18. MFB

135 34 5
                                    

“Mike!” Nathan berseru senang ketika menemukan orang yang sedari tadi ditunggunya. “Cepat selamatkan Nara, now only you can uncle believe. "

Tanpa banyak bicara Mike langsung memasuki ruang UGD menghampiri Nara, membuat Nathan mendesah lega.

'Songong banget sih tuh orang, mentang-mentang orang luar negeri yang punya muka ganteng!' Kevin sadari tadi menggerutu, kesal ketika melihat dokter dengan wajah tampan itu dekat dengan Nara.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pintu UGD dibuka, menampilkan Mike dengan wajah tenang tetapi juga terlihat lega.

Kevin memandang Mike tak suka, menurutnya Mike sangat berlebihan!

“Nara sudah bangun, tidak apa-apa, ia hanya kelelahan. Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan,” kata Mike sedikit kaku, wajar saja karena Mike bukan asli orang Indonesia dan baru beberapa tahun ia tinggal di Indonesia.

“Pak, Om, saya boleh bicara sebentar sama Bu Nara?” Kevin memandang Pak Lanat dan Nathan bergantian.

“Gak! Kamu mau buat Bu Nara pingsan lagi gara-gara kamu?” kata Pak Lanat sarkas.

Kevin menunduk, pura-pura menunjukan wajah sedihnya.

“Tidak apa Pak, dia masih remaja yang sedang mencari jati diri,” kata Nathan dengan lembut, “silakan Kevin, tapi saya mohon jangan buat Nara kelelahan dan banyak pikiran. Kamu bisa turuti mau saya?”

Kevin menangguk cepat lantas segera hormat di depan Nathan. “Saya bisa jamin Om mertua,” kata Kevin tanpa sadar.

“Om mertua?” Mike menaikkan alisnya.

“M-maksud saya s-siap Om,” koreksinya dengan agak malu.

“Kamu ini ada-ada saja Kevin, sudah sana, masuk!” titah Lanat yang diangguki oleh Kevin.

***

Kevin memasuki UGD dengan dada yang berdegup kencang, entah sejak kapan, tapi setiap bertemu Nara dadanya selalu bergetar, seperti ada sengatan listrik.

“Hai, Bu.” Kevin tersenyum kikuk ketika sampai di hadapan Nara.

Cowok itu mendaratkan bokongnya pada kursi yang berada di samping brankar.

“Bu, kali ini saya mau seriusin Ibu.” Kevin menampilkan wajah seriusnya.

Nara menatapnya tajam, merasa ada kata yang salah, Kevin pun membenarkan ucapannya, “Maksud saya, kali ini saya mau ngomong serius di depan Ibu.”

Kevin menatap mata Nara dalam lantas berkata, “Ibu sakit apa sih Bu?”

“Bukan urusanmu,” kata Nara pelan.

“Saya minta maaf ya, Bu?”

Nara bergumam.

“Kok Ibu bisa pingsan, Bu?”

Dengan kesal Nara menjawab, “Apa bisa langsung bicara pada intinya? Sejak semalam saya sedang pusing Kevin, dan dengar suara kamu semakin membuat saya pusing, mungkin itu juga alasan saya pingsan.”

Kevin membulatkan matanya. “Jadi Ibu bilang suara saya jelek?” tanya Kevin tak terima. “Temen-temen saya aja pada bilang suara saya bagus kok, Bu. Bahkan saya yakin kalau Ibu juga terpesona sama suara saya!” lanjutnya percaya diri.

Entah mengapa, perkataan Kevin berusan membuat Nara menyunggingkan senyumnya, dan itu membuat dada Kevin semakin berdegup kencang.

“Saya pusing kalau denger kamu ngoceh, beda lagi kalau denger suara kamu nyanyi,” kata Nara jujur dan itu membuat Kevin menampilkan senyuman percaya dirinya.

“Suara saya merdu ya?”

Nara mengangguk singkat. “Jangan ge-er, karena saya memang berkata jujur,” kata Nara datar.

Senyum yang semula Kevin tampilkan selebar-lebarnya seketika hangus digantikan dengan dengusan kecil.

“Nyanyiin satu lagu buat saya bisa?”

Pertanyaan Nara sontak membuat Kevin melebarkan kedua matanya. “Ibu gak marah?”

Nara memejamkan matanya sesaat dan dengan lirih ia berkata, “elus rambut saya sembari nyanyikan sebuah lagu yang kamu suka. Berhenti ketika saya sudah tertidur. Tolong....”

_____________________
To be continued....

Music From Badboy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang