8 NOP 2018
hai, all... makasiii buat feedback di part sebelumnya. ah, vote dan komen kalian bikin semangat. just info, mungkin banyak dari kalian yang merasa typo untuk beberapa kata, seperti piza. Terima kasih utk yang peduli dan mengingatkan, tp sebenarnya saya menulis berdasarkan KBBI, pizza dalam KBBI adalah piza. so, itu bukan typo ya wan-kawan. tapi makasih dah diingatkan.
happy reading.
PART 4
Laura terbangun saat mendengar suara lembut nan manis di sisinya. Ia membuka mata, mengerjap-ngerjap, menatap langit-langit kamar yang terang-benderang oleh cahaya matahari pagi.
Sesaat Laura bingung di mana ia berada. Lalu suara pelan di sisinya menyentuh kesadaran Laura. Ia berbalik dan mendapati sesosok mungil dengan wajah cantik sedang berbaring menyamping, menghadapnya dengan mata polos yang memandang lekat-lekat.
"Selamat pagi, Auvie," sapa Laura sambil mengusap lembut rambut ikal pirang anak perempuan itu.
"Selamat pagi, Laura. Apakah tadi malam kau tidur denganku?"
Laura mengangguk dengan senyum manis.
Senyum ceria seketika mengembang di wajah Auvie.
"Ayo sekarang kita bangun," kata Laura sambil bangkit. "Auvie, kau mau susu?"
Auvie mengangguk semangat. "Mau."
"Tunggu sebentar."
Laura beranjak ke kamar mandi, mencuci muka, setelahnya keluar dari kamar. Lima menit kemudian ia kembali dengan segelas susu hangat di tangan.
Auvie yang sedang berbaring segera bangun dan duduk di bibir ranjang.
"Ayo minum, Sayang." Laura mengulurkan gelas tersebut pada Auvie yang segera menyambutnya dengan senang hati.
Tepat saat itu, pintu penghubung antarkamar terbuka. Jared muncul dengan hanya mengenakan celana pendek santai sebetis dan baju kaus yang sama sekali tidak menyembunyikan lekuk berotot tubuhnya. Rambut pirang pria itu yang biasa disisir rapi, saat ini tampak sedikit berantakan, namun anehnya membuatnya terlihat makin menawan.
Dada Laura bergemuruh. Di usianya yang kedua puluh tiga, meski memiliki kekasih, Laura tidak kebal dengan pesona pria seseksi Jared. Selama ini Laura hanya bertemu Jared saat pagi hari ketika pria itu akan berangkat ke kantor, atau malam, ketika pulang. Belum pernah ia melihat pria itu berpenampilan santai seperti ini.
"Bagaimana keadaan Auvie?" Jared melangkah mendekat.
Laura yang sedang berdiri di depan Auvie, merasakan jantungnya berdegup dengan cepat. Wajah dan seluruh tubuhnya memanas.
"Daddy," panggil Auvie dengan senyum ceria. Susu di dalam gelas sudah berkurang separuh. Di atas bibir gadis kecil itu tampak berlepotan air susu.
"Aku rasa dia sudah lebih baik," kata Laura pelan. Suaranya parau, entah karena gugup atau disebabkan baru bangun tidur. Tapi nyatanya, suaranya kali ini jauh lebih parau dari saat ia berbicara dengan Auvie tadi.
"Bagus." Jared mengangguk samar, ia menempelkan tangan di kening Auvie untuk memeriksa kondisi putrinya, kemudian berdesah, "Sudah tidak panas lagi."
Laura hanya diam tanpa berkata apa-apa. Sekarang otaknya dipenuhi adegan ciuman panas mereka tadi malam, dan hal tersebut serta-merta membuat hasratnya terbakar.
Laura menggigit bibir, menggerutu dalam hati, memarahi diri sendiri yang menyukai ciuman pria lain padahal ia memiliki kekasih.
Jared menoleh dan membuat mata mereka beradu. Laura tahu Jared bisa membaca arah pikirannya dilihat dari kedutan samar di sudut bibirnya dan betapa intens tatapan pria itu.
Laura memalingkan mukanya yang memanas.
"Daddy, tadi malam aku tidur ditemani Laura."
Kalimat Auvie memecah keheningan sensual yang menguar antara Laura dan Jared.
Tanpa Laura duga, Jared tersenyum tipis—pada putrinya. Senyum itu sangat tipis, tapi Laura bersumpah selama ini ia tidak pernah melihat senyum Jared—mungkin Jared pernah tersenyum pada Auvie saat Laura sedang tidak bersama mereka. Tapi melihat senyum Jared untuk kali pertama, meski sangat samar, hati Laura didera getar asing—getar yang belum pernah ia rasakan saat melihat senyum siapa pun di dunia ini.
"Aku suka ditemani Laura, Daddy. Bisakah Laura menjadi mommy-ku? Aku tidak punya mommy. Aku ingin punya mommy."
Pernyataan polos Auvie itu membuat darah Laura berdesir pilu.
Wajah Jared seketika berubah muram. Tapi sepasang mata biru—mata yang persis mata Jared namun lebih muda dan polos—sedang menatap sang ayah penuh harap.
"Tentu saja, Sayang. Laura akan menjadi mommy-mu. Mulai sekarang kau bisa memanggilnya mommy."
Auvie berteriak gembira, seketika menyerahkan gelas susunya pada sang ayah lalu melompat turun dari ranjang, memeluk Laura dan memanggil "Mommy" berulang-ulang dengan penuh semangat.
Tubuh Laura mengejang. Bagaimana bisa Jared memberi harapan palsu pada anaknya? Mereka tidak akan menikah. Laura tidak akan menjadi ibu Auvie. Ia sudah menolak dengan tegas dan jelas. Apakah Jared masih tidak paham juga? Laura sangat ingin menyangkal, tapi takut membuat Auvie sedih. "Jared...."
Jared menoleh. "Aku suka panggilan itu."
Wajah Laura merona. Meski suara Jared datar, ada nada menggoda di sana. Laura tak habis pikir, bagaimana Jared yang selama ini pemuram bisa bersikap panas menggoda? Sama dengan tak habis pikirnya bagaimana ia bisa memanggil nama Jared tanpa embel-embel apa pun? Apakah ciuman tadi malam telah melunturkan kecerdasan otaknya, atau bahkan menghilangkan akal sehatnya?
"Kita akan bicara nanti. Omong-omong, pagi ini aku sudah mengatur pengasuh baru untuk Auvie."
Mata Laura melebar. "Apa maksudmu?"
"Maksudku sudah jelas. Aku mengupah pengasuh baru."
"Ta-tapi kenapa? Apakah maksudmu aku dipecat?"
"Ya, kau dipecat."
Kaki Laura melemas. Apakah Jared memecatnya karena ia teledor hingga Auvie demam? Laura tahu selama ini Jared sangat protektif pada pengasuhan putri semata wayangnya, tapi sungguh, kemarin Auvie hanya bersin-bersin, tubuhnya bahkan tidak panas.
Bagaimana hidupnya setelah ini? Laura sangat membutuhkan pekerjaan atau ia tidak akan sanggup membayar sewa flatnya. Tinggal bersama Victor bukanlah ide yang menyenangkan. Laura tidak mau tinggal serumah dengan seorang pria tanpa ada ikatan pernikahan.
"Kau dipecat sebagai pengasuh karena kau akan menjadi mommy Auvie."
"Apa??"
"Hari ini aku tidak ke kantor, kita bicarakan nanti saat berdua. Sekarang, aku akan memandikan Auvie. Kau boleh pulang untuk istirahat. Tapi aku harap kau kembali siang nanti. Pukul tiga. Kita akan bicara." Setelah mengucapkan itu, Jared berpaling pada Auvie. "Nah, Manisku. Habiskan susu, Daddy akan memandikanmu." Jared mengulurkan gelas susu kepada Auvie.
Auvie menurut dengan penuh semangat. Dalam sekejap, susu yang bersisa separuh itu ludes. Jared mengambil kembali gelas tersebut dari tangan anaknya dan meletakkannya ke atas nakas.
Tanpa berkata apa pun lagi, Jared meraih putrinya, lalu menggendongnya menuju kamar mandi. Gadis kecil itu berceloteh dengan ceria. Jelas sangat gembira kini memiliki mommy.
Sementara Laura hanya terpaku dengan pikiran berkecamuk.
***
bersambung...
nahhhh serangan langsung dari Ayank Jared. lol. jangan lupa vote dan komennn cetar yooo... makasi kawan2.
follow IG penulis ==> evathink
YOU ARE READING
The Boss's Proposal - REPOST
Romance[Follow Evathink untuk membaca] The Boss's Proposal CR 21+ Editor : Muhajjah Saratini (editor profesional, telah menyunting banyak naskah mayor) "Pinjamkan rahimmu untuk mengandung anak-anakku, akan kuberikan apa pun yang kau mau, asal bukan cinta."...