"Kevin kamu ngapain di dalem? Kok lama banget?" serang Lanat ketika Kevin keluar ruangan.
"Bu Nara minta dinyanyiin Pak, maaf." Nathan tersenyum melihat Kevin.
"Oh ya? Nara jarang sekali manja seperti itu. Dia minta diusap kepalanya, ya?" tanya Nathan.
Kevin mengangguk. "Katanya usap sampe tidur. Ya udah, saya nyanyi sambil ngelus-ngelus rambut Bu Nara."
"Dia memang manja." Nathan terkekeh pelan, "kamu tahu Kevin? Dia selalu bersikap manja dengan orang tertentu. Tapi, dia lebih sering manja sama saya. Ya, sama seperti kamu. Minta dinyanyikan sambil diusap kepalanya sampai tidur." Kevin tercengang.
"J-jadi, maksudnya, saya orang terpecaya Bu Nara?" Kevin menunjuk dirinya sendiri. Nathan mengangguk singkat.
"Mungkin." Nathan terkekeh pelan.
"Oh, Kevin, berarti kamu harus sering-sering mengunjungi Bu Nara. Siapa tau minta dinyanyikan seperti tadi 'kan?"
"Iya Pak, biar saya ada yang melatih nyanyi. Soalnya, saya mau ada lomba di Bandung sama Bu Nara." Kevin menampilkan cengiran lebarnya.
"Wah, hebat kamu Kevin!" ucap Mike sambil bertepuk tangan pelan. Kevin melirik Mike, kemudian mendelik tak suka.
"Iyalah, namanya juga Kevin. Anaknya Pak Kenan dan Bu Vinna." Kevin mengangkat dagunya sombong.
"Sombong banget bocah! Masih bau bawang aja sudah sombong." Lanat menepuk bahu Kevin keras.
"Ih, Bapak iri sama saya? Iri tanda tak mampu Pak." Kevin menyipitkan matanya.
"Kurang ajar ya kamu. Pulang sana!" geram Lanat pada Kevin. Nathan dan Mike tertawa pelan, menyaksikan perdebatan antara murid dan guru di depan mereka.
"Ya udah, Pak, Om bule, Om mertua, saya pulang dulu," pamit Kevin seraya menyalimi ketiganya.
"Apa tadi?" tanya Nathan, menahan tangan Kevin yang hendak menyalimi dirinya, "Om mertua?"
Jantung Kevin berdegup kencang, menyadari kebodohannya. Om mertua? Ia tak merasa berkata demikian pada Nathan. Sepertinya yang memanggil Nathan dengan sebutan Om mertua bukan dirinya! Mulutnya sangat sulit untuk diajak kompromi.
"Om mertua?" Kevin menyengir lebar.
"Iya?" jawab Nathan polos.
"Lah, Om juga mau aja saya panggil Om mertua. Berarti mau jadi mertua saya?" goda Kevin. Nathan tersadar, lantas tertawa dibuatnya.
"Eh iya ya." Lanat ikut tertawa, lain hal dengan Mike. Pria itu memasang wajah datar pada Kevin.
"Urus saja dulu sekolahmu, kalau sudah dewasa nanti, Om pertimbangkan, ya?" Sekarang, giliran Kevin yang tercengang. Hei, ia hanya bercanda pada Nathan.
"B-beneran Om?" Kevin menganga tidak percaya.
Nathan mengangguk pelan. "Ya sudah, kamu balik lagi ke sekolah."
"Iya Om, ya udah kalo gitu. Pak saya duluan, Om bule bantuin Bu Nara sembuh. Awas kalo enggak," ucap Kevin dengan nada mengancam.
"Kurang ajar anak ini, pulang sana!" titah Lanat seraya menarik kerah seragam Kevin agar menjauh dari mereka.
"Iya Pak, ampuuunn!" Kevin tertawa seraya berlari kecil menuju parkiran, tempat di mana mobilnya terparkir di sana.
"Papanya Bu Nara welcome banget sama gue. Tapi apa Bu Nara mau sama bocah ingusan kayak gue? Emangnya gue cinta sama Bu Nara?" monolog Kevin seraya menyalakan mesin mobilnya.
.
.
.To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Music From Badboy✓
Jugendliteratur[teenfiction, romance] Dear my love teacher, I want to give you music. Listen, I hope I find you. Stay with me, don't go. ____________________________________________ "Bu, jadi pacar beneran saya mau nggak?" -Kevin Ezra Mahaprana "Kamu sadar gak sih...