PART 8

32.2K 2.4K 22
                                    

1 DES 2018

Hello teman2 semuaa, morning, tadi malam rencananya saya mau update, tapi ngemal, terus main ke rumah sepupu... jadi gitu deh, maafin yo.

btw, terima kasih untuk semua teman2 atas apresiasinya : untuk yang membeli novel saya versi cetak, juga ebook.
saya infokan, versi cetak sudah ready(yang minat boleh WA saya 08125517788).
nah, untuk yg ebook, terima kasih untuk semua yang purchase, sampai hari ini,
THE BOSS'S PROPOSAL NO. 1 BEST SELLING di GOOGLE PLAYBOOK, selama 10 hari berturut-turut.

terima kasih juga buat teman2 di wattpad yang terus support saya.

btw happy reading.

PART 8

"Jadi bagaimana? Kau ingin menikah dengan pesta meriah atau di catatan sipil saja?" tanya Jared saat Laura sedang menyesap sampanye.

Suara itu membuyarkan pikiran-pikiran Laura. Ia tersedak kecil.

"Maaf aku mengejutkanmu," kata Jared sambil mengusap lembut punggung Laura yang berbalut baju kaus santai.

Laura hanya mengangguk kecil. Usapan Jared pada punggungnya membuat napasnya seketika tersekat. Tangan pria itu terasa besar dan panas. Laura teringat bagaimana ketika tangan itu menyentuh dadanya. Meski waktu itu ia masih memakai bra dan baju lengkap, sentuhan Jared tembus hingga ke kulit payudaranya yang halus.

Rasa panas mengalir ke seluruh tubuh Laura. Ia merapatkan pahanya saat sensasi mendamba tersebut kembali menyerang.

Laura tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Bersama Victor ia tidak pernah merasa seperti ini. Hampir setahun mereka berpacaran, dan selama itu mereka hanya pernah berciuman, tidak lebih. Victor tentu saja menginginkan lebih.

"Tidak apa-apa," ucap Laura pelan dengan suara sedikit parau. Laura mengubah cara duduknya agar bisa memandang Jared di sampingnya dengan leluasa. Gerakan itu justru membuat lututnya menggesek lutut Jared. Seketika tubuh Laura menggelenyar.

Laura memandang Jared yang sedang menatapnya hampir tak berkedip. Entah bagaimana, Laura merasakan tatapan pria itu begitu membara. Bagaimana Jared yang biasanya dingin memiliki tatapan sepanas itu?

Laura berdeham pelan, lalu berucap, "Pernikahan di catatan sipil saja, lebih praktis."

Dilihat dari segi apa pun, pernikahan di catatan sipil-lah yang paling bagus untuk kondisi mereka. Jared seorang duda, Laura ragu pria itu menginginkan pesta pernikahan yang mewah dan besar-besaran. Meski Jared menanyakan pendapatnya, menurut Laura pria itu hanya berusaha bersikap sopan. Selain itu, Laura juga sebatang kara di dunia ini. Keberadaan orangtua kandungnya sama sekali tak terendus. Saat dewasa, ia berusaha mencari tahu tentang mereka, tapi pengurus panti mengatakan kalau Laura yang masih bayi ditemukan di depan pintu panti tanpa pesan atau identitas apa pun.

Sementara orangtua angkatnya, yang mengadopsinya sejak ia berusia sepuluh tahun, telah meninggal beberapa tahun lalu. Ia tidak memiliki siapa pun lagi yang akan peduli dengan pernikahannya.

Ya, ia memiliki teman-teman. Tapi hanya beberapa yang benar-benar dekat dengannya. Dan Laura pikir, teman-teman dekatnya akan maklum pada keputusannya.

"Kau yakin?" tanya jared.

Laura mengangguk tanpa ragu.

"Kalau begitu kita akan menikah lusa. Aku sudah memesan cincin kawin dan akan selesai besok."

Laura hanya terpaku memandang Jared. Secepat ini mereka akan menikah? Laura pikir setidaknya mereka baru akan menikah beberapa bulan lagi—atau setidaknya beberapa minggu lagi.

"Jangan khawatir, ukuran cincinnya akan cocok dengan jarimu. Aku memesan ukuran yang sama dengan cincin pertunangan yang kau kenakan saat ini," kata Jared sambil memandang jari manis Laura.

Laura menggigit bibir pelan. Jared jelas salah menebak pikirannya.

"Oh ya, besok pagi aku akan menemanimu ke flatmu, mengambil barang-barang."

"Barang-barang?" tanya Laura bingung.

"Ya, barang-barangmu, Laura. Kau akan tinggal di sini. Bukankah kau harus mengambil barang-barangmu? Atau kau lebih suka membeli segala sesuatu yang baru, seperti baju dan lain-lain? Aku akan menemanimu belanja kalau begitu."

Laura tercengang. Jared akan menemaninya berbelanja? Sungguh, sekali pun Laura tak pernah berpikir kalau Jared jenis pria sabar, yang mau menemani wanita berbelanja.

"Aku akan mengambil sendiri barang-barangku," kata Laura pelan. Bagaimanapun ia harus memastikan Victor tidak berada di flatnya saat ia kembali ke sana. Laura tidak ingin bertemu lagi dengan laki-laki itu. Tidak, karena melihat wajah itu membuat hatinya yang luka serasa diremas dan ditabur garam. Pedih nian. Ketika melihat Jared mengernyit, Laura memaksakan seulas senyum. "Aku tidak mau merepotkanmu. Turio akan membantuku membawa barang-barang ke mobil."

"Oh." Jared mengangguk samar. "Baiklah."

Laura kembali menyesap anggur, kemudian meletakkan gelas kristal itu ke atas meja. "Aku rasa sebaiknya aku pergi istirahat sekarang." Laura berdiri. "Selamat malam, Jared."

bersambung....

prepare HOT 18+ hoho...

Repost 23 juli 2020

The Boss's Proposal - REPOSTWhere stories live. Discover now