PART 17

27.1K 1.9K 22
                                    

PART 17

Laura duduk sendirian di sebuah meja paling pojok dekat dinding kafe dengan kaca satu arah, yang membuatnya bebas memandang ke luar. Sore ini ia memiliki janji dengan Casie, sahabatnya sejak di bangku kuliah.

Casie sudah menikah dan sekarang sedang hamil. Sejujurnya Laura sedikit iri dengan sahabatnya itu. Casie baru menikah empat bulan lalu dan sangat beruntung kini telah hamil dua belas minggu. Tapi meskipun merasa nyeri di dada karena ia sendiri tak kunjung hamil, Laura ikut bahagia dengan kehamilan sahabatnya itu.

"Laura!"

Laura menoleh ketika mendengar panggilan dari suara yang satu waktu dulu pernah sangat akrab di telinganya.

Di depannya terlihat seorang pria tinggi gagah berambut sewarna tembaga.

"Victor?" Suara Laura tercekat. Ia memandang wajah di depannya dengan mata melebar. Victor tampak lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Tulang pipinya lebih menonjol.

"Laura, kau ke mana saja? Aku mencarimu ke mana-mana."

Terakhir kali Laura bertemu Victor adalah saat ia pulang ke flatnya enam bulan lalu.

Victor duduk di kursi di depan Laura, menatapnya lekat-lekat. "Aku sangat merindukanmu, Laura. Kau menghilang. Aku seakan gila mencarimu." Victor meraih tangan Laura, namun wanita itu menariknya dengan cepat.

Wajah Victor yang tadi ceria seketika berubah muram.

"Maafkan aku atas perbuatanku dulu, Laura. Maukah kau memaafkanku?" Victor memandang Laura penuh harap.

Meski dulu patah hati oleh pengkhianatan Victor, kini tak ada lagi kebencian pada pria itu di hati Laura. Rasa sakit yang pernah ia derita telah hilang tak berbekas.

Sekarang, Laura bertanya-tanya pada diri sendiri, benarkah waktu itu ia mencintai Victor? Sejak kali pertama Jared menyentuhnya, Laura hampir tak pernah lagi mengingat Victor. Rasa sakit akibat pengkhianatan pria itu hilang tak berbekas dalam sekejap. Jika dipikirkan lagi, Laura sadar, betapa dangkal perasaannya pada Victor.

Apakah mungkin sewaktu ia mengetahui Victor mengkhianatinya, ia merasa sakit hati hanya karena kecewa? Karena syok? Waktu itu ia sangat memercayai Victor—yang katanya mencintainya—sehingga tidak menyangka pria itu akan berkhianat.

"Please," ujar Victor memohon dengan lembut.

Akhirnya Laura mengangguk. Sekarang, ia memandang Victor tak lebih dari kenalan lama. Hanya itu.

"Kau ke mana saja, Laura? Aku mencarimu ke mana-mana."

Victor mengulurkan tangan untuk meraih tangan Laura yang sedang memainkan bibir piring kecil berisi kudapan.

"Kau sudah menikah?" tanya Victor tak percaya saat melihat cincin kawin yang melingkar di jari manis wanita itu.

Laura memandang jemarinya, kemudian mengangguk tanpa ragu. Ia tidak menyimpan dendam pada Victor, tapi pertemuan mereka ini mungkin pembalasan yang setimpal untuk pria itu.

Dulu Victor mengkhianatinya, dan sekarang pria itu bisa melihat bahwa Laura sama sekali tidak tenggelam dalam jurang patah hati. Ia telah menikah dan memulai hidup baru.

"Kapan? Dengan siapa?" tanya Victor dengan nada terluka.

Laura menggeleng. "Itu bukan urusanmu, Vic."

"Menjadi urusanku karena aku ingin kau kembali padaku, Laura." Victor meraih tangan Laura.

Laura dengan cepat menarik tangannya. "Sampai kapan pun aku tak akan kembali padamu."

Victor menghela napas berat. "Laura..., aku tahu aku salah. Tapi aku mohon, kembalilah padaku, aku janji tak akan menduakanmu lagi."

Laura menyesap cokelat panasnya dengan perasaan ironis. Apakah Victor pikir setelah pengkhianatannya, Laura masih akan memercayainya?

"Aku sangat mencintaimu, Laura. Beri aku kesempatan. Aku tak akan menyakitimu lagi," kata Victor saat Laura masih bergeming. "Enam bulan ini aku serasa mati tanpamu."

Laura mengembus napas panjang, kemudian menggeleng pelan. "Lupakan aku, Vic. Aku sudah menikah dan tak akan pernah kembali padamu."

Setelah mengucapkan itu, Laura berdiri dan meraih tasnya. Ia akan menghubungi Casie nanti dan mengatur ulang tempat bertemu mereka.

Victor dengan cepat ikut berdiri. "Laura, berapa nomor ponselmu? Kau menggantinya. Aku tidak bisa menghubungimu."

Laura menggeleng. Ia telah mengganti nomor ponselnya sejak menikah dengan Jared demi menghindari pengejaran Victor. Dan saat ini, ia tentu saja tak akan memberi tahu pria itu.

Tanpa merespons permintaan Victor, Laura meninggalkan kafe.

***

Bersambung...

makasih udah baca... jangan lupa vote dan komen ya, kawan2. love you.


Evathink
IG/Youtube: evathink

cerita ini tersedia versi PDF, silakan order pada Evathink, WA 08125517788 (dikirim ke Gmail)


The Boss's Proposal - REPOSTWhere stories live. Discover now