Kevin tersenyum bangga karena misinya menjauhi ibu-ibu genit itu berhasil. Risi. Siapa yang tidak risi bila didekati oleh ibu-ibu yang penampilannya persis seperti tante girang.
Bu Nara saja tidak seperti itu, eh. Kenapa dia malah memikirkan Nara?
Kevin menghela napas pelan, sekarang ia bingung ke mana tujuannya saat ini? Pemuda itu melirik jam tangannya, pukul 5 sore. Itu artinya, sudah 2 jam ia menemani Vinna di Salon tadi.
Setelah berhasil keluar dari kerumunan teman arisan ibunya itu, Kevin berlari keluar rumah, dan kesialannya makin bertambah ketika mengingat rumah Tante Metti tepat di pinggir jalan raya.
Tunggu di mobil? Sepertinya itu alasan yang kurang menyenangkan. Ia akan bosan bila berlama-lama di dalam mobil hanya untuk menunggu ibunya arisan. Apalagi bila kumpul bersama seperti tadi, Kevin yakin seratus persen bahwa acaranya akan berakhir lama, atau mungkin sampai besok saking lamanya.
Pandangan Kevin tertuju pada kerumunan orang anak jalanan yang sepertinya sedang berdiskusi. Tanpa berpikir panjang, ia berlari kecil menghampiri kerumunan itu.
"Hey, kalian lagi apa?" sapa Kevin yang terlihat sok kenal.
Sekitar lima orang anak lelaki, menatapnya dengan pandangan bingung, menatapnya dengan pandangan yang seakan-akan Kevin adalah orang jahat.
"E-eh, selow seloow... Gue bukan orang jahat." Setelah melontarkan kalimat itu, raut anak jalanan tadi berubah lebih tenang.
"Mau ngapain ke sini? Kita mau nyari duit," kata salah satu anak jalanan tadi sedikit ketus. Kevin prediksi bahwa mereka seumuran dengannya.
Kevin tersenyum lebar. "Gue ikutan ya?"
Mereka semua saling tatap, seolah bertanya apakah mereka harus mengikut-sertakan Kevin saat mengamen?
Namun tak lama, salah satu di antara mereka yang Kevin prediksi lagi sebagai ketua, angkat bicara, "Oke, emang lo bisa apa? Kita cuma punya Cajon, tamborin, gitar, sama ukulele."
"Gue pake gitarnya boleh?" tanya Kevin hati-hati.
"Boleh." Anak jalanan yang sedang memeluk gitar itu memberikan gitarnya pada Kevin.
"Sebelumnya kenalan dulu nih, gue Kevin Ezra Mahaprana, panggil aja Kevin." Kevin masih setia menampilkan senyum menawannya.
"Gue Saka," kata anak jalanan tadi yang Kevin prediksi ketua geng. "yang tadi megang gitar Imam, yang megang cajon Kiki, yang megang tamborin Fian dan yang megang ukulele Hari." Saka mengenalkan semua teman-temannya.
"Salam kenal ya," kata Kevin seramah mungkin.
"Kita mulai aja yuk, biar dapet banyak," kata Hari menengahi obrolan mereka berenam.
"Apanya yang banyak?" tanya Kevin tak mengerti.
"Duit bro!" Saka menepuk pundak Kevin gemas.
"Ohh ayo ayo! Semangat nih gue," jemari Kevin iseng memetik senar-senar gitar.
"Tadi kita diskusi, mau bawain lagu Sheila On7 Hari Bersamanya, lo bisa gak?" Fian angkat bicara.
"Ih gila! Itu lagu kesukaan gue! Bisalah! Ayo mulai!" Semua tertawa karena tingkah Kevin.
Dimulai dari aba-aba yang diberikan Saka, Kiki memukul Cajon yang didudukinya. Kevin mulai memetik senar membentuk nada.
Semua alat musik terdengar serasi saat dimainkan bersama. Ditambah suara Saka yang berkarakter, membuat mereka menjadi pusat perhatian. Oh, jangan lupa tampang Kevin yang cakep membuat para cewek-cewek tidak segan untuk ikut bernyanyi bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Music From Badboy✓
Teen Fiction[teenfiction, romance] Dear my love teacher, I want to give you music. Listen, I hope I find you. Stay with me, don't go. ____________________________________________ "Bu, jadi pacar beneran saya mau nggak?" -Kevin Ezra Mahaprana "Kamu sadar gak sih...