13. BADBOY

178 38 2
                                    

Sesuai janjinya dengan Nara, Kevin melangkahkan kakinya menuju ruang guru sepulang sekolah. Biasanya Kevin menanggapi semua hal dengan santai, tapi entah kenapa ia sangat deg-degan dalam hal ini.

"Permisi," gumam Kevin sambil mengangguk sopan pada guru-guru yang memandangnya tanpa minat.

Mata Kevin menjamah seluruh ruangan untuk mencari Nara. Saat matanya terpaku pada wanita itu, Kevin langsung menghapiri Nara dengan cengiran lebarnya.

"Hai, Bu!" sapa Kevin semangat.

"Duduk."

"Jadi gimana Bu? Kok saya bisa jadi perwakilan lomba di Bandung? Saya jadi seneng nih." Kevin tertawa sendiri. Masih tidak menyangka bahwa ia akan mengikuti lomba. Padahal, biasanya ia mengikuti lomba basket bersama teman satu grupnya.

"Menurut saya, kamu pantas," ucap Nara monoton.

"Oh! Jangan-jangan ibu terpesona sama saya kemaren 'kan?! Hayo ngaku!"

Nara gelagapan, kalau Kevin sampai tahu bahwa sebenarnya Nara terpesona olehnya, bisa malu! Pokoknya jangan sampai Kevin tahu bahwa Nara terpukau kemarin.

"Y-ya enggaklah! Ngapain juga saya terpesona sama kamu?" Nara langsung melenggang pergi, tak hiraukan teriakkan Kevin yang memanggilnya beberapa kali.

“Jutek banget tuh guru,” gumam Kevin sebelum akhirnya berjalan pergi menuju parkiran sekolahnya.

∆∆∆

Kevin mengeluarkan Ninja hitamnya dari parkiran sekolah, baru saja ia ingin menstater motornya, seseorang memanggil pemuda itu.

"Vin, gue nebeng ya!" seru Luna, gadis cantik berambut pendek itu mengedip-ngedipkan matanya seraya tersenyum lebar.

Kevin mendengus. "Naik angkot aja sana, gue pengen langsung pulang," sahut Kevin kesal.

Luna mencebikkan bibirnya. "Kevin kan anak sholeh jadi harus baik hati!"

Kevin berdecak. "Buruan!" katanya yang membuat Luna senang hati menuruti perintahnya.

"Buruan Vin berangkat!"

"Santai napa! Lo pikir gue tukang ojek!" sahutnya sewot, sampai akhirnya Kevin melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata.

***

Usai mengantar Luna, Kevin merebahkan tubuhnya di kasur sembari memainkan ponselnya.

Line

Temengue
Vin, ke cafe lagi yuk!

Kevinganteng
Jamber?

Temengue
Setengah delapan aja

Kevinganteng
Syapp boss!!
Eh, btw, nama lo lucu juga, temengue.

Kevin terkekeh sejenak saat membaca username milik Liyo, temannya di cafe tempat ia band.

Temengue
Gue sih mending, lah lo, ganteng aja kagak udah ngaku-ngaku!

Kevinganteng
Gue emang ganteng dari lahir Yo...

Temengue
Terserah lo deh, jangan lupa jam delapan kurang!
Read.

Seusai saling kirim pesan dengan Liyo, Kevin melangkahkan kakinya ke toilet, karena tubuhnya sudah lengket.

Ketika sudah pakaiannya sudah rapi, Kevin mengambil ponselnya lantas berjalan keluar kamarnya untuk menemui sang mama.

“Mom's! Momski! Where are you?!”

“O-o owow! Mata gue ternodai!” gumam Kevin ketika tak sengaja melihat kedua orang tuanya sedang berpelukan di dapur, dengan sang papa yang memeluk tubuh mamanya dari belakang.

Nasib punya orda ya gini. ‘Orda’ maksud Kevin adalah orangtua muda.

“Maaa tolong Maa! Mata Kevin perih Ma, tolong Maaa!” Kevin berteriak histeris sembari beberapa kali mengusap matanya.

Kedua orang itu tersentak kaget, lantas berdecak kesal ketika menemukan Kevin.

“Gak usah pura-pura kamu, Kevin. Memangnya Papa gak tau kalau kamu pura-pura sakit mata. Ganggu aja!” Kenan mendengkus kesal ketika Kevin mulai menurunkan tangannya dari mata, lantas tersenyum lebar.

“Lagian, anak udah gede gak tau umur, masih ada romantis-romantisan, Kevin aja yang anak muda gak pernah kayak gitu.” Kevin membela dirinya sembari memberengut.

Kenan dan Vinna berjalan menghampiri anak semata wayangnya itu, lantas sama-sama mengusap puncak kepala Kevin.

“Kasihannya anak Mama, sabar ya Nak! Anak temen Mama banyak kok yang seumuran sama kamu. Mau Mama kenali—”

“Nggak!” jawab Kevin dengan cepat, “temen Mama cerewet semua, lebay, alay lagi. Duh, gimana nasib Kevin kalau nanti punya mertua kayak gitu? No, big no!”

Plak

Vinna memukul mulut Kevin dengan keras. “Punya mulut gak dijaga!”

Kevin memanyunkan bibirnya beberapa senti. “Kevin mending Ma, daripada Papa...,” Kevin melirik Kenan lantas tersenyum jahil, “bilang kalau Mama yang paling alay dan lebay diantara semua temen Mama.”

Mata Kenan melotot, menatap Kevin dengan wajah kesalnya, apalagi saat Vinna sudah menatapnya tajam.

“Kevin, kamu itu bohong aja! Dia bohong sayang, kamu tau sendirikan gimana Kevin?”

Kevin berusaha menahan tawanya, lantas segera mengambil punggung tangan Vinna dan Kenan bersamaan, lalu menciuminya beberapa kali. “Kevin pamit ya, mau ngeband. Kevin kali ini gak boong kok Ma, Papa beneran ngomong gitu.” Kevin melirik Kenan. “Oh ya Ma, Papa juga pernah ngomong katanya Mama itu gendut—e-eh Papa melotot. Kevin berangkat, assalamualaikum!” Setelahnya cowok itu berlari cepat keluar rumahnya, dan tak henti-hentinya cowok itu tertawa. Sungguh, Kevin sangat gemas dengan wajah papanya yang terlalu datar padahal konyol itu.

___________________
To be continue...

Can you appreciate our work with your vote and comments?

Music From Badboy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang