Broke-16

1.6K 147 6
                                    

"Gue mau ngomong sama kalian." Ali menyingkapkan tangannya didada, menatap lurus ke depan.

Sontak Isal dan Reno menghentikan langkahnya, kemudian menoleh. "Kenapa?" timpal Isal, balas menatap Ali datar.

Ali menghembuskan napasnya, belakangan, hubungan persahabatan mereka terlihat renggang. Dan Ali merasakan itu, entahlah, ia tidak tahu penyebab renggangnya tersebut.

"Gue butuh jawaban jujur," ucap Ali, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.

Isal terkekeh hambar, "Lo mau nanya apa dulu, bodoh!" serunya.

"Kalian yang bikin berita hoax tentang Prilly, dua minggu yang lalu?" Ali diam, ingin mendengar penjelasan kedua temannya terlebih dahulu. Ia bungkam, mencoba keduanya membuka suara.

Isal dan Reno lantas saling bertatapan satu sama lain, Reno yang sama sekali tidak mengerti pun menatap Isal geram. Bagaimana Ali tahu? Bukankah hal itu hanya Reno dan Isal yang mengetahuinya?

"Gue butuh jawaban ya, bukan tingkah bego kalian. Lo semua diem sama sekali gak nguntungin," lanjutnya. Ali maju selangkah, menaikkan sebelah alisnya. "Susah amat buka mulut? Atau, mau gue bogem aja sekalian?"

Isal menjauhkan tangan Ali yang sempat mengenai wajahnya. "Santai, gue sama Reno nggak mungkin licik di belakang lo. Mana mungkin kita kayak begitu, ya nggak Ren?" Reno hanya mengangguk saja.

Namun, Ali paham betul akan gerak-gerik Reno yang terlihat kaku di depannya. "Lo bohong kan, Ren?" tanya Ali, tepat matanya menangkap bola mata Reno.

"Iya, gue sama Isal. Gue sama Isal, kenapa?"

"Bangsat!" umpat Ali geram, kepalanya menggeleng, menandakan bahwa ia tak percaya.

"Dan gue sama Reno ngerasa berhasil bikin hubungan lo sama si keturunan wanita penghibur hancur!" Isal terkekeh, kemudian menepuk kedua telapak tangannya.

Ali menahan emosinya, ia terlanjur menyerahkan raganya kepada Sonata, kekasihnya. Namun, jauh di uluk hatinya, ia masih menyimpan rasa kepada Prilly.

"Bukannya kalian udah dapet semuanya?" ujar Ali, mencoba tenang, bersiap akan jawaban menjijikan keluar dari mulut kedua sahabatnya.

"Ok, semuanya. Tapi gue gak mau lo putus sama Natha cuma gara-gara ini!" timpal Reno.

"Terus gimana kabar Prilly? Lo semua sama sekali nggak ngerasain, dia malu, men. Dia malu, dia kasihan, terus lo semua ketawa? Cih, gue baru sadar ternyata temen gue bego semua!" Ali menendang pepohonan di sampingnya.

Isal berdecak, menghampiri Ali, menepuk bahu Ali tiga kali. "Terus apa yang mau lo lakuin sekarang? Balik sama dia, atau, nikmati hubungan lo sama Sonata yang jelas-jelas kita dukung?"

Ali memejamkan matanya, kemudian bertanya, "Apa yang bikin kalian benci Prilly?"

"Simpel sih, dia gak cocok buat lo!"

"Atas dasar apa lo nyimpulin gitu?" tantangnya.

"Banyak tanya lo, minggir, gue mau lewat," sebal Reno.

"Kirain gue kalian baik, dugaan gue salah. Gue kena munafik yang namanya teman bermuka dua. Fake!" Ali berjalan, menenangkan sedikit otaknya.

Keputusannya membuat beban baru yang harus ia tampung sendiri. Ia terlalu cepat, mengambil keputusan. Jadi, ia sendiri sekarang yang dilema akan dua pilihan yang selalu menghantuinya. Disisi lain, ia merasa iba kepada Prilly, namun, ia juga punya Sonata. Tidak mungkin Ali meninggalkan Sonata.

....

Malam hari, Prilly mendapatkan undangan dari Kakek, ia mendapat pesan bahwa dirinya harus ke Cafe Teratai, ia bersiap akan penampilannya.

BROKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang