PART 6 - 2

33K 2.8K 67
                                    

17 NOP 18

PART 6 - 2

Ia menuang anggur ke dalam kedua gelas itu.

"Silakan minum," kata Jared datar. Ia duduk di sofa berhadapan dengan Laura. Wanita itu meraih gelas anggurnya, kemudian meneguknya dalam sekali teguk hingga tandas. Jared mengernyit melihat itu. Laura jelas sedang frustrasi. Jared sangat ingin bertanya apa yang membebani pikiran wanita itu, namun menahan diri.

Tanpa bersuara, Jared kembali menuang anggur ke dalam gelas Laura.

"Apa yang ingin kaubicarakan?" tanya Laura.

Jared berdeham pelan dan memandang wajah cantik di depannya. Kesedihan yang mewarnai wajah itu sama sekali tidak memudarkan kecantikannya. Mata Jared menyusuri rambut lurus panjang berwarna cokelat keemasan yang saat ini diikat dengan pita sederhana berwarna hijau, beralih pada sepasang alis rapi yang menaungi sepasang mata indah, hidung mancung, dan tulang pipi yang terpahat sempurna, lalu berhenti pada sebentuk bibir penuh yang dipoles lipstik sewarna ceri.

Jared teringat telah mencium bibir itu tadi malam. Seketika hasratnya membara. Celananya menyempit. Ia memperbaiki posisi duduknya yang terasa tidak nyaman.

Laura mengangkat alis, menunggu jawaban Jared.

"Ini tentang lamaranku."

Laura hanya diam.

"Auvie membutuhkan seorang ibu, Laura. Kejadian tadi malam mempertegas hal tersebut. Aku tidak pandai menanganinya."

"Kau bisa mempekerjakan pengasuh pada malam hari, Sir."

Sir.

Jared mengertakkan gigi mendengar panggilan Laura pada dirinya. "Apakah pernyataanku tadi malam kurang jelas, Laura? Panggil aku Jared," kata Jared dingin sambil menatap Laura tajam.

Laura tampak ingin protes, namun kembali mengatupkan bibirnya.

Bagus. Jared senang wanita itu pintar mengendalikan diri. Karena jika Laura membantah satu kata saja, Jared akan mencium wanita itu. Jared tidak suka berdebat, yang menurutnya hanya membuang-buang energi dengan percuma.

"Jadi, Laura, yang Auvie butuhkan adalah seorang ibu, bukan pengasuh. Kau mendengar sendiri, bukan? Auvie ingin seorang ibu."

"Tapi kenapa aku, Jared?"

Jared lega wanita itu memanggil namanya tanpa embel-embel apa pun lagi.

"Kau memiliki banyak kenalan wanita, bukan? Kau bisa memilih salah satu dari mereka," imbuh Laura.

Jared sudah memikirkan hal tersebut. Di malam ia membuat keputusan bahwa Auvie membutuhkan seorang ibu dan adik laki-laki untuk menjaga dan melindunginya kelak, Jared sudah memikirkan beberapa nama yang pantas masuk daftar teratas untuk menjadi istrinya—nama wanita-wanita yang memujanya.

Tapi Jared sadar, yang wanita-wanita itu inginkan adalah dirinya. Mereka belum tentu bisa menerima Auvie.

Kemudian Jared teringat Laura. Wanita muda dan cantik itu begitu berpengalaman dengan anak kecil—dan yang terpenting ia tampak begitu menyayangi Auvie.

Awal Laura menjadi pengasuh Auvie, Jared tidak terlalu memperhatikannya. Saat itu di matanya, Laura sama dengan pengasuh-pengasuh Auvie sebelumnya.

Tapi di suatu malam saat menemani Auvie yang akan tidur, putrinya itu menyatakan perasaannya, betapa senang bila ia memiliki mommy seperti Laura. Betapa senang seandainya Laura menjadi mommy-nya. Sejak saat itu Jared jadi lebih memperhatikan Laura, dan mendapati, selain cantik, Laura memang wanita yang lembut dan keibuan.

Laura jelas pilihan terbaik. Jared yakin Laura akan menjadi ibu yang baik dan penyayang. Wanita itu juga masih muda, yang pastinya sangat subur untuk memberinya keturunan. Dan yang terakhir, yang tak kalah penting, Laura akan menjadi istri yang luar biasa. Jared yakin ranjang mereka tak akan pernah dingin sesaat pun mengingat bagaimana rasa berciuman dengan wanita itu.

"Mereka belum tentu menyayangi Auvie," kata Jared dengan nada datar.

"Lalu kau pikir aku menyayangi Auvie?"

"Bukankah begitu?"

Laura bergeming.

"Kau menyayangi putriku, kan, Laura?"

Sesaat Jared dan Laura saling berpandangan. Kemudian Laura mengangguk pelan.

"Auvie anak yang manis, tentu saja aku menyayanginya, Jared, dan aku yakin salah satu wanita itu juga akan menyayanginya."

Jared menggeleng. "Aku tidak mau berspekulasi."

Laura terdiam dengan jari-jemari yang terjalin di atas pangkuan.

Jared mengulurkan tangan, meraih satu kotak kecil yang terletak di atas meja, kemudian ia berpindah duduk di samping Laura.

Jared membuka kotak kecil itu dan mengeluarkan isinya, sebentuk cincin bermata berlian.

Tanpa berkata-kata, Jared meraih tangan Laura, siap menyelipkan cincin ke jari manis wanita itu.

Laura berusaha menahan gerakan Jared, namun dengan cekatan Jared menyarungkan cincin itu.

Laura memandang cincin itu hampir tak berkedip. Cincin yang tampak sangat indah.

"Nah, sekarang kita sudah resmi bertunangan. Aku akan mengatur pernikahan kita secepatnya. Kau ingin pernikahan di catatan sipil saja atau pesta meriah?" tanya Jared sambil memandang Laura dengan raut puas karena wanita itu tunduk pada keinginannya.

Laura mengangkat wajah dan memandang Jared dengan ragu. "Ini bukan ide yang baik, Sir."

"Sir?"

"Jared. Ini bukan ide yang baik. Aku tidak—"

Jared menunduk dan melahap bibir Laura. Bibir kecokelatannya memagut dengan liar. Lidahnya dengan cepat menerobos masuk, menggoda dan merayu dengan lihai.

Laura mengerang kecil dan Jared semakin bergairah mencecap kemanisan bibir Laura.

Seluruh darah Jared dengan cepat berkumpul di pusat dirinya. Bukti gairahnya seketika membuat celananya terasa dua ukuran lebih sempit.

Jared mengernyit samar menahan rasa tidak nyaman di antara pahanya.

"Daddy!"

Panggilan itu membuat Jared tersengat. Keduanya spontan menarik diri.

Wajah Jared memanas, sementara Laura yang memiliki kulit eksotis sewarna madu terang, tampak merona.

Jared duduk dengan kaku di samping Laura dan tersenyum sebaik mungkin pada putrinya yang berlari ke arahnya. Gadis cilik itu sudah mandi dan mengenakan pakaian indah berwarna biru, sangat cocok dengan warna matanya.

Mrs. Tod berdiri tak jauh dari mereka dengan wajah memerah.

"Hai, Sayang. Kau sudah selesai mandi rupanya," Jared menangkap Auvie ke dalam pelukan dan menciumnya dengan lembut.

Auvie tertawa geli saat rahang Jared yang kasar oleh bakal cambang menyapu kulit lembutnya. Wajah kecil itu kemudian menoleh pada Laura dan berseru, "Mommy," dengan suara penuh semangat.

Auvie menggeliat dari pelukan Jared dan berpindah ke pangkuan Laura.

Laura yang masih tampak belum siap, hanya menyahut dengan suara ragu dan menyambut gadis kecil itu ke dalam pangkuannya.

"Apakah malam ini Mommy akan tidur di sini?" tanya Auvie sambil memandang Laura penuh harap.

"Tentu, Sayang. Mulai hari ini Mommy akan tinggal bersama kita."

Jared yang menjawab.

***

Bersambung...

Repost
17 juli 2020

The Boss's Proposal - REPOSTWhere stories live. Discover now