Baru aja gue ngerasa happy kemarin, lo malah balik bikin gue down.
...Koridor sekolah menjadi saksi saat Prilly kembali mendapatkan kalimat yang menurutnya tidak pantas di lontarkan. Ingin sekali memberikan sebotol sianida kepada orang yang berani mengejeknya, namun ia hanya biasa saja. Jika melawan menurutnya akan memperkeruh suasana.
"We murahan! Jangan nunduk ngapa, kagak bakal ada duit di bawah. Biasa nyari duit sama om-om juga lo!" celetuk salah satu siswa yang membuat Prilly gedeg setengah waras.
Menundukkan kepala bukanlah kesalahan, apa mendongak akan mendapat pujian?
Prilly tetap melanjutkan langkahnya untuk masuk ke kelas, persetan dengan berbagai ocehan pedas yang menyapanya. "Gak ada kerjaan," gumamnya, lalu berjalan ke arah pintu kelas nya.
"Prilly!" panggil seseorang, yang sontak membuat Prilly berbalik ke belakang.
"Kenapa?" tanya Prilly datar lalu mengalihkan pandangannya dari Ali yang sedang tersenyum manis kepadanya.
"Mau ikut gue nggak?" tawarnya, lalu menarik tangan Prilly untuk mengikutinya.
"Gue kemarin gak sekolah bodoh, masa ia gue sekarang juga alfa," tolak Prilly.
"Alah! Gak penting," balas Ali lalu menarik Prilly besamanya. Turun dari tangga kelas Prilly, berjalan ke arah lapangan basket.
"Ngapain ah? Gak jelas. Gue gak ada pelajaran olahraga," ucap Prilly menatap sekelilingnya, sambil menggaruk rambutnya.
Ali tersenyum hangat, lalu mengambil setangkai bunga tulip di belakang sakunya menyodorkan nya ke arah wajah Prilly. "Gue tadinya mau beli mawar, tapi kehabisan. Adanya tulip, yaudah beli tulip," ucap ali.
Prilly menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "Apaan dah?" tanya nya sambil dilanda kebingungan.
Kepercayaan bukan masalah sepele, bagiamanapun ia menjadi satu faktor dalam terjalinnya hubungan.
"Lo mau jadi pacar gue?" ucap Ali terlontar begitu saja. Yang membuat Prilly melongo seketika. Bukannya Ali pernah menghinanya kemarin lusa?
"Ha--hah?" tanya Prilly tergagap, seraya menutup mulutnya.
"Ayo, mau pasti ya?"
"Gak penting banget, ngajak gue kesini cuma begitu doang," jawab Prilly kemudian melangkahkan kakinya kembali ke kelasnya.
Lengan Prilly buru-buru di cekal oleh Ali, yang membuatnya berbalik. "Apaan lagi, sih?" tanya Prilly tak habis fikir dengan otak Ali yang tak sinkron itu.
"Lo mau, ya sayang?" ucap Ali kembali, yang membuat Prilly menahan senyumnya.
Demi apapun, entah setan mana yang sedang merasuki Prilly. Ia sedang blushing sekarang, Ali memanggilnya sayang.
"Lo diem berarti mau, deal sekarang. Jam 09.00 pagi, di lapangan basket, tanggal 03 November 2018 lo jadi pacar gue," ujar Ali lantang, memukul dadanya tiga kali seolah ia bangga.
"Kenapa lo pacarin gue yang jelas anak wanita penghibur?" tanya Prilly santai, mengalihkan matanya. Menampilkan senyuman remeh kala melihat wajah Ali yang gelagapan.
"Yaa--um gue cinta lo. Masih mau nanya alasan nya apa?" tanya Ali seolah menantang. Prilly hanya mengidikkan bahunya, lalu pergi begitu saja.
Ali berdiam diri, ia tak tahu harus bagaimana. Ia ingin mengejar Prilly, namun sekarang jam pelajaran.
Prilly berjalan ke kelasnya, sesekali memangut-mangut. Ia menatap ke arah sekitar, dimana orang-orang memberikan senyuman ramah. Tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKE
FantasíaKita satu dunia, namun duniaku sendiri lebih menyenangkan dari pada dunia kalian. Menyendiri, kelam, menunggu keajaiban. -Decyla Prillyestie Ragana. #2 ALONE [10/05/19] #3 SADLIFE [07/04/20] #3 aliandosyarief [28/10/20]