Broke-3

2.6K 188 1
                                    

You hate me?
Haha
I hate me too

Prilly menginjakkan kakinya di depan pintu gerbang, ia melihat ke arah sekelilingnya. Terlihat sepi. Ia berdecak, pasti ini akibat dari telat bangun tadi.

"Pak satpam!" teriak Prilly melambaikan tangannya ke arah seorang penjaga sekolah.

"Telat lagi ya? Udah tiga kali pasti di hukum," ucapnya tak peduli. Lalu melanjutkan minum kopi di pos yang di sediakan.

"Bukain!" Tak perlu waktu lama, Prilly pun masuk dengan wajah juteknya. Sesekali menendang kerikil yang menghalangi jalannya.

Ia meminta surat izin masuk ke Guru piket di kantor. Lalu beralih menjalankan kakinya ke ruang kelas.

Ketukan pintu membuat Guru yang mengajar menghentikan aktivitas belajarnya, lalu menatap Prilly tajam. "Mau apa lagi kamu kesini? Telat lagi, iya? Masuk cepet!" titahnya yang diangguki oleh Prilly.

Sekelas menatapnya tajam, ada yang bergidik ngeri. Sebenarnya apa salah Prilly? Prilly tidak mempunyai seorang temanpun.

Sorakan demi sorakan membuatnya terenyuh, ada yang menghinanya. Dan lainnya. Namun Prilly mencoba diam, ia tak ingin memperkeruh suasana.

"Diam semuanya! Perhatikan pelajaran saya!" Intruksi Pak Guru di depan dengan tegas. Sontak semua murid menghadap ke depan dengan tatapan takut.

Pelajaran menjelang istirahat selesai, waktunya istirahat. Prilly mengambil buku novel bergenre Fantasy yang sengaja ia beli. Tak lupa dengan earphone nya di tas.

Ia berjalan santai menuju perpustakaan, ia tak ingin membeli makanan di kantin. Karena, bukan pasti lebih tepatnya ia akan di hina berlebihan dengan teman sekolahnya.

Prilly memejamkan matanya, saat melihat teriknya matahari siang ini, ia mendongak yang membuat penglihatannya sidikit buram. Prilly sedikit menyenggol tubuh seseorang, lalu berbalik.

"Jalan liat-liat dong, anaknya wanita penghibur! Haha," ucapnya seperti hinaan, yang mengundang gelak tawa siswa yang tak sengaja menyaksikan kejadian tersebut.

Prilly mengepalkan tangannya, lalu menatap tajam orang tersebut. "Ini kelakuan ketua osis? Gak tau cara ngomong yang bener! Ohiya, maaf," ucap Prilly lalu berjalan kembali dengan tak memperdulikan omongan di belakangnya.

Ali, Zerofano Alithatra seorang ketua osis yang dikenal dengan sebutan bad ketos ia hanya memanfaatkan ketampanan dirinya untuk sebuah ketenaran. Memang tampan, namun sifatnya berbanding terbalik dengan fisik yang sempurna miliknya.

"Ali!" panggil Gaki di belakang.

"Rapat osis kapan? Kok gak pernah ngadain rapat?" lanjutnya, yang membuat Ali memutar bola matanya malas.

"Gak penting, ganggu gue aja lo," ucap Ali lalu melenggang pergi begitu saja.

Gaki tersenyum miris. Mengapa orang seperti Ali layak dipilih sebagai ketua osis? Apa yang akan terjadi dengan sekolah ke depan?

"Woeh bro! Lo gue tungguin gak dateng-dateng. Bego dasar," ucap Isal dengan tatapan malas.

"Sori, haha," balas Ali sambil tersenyum devil.

.
.
.

Prilly menumpukkan tangannya di atas meja perpustakaan, ia bosan hidup seperti ini. Dirumah, ia juga bosan dengan Maminya yang tak pernah sadar dari kerasukan yang membuatnya bejat.

Disekolah, ia juga bosan. Pasti yang ia dapat hanya caci-makian para murid. Yang membuatnya tersulut emosi.

Prilly menundukkan kepalanya saat melihat segerombolan siswa lewat di hadapan nya. Saat ini, Prilly akan ke luar sekolah. Menghindari kebosanan yang selalu menghampirinya.

Prilly terduduk di bangku depan perpustakaan, karena lelaki yang bergerombol membuatnya jatuh ke bangku. Sebuah keuntungan.

"Buku harian gue!" pekiknya saat buku hariannya terbawa dengan arus lelaki tadi. Ia tak melihat bukunya disitu, Ya Tuhan. Buku hariannya.

"Eh goblok balikin buku gue!" ucap Prilly berteriak karena buku kesayangannya hilang. Namun ucapan Prilly dihiraukan oleh mereka. Yang Prilly dapat, hanya tatapan aneh dari siswi yang menatapnya jijik.

"Anak kesayangan wanita penjilat kehilangan bukunya gaes!" ucap seorang wanita dengan beperawakan tinggi. Yang membuat Prilly mendongak untuk menatapnya.

Disusul dengan dua teman perempuannya di belakang. Sambil tertawa remeh. "Duh duh kasian ya Re," sambungnya.

"Gimana? Ada jadwal sama om-om malam ini?" tanya satu perempuan di sebelah kanan Rasti.

Prilly mendongak. Menatap ketiga nya nyalang. "Lo gak berhak ngatain gue kayak gitu!" ucapnya lalu melengos pergi.

Prilly membenahi bukunya, lalu memakai tas nya. Ia berjalan ke arah depan gerbang. Mengambil mobilnya yang sengaja ia parkirkan di depan.

Ia menghempaskan tas nya kasar, lalu duduk dengan nafas yang ter engah-engah. Menumpukan tangannya di atas stir mobil.

"Selalu aja gini! Gue capek tuhan!" ucapnya lirih lalu tersenyum luka.
Kakeknya-Tomi pernah berkata, bahwa ia harus bahagia. Prilly selalu saja tersenyum meskipun ia sedang bersedih.

"Gue gak tahan. Gue gak mau gini terus!" ucapnya kemudian menangis, menundukkan kepalanya di stir mobil tersebut.

Kemudian ia menjalan kan mobilnya, ia ingin ke sebuah taman yang jarang orang kunjungi, karena taman ini belum terlalu terkenal. Karena, disini mempunyai kenangan lampau.

Ia keluar mobil dengan baju yang sudah di ganti. Lalu menghampiri kedai kembang gula dan permen loli disitu. "Ini bang uangnya," ucapnya kemudian memberi uang tersebut.

"Prilly masih doyan? Kirain udah gak suka sama loli lagi hehe," ucap Abang tersebut lalu memberi kembalian ke Prilly. Prilly hanya berdehem malas. Lalu berjalan ke salah satu bangku bercat putih disitu.

Ia menatap nanar kedepan, dimana air mancur bergambar Princess Aurora yang sedang tersenyum. Serta tokok princess Disney lainnya, tak lupa di hiasi pohon jeruk dengan lampu tumbler berwarna-warni.

Andai ia bisa kembali seperti dulu, piknik dengan keluarga kecil yang bahagia. Jangan kan seperti dulu, Maminya saja yang masih hidup enggan untuk menemaninya ke taman ini.

Prilly memandang lurus kedepan, sambil menjilati permen dan kembang gulanya. Manis, seperti kenangan masa lalu bersama Papinya.

Segemercik hujan turun, membuat prilly mengalihkan pandangannya. Ia melihat kesana-kemari, sudah kosong. Pengunjung taman sudah pulang terlebih dahulu, hanya dirinya.

Prilly berdiri lalu menatap ke arah langit yang menggelap, ia tersenyum.
"Papi liat Prilly ujanan ya! Nanti kita main kejar-kejaran," ucap Prilly berbicara sendiri dengan langit

Seolah Papi nya sedang berada di dekatnya, Prilly tersenyum. Pasti, semua pasti. Pasti papinya sedang manatapnya di atas, mengingat dulu mereka sering bermain hujan di halaman rumah, kemudian Maminya yang menyiapkan dua cangkir teh hangat.

Prilly berlari kesana-kemari, sambil tertawa. Seolah ada sosok yang menemaninya di tengah derasnya hujan ini. Hari mulai malam, Prilly masih saja berada di tempat ini.

"Prilly pulang dulu ya Pi, dingin hehe," ucapnya lalu masuk ke mobil.

Jangan katakan Prilly gila, atau seitilahnya. Ia ingin bahagia, paham?

Jangan sesekali menghancurkan kebahagiaan Prilly kali ini. Meskipun ini tak masuk akal, tetapi Prilly berhasil menghibur dirinya dengan hal sedikit mistis.

Dan melupakan sejenak ejekan yang di lontarkan padanya saat tadi di sekolah.

Bogor,9 Oktober 2018

BROKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang