Semua konser di bulan ini sudah Kevin hadiri. Sekarang, rasanya Kevin tak butuh lagi konser keliling dunia, karena yang dicarinya sudah ketemu saat ini.
Naranya sudah kembali, jadi untuk apa ia konser keliling dunia lagi. Kalau bisa, rasanya Kevin ingin keluar dari dunia intertaiment sekarang juga. Namun tidak, Kevin tidak bisa mengecewakan orang-orang yang sudah mendukungnya sampai sekarang ini. Kalau bukan karena karier dan orang-orang yang sudah mendukungnya, Kevin tidak akan pernah bertemu dengan Nara.
Hari demi hari sudah terlewati, rasanya masih seperti mimpi melihat Nara yang berada di sampingnya. Selama konser, Kevin juga selalu menyempatkan waktunya untuk bertemu Nara, mengajari Nara berjalan, mengajak Nara berkeliling dan banyak lagi yang lainnya. Yang pasti Kevin tidak membawa Nara ke tempat yang ramai. Ia takut, kalau nanti ada salah satu fans nya yang tidak suka dengan Nara dan malah nekat menyakiti Nara.
“Kamu mau bawa aku ke mana?” tanya Nara yang kini sudah duduk manis di kursi mobilnya.
“Kamu maunya ke mana?”
“Kok malah tanya balik?”
Kevin terkekeh pelan. “Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Ya semoga aja kamu suka.”
“Kalo aku nggak suka?”
“Aku pastiin kamu bakal suka.”
“Percaya diri banget ya?”
“Iya dong Bu guru, karena saya yakin Bu guru bakal suka,” kata Kevin dengan senyum menggoda.
“Jangan panggil bu guru lagi Kevin, nanti aku bakal geli sendiri karena inget kalo kamu lebih muda dari aku! Sebenernya aku masih geli kalo inget pacaran sama brondong!” Nara memalingkan wajahnya ke samping jendela. Entah mengapa tiba-tiba saja pipinya memerah.
Pertemuan pertama dengan Kevin tiba-tiba berputar di otaknya seperti cd rusak. Bagaimana bisa ia menjalin hubungan dengan anak muridnya sendiri? Memgingat itu Nara geli sendiri.
“Oh iyaya? Aku baru inget kalo aku berondongnya kamu.”
“Kevin!”
“Iya, Bu Nara?”
“Kamu kok seneng banget sih jadi berondong!” Nara kesal sendiri.
“Karena aku merasa paling ganteng, muda dan bertenaga kuat,” jawabnya dengan cengiran tanpa dosa.
“Jadi maksud kamu aku jelek, tua dan lemah? Iya?!” tanya Nara dengan kesal.
“Gak apa-apa yang penting aku cinta kamu.”
“Oh jadi kalo kamu nggak cinta aku, aku bakal kenapa-kenapa, gitu?”
“Iya, honey i miss you too.”
Nara memutar bola matanya jengah. “Gila!”
“Kamu manggil aku apa? Darling?”
Nara yang semula kesal malah terkekeh sendiri. Hanya Kevin yang bisa membolak-balikkan hatinya di waktu yang sama.
“Lha, ketawa nih guru gue,” goda Kevin membuat Nara mau tak mau mendengus kesal. Percuma meladeni Kevin, yang ada malah tak ada habisnya.
“Kita mau ke mana sih? Lama banget nggak sampai-sampai,” kata Nara mengalihkan topik.
“Ke hatimu lalu pergi ke hatiku lalu pergi kepelaminan lalu pergi ke kam—”
“Iyain biar cepet.”
Dan saat itu juga tawa Kevin menggelegar. Sejak kapan kekasihnya ini bisa ngelawak?
“Tau dari mana kamu ngomong begituan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Music From Badboy✓
Jugendliteratur[teenfiction, romance] Dear my love teacher, I want to give you music. Listen, I hope I find you. Stay with me, don't go. ____________________________________________ "Bu, jadi pacar beneran saya mau nggak?" -Kevin Ezra Mahaprana "Kamu sadar gak sih...