar milik Nara. Lama kelamaan, petikan itu membentuk sebuah nada. Nada yang simple, tetapi mampu membuat kepala Nara mengangguk-angguk. Kevin tertawa dibuatnya. Menurutnya Nara sangat imut di saat seperti ini. Kevin menatap Nara di depannya, yang sepertinya sedang memperhatikan bagaimana jemari Kevin memetik senar.

“Rasa ini ...” ucap Kevin yang membuat Nara terkejut, “tahukah kamu?”

Nara menatap Kevin bingung. Dalam hatinya ia berkata, anak ini sedang mengajaknya berbicara atau bernyanyi?

Namun, mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Kevin seperti sebuah lirik lagu, Nara meyakini pemuda di depannya dlsedang bernyanyi.

“Jangan biarkan ku terjatuh dalam dirimu,” lanjut Kevin tanpa mengalihkan pandangannya pada Nara yang sedang menatapnya juga. Terlihat jelas alis Nara bertaut, “aku, jatuh cinta ... mungkin iya, mungkin tidak.” Nara terkekeh mendengar lirik yang di ucapkan Kevin, karena terdengar konyol. Bertepatan dengan itu, petikan gitar Kevin berhenti, membuat tawa Nara pun terhenti.

“Lagu apa itu?” tanya wanita itu. Kevin mengendikkan bahunya. Ia juga tak tahu lagu apa yang baru saja ia mainkan, ia hanya mengutarakan isi hatinya saja tadi.

“Saya itu curhat Bu, bukan nyanyi.” Kevin kembali memetik senar gitar, memainkan lagu yang harus ia lancarkan untuk lomba.

Nara tertegun. Jadi, apa maksud Kevin bercerita seperti tadi seraya menatapnya sambil tersenyum? Nara menggelengkan kepalanya, berusaha menyingkirkan SEDIKIT perasaannya yang bergetar.

“Cinta luar biasa,” celetuk Kevin, membuat Nara berdecak.

“Kamu mau bawa lagu itu buat lomba?” Kevin mengangguk polos.

“Ganti. Tolong, Budi Doremi.”

.
.
.
.

To be continue...

Music From Badboy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang