Epilog

277 30 13
                                    

Di sinilah Nara sekarang, di dalam kamar dan termenung menatap hampa recorder yang diberikan manager Kevin untuknya.

Tadi pagi mayat Kevin telah dimakamkan. Di depan matanya, orang yang disayanginya dimakamkan. Rasanya sesak sekali melihat tubuh Kevin yang sudah tak bernyawa.

Air mata sudah tak lagi mengalir, rasanya untuk menangis pun tak bisa. Yang ia inginkan sekarang hanya menatap Kevin, memeluk erat tubuh lelaki itu, menghirup dalam-dalam aromanya yang selalu jadi penenang.

Kenangan waktu pertama kali mereka bertemu terus saja berputaran di otaknya. Seakan tak mau hilang dan menetap di pikirannya. Kilas-kilas waktu Kevin menembaknya ikut terbayang, saat Kevin menggodanya, saat Kevin memeluknya, menciumnya, mengucapkan cintanya dan yang paling menyakitkan adalah saat Kevin melamarnya.

Tes

Setelah sekian lama air matanya mengering, akhirnya kembali menetes secara perlahan.

“Bu, jadi pacar saya beneran mau nggak?”

NA! SAYA SUKA SAMA KAMU! KAMU MAU NGGAK JADI PACAR SAYA?”

Kamu nggak mau salim sama aku gitu? Aku pacar kamu lho.”

Narana, will you marry me?”

Nara memejamkan matanya dengan kedua tangan yang menutup wajahnya, gadis menenggelamkan wajah di kedua lutut lantas terisak saat suara Kevin terus terngiang.

“Ke-napa kamu harus h-hadir kalau akhirnya ka-mu pergi?” lirihnya terbata.

Nara duduk di pinggir ranjang saat wajah Kevin yang sedang tersenyum mencuri perhatiannya. Bukan. Nara bukan melihat hantu Kevin. Tapi Nara mengingat wajah tampan Kevin yang sedang tersenyum ke arahnya.

Sesak. Rasanya sesak sekali.

Bibir Nara seketika terangkat membentuk bulan sabit. Untuk apa ia masih menangis kalau Kevin-nya saja sudah ia pastikan bahagia?

Matanya melirik ke arah gaun pernikahan dan beberapa undangan yang belum tersebar. Senyum lirih tampil di wajah cantiknya.

Setidaknya Kevin sudah tulus mencintainya, dan setidaknya Kevin sudah merasa tenang karena mereka telah bertemu.

Cepat-cepat Nara mengambil recorder itu, dan menatapnya sebentar. Lantas berjalan, membawanya ke ruangan musik pribadi miliknya.

“Untuk kamu Vin. Aku buat melodi ini untuk kamu. Mungkin kita memang nggak ditakdirkan untuk bersatu tapi setidaknya lagu ini bisa bersatu untuk mewakilkan semuanya.” Nara mengusap air matanya dengan kasar. “Music from bad boy.”

“Semoga bahagia sayang. Aku yakin kamu pasti bahagia. I love you darling.” Nara terkekeh sebentar ketika mengucapkan kata itu, merasa geli sekaligus menyenangkan untuknya. Nara tahu, kata itu yang selalu dinantikan Kevin dari mulutnya. Memanggil Kevin dengan sayang.

End

Dan terimakasih untuk semuanya yang udah bersedia baca cerita ini.

Sampai jumpa di cerita kita selanjutnya...

Love you guys

Jangan lupa untuk share ke teman-teman kalian ya! Dan terus dukung SalwaYoyos untuk selalu nulis ya gaes☺️

Bye,
Salwa & Yoyos👋

Music From Badboy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang