Broke-9

1.8K 143 2
                                    

Prilly siap dengan seragam sekolahnya, memoleskan sedikit lipbalm di mulutnya. Merasa sudah sempurna, ia turun dari tangga.

Ia memutar bola matanya malas, teman Maminya tidur di ruang tengah, menyisakan sampah yang sangat banyak.

Matanya terfokus pada objek di tengah mereka, Alinya. Ali sedang mendekap dua orang wanita, salah satunya maminya, tetapi mereka semua tertidur.

Apa yang Prilly lewati tadi malam? Apa ia ketinggalan banyak berita?

Dadanya merasakan sesak, ia merasa di khianati oleh orang yang ia cintai.
Buru-buru ia menarik Ali, menyadarkan Ali dari pengaruh Alkohol.

Ali mengerjapkan matanya, ia sedikit ling-lung dengan cahaya pagi. "Hah--apa?"

Prilly menarik tangan Ali kencang, ia membawa Ali keluar rumah. Ia ingin meluapkan banyak amarah, namun ia tahu, Ali belum sepenuhnya sadar.

"Prill?" gumamnya.

Prilly menggeleng tak percaya, "Pulang lo!" ucap Prilly.

Ali mengangguk, kemudian mengendarai motornya untuk melaju ke rumah. Prilly menarik nafasnya, ia tidak percaya apa yang Ali lakukan.

...

Prilly masuk gerbang sekolah dengan tidak semangat, ia menatap jam dinding. Baru jam setengah tujuh, apa Ali hari ini akan masuk sekolah?

Tiba-tiba, ada yang merangkul Prilly. "Hello, gue Erlangga Giodavian, anak baru disini. Lo bisa panggil gue Shawn Mandes, terserah. Terus lo siapa? Kenapa diem aja?" ucapnya, Prilly yang merasa risih pun melepas paksa rangkulan lelaki yang tak ia kenali.

"Sok kenal sih!" tukasnya, ia menatap heran lelaki di depannya.

"Ya elah, gue kan pengen kenal elu. Siapa nama lo?" tanyanya, Prilly memutar bola matanya malas.

"Prilly," ucap Prilly kemudian berlalu.

"Hei, Prilly! Sini dulu, lo mau bantuin gue gak?"

"Woi, Prilly! Gilak kali tu cewek," ucap Gio.

Prilly berjalan ke ruang perpustakaan, ia malas mengikuti kelas hari ini. Entahlah, moodnya hilang sejak tadi pagi. Ia membuka laptopnya, memasang earphone.

"PRILL!" samar-samar ia mendengar orang meneriakkan namanya, tetapi ia bodo amat.

"Ini, Prilly di dalem!" ucap salah satu siswa, Prilly gedek setangah mati. Tak tahukah Prilly ingin tenang sekarang?

"Fano, pelan-pelan!" tegur Ibu perpustakaan.

Prilly tahu, pasti Ali yang datang. Ali berdiri satu meter di depannya, Prilly buru-buru membereskan peralatannya.

"Bentar dulu, Prill," cegah Ali.

"Apa? Mau lo apa?" tanya Prilly.

Ali menggeleng, ia melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Prilly.

"Stop di situ, jangan berani lo ngelangkah lagi!" ucap Prilly, ia memejamkan matanya.

"Maafin gue, gue gak tau semalem kejadiannya gimana," ucap Ali, ia mengacak rambutnya frustasi, demi apapun ia tidak tahu apa-apa.

"Kalau lo gak tau kenapa lo ngerangkul Mami, tidur sama temen Mami, Li!" ujar Prilly, ia kembali terduduk. Pikirannya melayang, dengan apa yang terjadi semalam, ia berpikir hal-hal aneh yang di lakukan Ali saat pesta maminya.

"Gue di paksa buat minum, awalnya gue pengen pulang, gue di tarik sama tante-tante, Prill. Percaya sama gue," pinta Ali.

Prilly menggeleng, tatapannya kosong. "Gue ngerasa di munafikin tau nggak? Gue ngerasa lo pengen deket Mami, cuma lewat gue, iya?" tanya Prilly.

BROKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang