39. MFB

117 27 11
                                    


“Om, kayaknya saya nggak balik ke hotel. Besok saya langsung ke gedung,” ucap Kevin pelan. Dirinya menjauhi Nara. Karena jika ia tidak menjauh, Nara akan mendengar semuanya dan menyuruhnya pulang ke hotel.

“Kamu! Emang kenapa nggak ke hotel?!” Terdengar suara kesal dari Anton.

“Om, tolong ngertiin dong. Saya nggak ketemu pacar saya bertahun-tahun. Nggak bisa lihat saya bahagia nih, Om Anton!”

“Ya udah, tapi jangan lupa mandi!” Kevin memijit pangkal hidungnya, lantas mengela napas. Masih saja diingatkan.

“Iya!” Kemudian, sambungan terputus. Memang begitu interaksi Kevin dan Anton. Walau sering bercanda, tapi Kevin tahu memperlakukan Anton sebagaimana mestinya. Ia masih punya sopan santun.

Kevin kembali ke tempat duduknya. “Nanti aku antar kamu ke rumah sakit, ya? Aku mau ketemu Papa.”

“Papa?” Nara mengerutkan keningnya. Kevin menatap Nara bingung.

“Iya, Papa. Papamu juga nanti bakal jadi Papaku,” jelasnya santai.

Nara terdiam. Fokus melanjutkan makan malamnya. Padahal, sedang menata hatinya yang sempat ambyar.

“Vin.”

“Hm?”

“Luna ... ” Kevin tersenyum mendengar Nara menyebut nama perempuan itu.

“Jadi, bisakah kita makan dengan tenang tanpa membicarakan dia Nona Nara Mahaprana?”

“Namaku Narana Clanton, bukan Mahaprana.” Kevin terkekeh mendengar Nara menolak nama belakang yang ia berikan. Toh, Kevin akan memastikan marga Clanton akan berubah menjadi Mahaprana.

“Oh iya, nanti abis tour aku di London selesai, aku mau berhenti tour dulu. Aku mau ngurus kamu,” ucap Kevin girang yang justru membuat Nara melotot tak suka.

“Apa-apaan? Lanjutin tour kamu. Jangan seenak jidat tunda-tunda. Emang kamu pikir nyewa ini-itu nggak pakai uang?”

Kevin mengulum bibir. “Pakai uang. Kan aku holang kaya,” ucap Kevin, kemudian tertawa kencang, “nggak deh, bercanda. Kan uangnya mau aku tabung buat resepsi pernikahan.” Jantung Nara berdegup kencang. Seserius itukah Kevin padanya?

“Kamu ... bener-bener serius mau nikah sama aku, Vin?” tanya Nara hati-hati.

Kevin mengerutkan kening. “Kata siapa aku mau nikah sama kamu?” Kini, mata Nara hanya terfokus pada wajah Kevin seorang. Jantungnya kembali berdegup kencang.

“O-oh.” Tapi, apa maksudnya Kevin bertanya tadi, mereka masih berpacaran atau tidak?

“Tapi, maksud kamu nanya kita masih pacaran atau enggak, apa?” Nara merasa dibohongi. Bukannya menjawab, Kevin malah fokus pada makanannya. Lelaki itu sengaja mengabaikan Nara yang terlihat penasaran.

“Vin, jawab aku!” Kevin melirik Nara sekilas.

“Jadi, kita masih pacaran atau enggak?” Kevin terkekeh.

“Kita nggak pacaran.” Nara menelan ludah susah payah. Apa maksud Kevin? “Tadi kamu tanya, kita masih pacaran atau enggak 'kan? Ya jawaban aku enggak, karena aku nggak mau pacaran sama kamu!” jelas Kevin geregetan. Nara mengela napas kasar, kesal akan tingkah Kevin.

“Terus maksud kamu cium aku tadi apa?” tanya Nara kesal. Kevin tertawa kencang.

“Ya pengin aja, nggak boleh?” tanyanya tengil. Sungguh, Nara ingin sekali memukul kepala lelaki di depannya ini.

“Mau kamu apa sih, Nar? Kamu tanya, aku udah jawab tadi. Mau kamu apa?” tanya Kevin balik. Lelaki itu melipat tangannya di depan dada seraya menyenderkan punggung di kursi.

Music From Badboy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang