24 Nop 2018
hello teman2, seperti janji saya, saya kembali 24 nop. lol.
btw makasi semuanya atas dukungannya.
HAPPY READING.
Laura menyelimuti Auvie yang sudah tertidur nyenyak. Setelah Mrs. Tod pulang, ia mengasuh Auvie seperti robot. Gadis kecil itu terus berceloteh gembira, jelas sangat senang karena kini memiliki ibu, sementara Laura sendiri lebih banyak diam. Laura tidak tahu kegilaan apa yang sudah ia lakukan. Seharusnya ia menolak lamaran Jared alih-alih hanya diam tanpa perlawanan saat pria itu menyelipkan cincin ke jari manisnya. Kini ia telah resmi menjadi tunangan pria itu. Tapi Laura tahu, ia tidak menolak karena ia tidak ingin menolak. Pengkhianatan Victor-lah yang mendorongnya.
Tadinya Laura hanya ingin menikah dengan pria yang ia cintai juga mencintainya. Tapi perselingkuhan Victor telah menamparnya. Ternyata cinta hanya omong kosong.
Seharian ini Laura menangis di flat sempitnya. Ia ingin bercerita pada kedua sahabatnya, Ginna dan Casie, tapi sungguh saat ini merasa sangat malu dengan pengkhianatan itu. Ia tidak menyangka sama sekali kalau Victor akan mengkhianatinya. Gedoran di pintu flat dan panggilan Victor yang tak ada putusnya justru membuat Laura kian frustrasi. Untunglah ia mengunci pintu flat dari dalam-karena Victor juga memiliki kuncinya.
Laura tak ingin lagi melihat muka mantan kekasihnya itu. Pria itu berengsek, bajingan, tukang selingkuh!
Sekarang Laura merasa tenang. Ia berada di rumah Jared, jauh dari jangkauan Victor yang tak henti-henti berusaha menemuinya. Tadi pun Laura terpaksa terlambat memenuhi janji menemui Jared karena Victor dengan setia menunggu di depan pintu flatnya-hampir tanpa jeda mengetuk pintu dan memanggil namanya. Laura mendengar Victor meminta maaf saat beberapa tetangga yang terganggu protes dengan aksinya itu.
Laura baru bisa meninggalkan flatnya saat Victor pergi. Tapi Laura yakin pria itu akan kembali.
"Bagaimana kalau kita minum-minum?"
Suara berat itu membuyarkan lamunan Laura. Ia menoleh ke pintu penghubung kamar anak dengan sang ayah. Jared berdiri di ambang pintu, terlihat tampan dengan celana pendek dan kaus putih polos yang tidak terlalu tebal. Laura bisa melihat jelas bulu-bulu dada dan puncak gelapnya membayang di balik baju.
Darah Laura berdesir. Pusat dirinya berdenyut. Perasaan mendamba itu datang lagi.
"Aku-"
"Beberapa teguk anggur sebelum tidur, cukup menyenangkan," ujar Jared memotong kalimat Laura.
Laura memandang wajah tampan berhidung mancung dan sepasang tulang pipi tegas itu. Ia tidak mungkin menolak tawaran minum-minum dari tunangannya, bukan? Laura menarik napas panjang dan mengangguk tipis.
Laura berdiri dan meninggalkan kamar Auvie. Ia mengikuti pria itu ke kamarnya yang luas.
Dada Laura berdebar tak menentu. Ini kali pertama ia ke kamar Jared. Kamar pria itu lebih luas daripada kamar Auvie. Ada ranjang besar berseprai warna cokelat dengan garis-garis warna gading yang elegan di tengah ruangan.
Tepat di depan ranjang, ada televisi dan seperangkat audio. Sementara di bagian lain, ada sebuah sofa panjang dan satu meja kecil di depannya.
Lemari besar berdiri kukuh tidak jauh dari pintu-yang Laura duga adalah pintu kamar mandi.
Laura berdiri di tengah ruangan dengan gelisah. Kamar ini dipenuhi aroma maskulin Jared dan pikiran liar Laura langsung mengembara pada ciuman panas pria itu.
"Ayo, silakan duduk," Jared mempersilakan Laura.
Laura melirik sofa panjang yang ada di kamar. Hanya ada satu buah sofa. Apakah ini artinya mereka berdua akan berbagi sofa tersebut? Mereka akan duduk berdekatan? Seketika seluruh tubuh Laura memanas.
Tatapan Laura beralih pada Jared yang sedang berjalan menuju minibar yang ada di kamar. Pria itu mengambil dua buah gelas dan sebotol sampanye.
Laura memperhatikan gerakan luwes pria itu. Jared jauh lebih tinggi darinya yang hanya 160 senti. Ia memperkirakan tinggi pria itu lebih dari 185 senti.
Jared berbalik dan mengangkat alis melihat Laura masih berdiri terpaku.
Laura memaksakan seulas senyum, kemudian dengan gugup berjalan menuju sofa.
Jared meletakkan kedua gelas dan sampanye ke atas meja.
Laura duduk di sofa, sengaja agak ke pinggir, berusaha menciptakan jarak. Tapi sepertinya pria itu tidak menginginkan jarak apa pun. Jared duduk tepat di sisi Laura, bahkan Laura dapat merasakan kekuatan otot paha Jared yang bergesekan dengan pahanya yang berbalut celana jins panjang.
Laura diam-diam melirik Jared. Pria itu tampak santai menuang sampanye ke dalam gelas.
Jared mengulurkan segelas sampanye, yang diterima Laura sambil menggumam kata terima kasih dengan pelan, nyaris berbisik.
Keduanya menyesap sampanye tanpa berbicara satu sama lain. Keheningan membentang dan terasa menyesakkan. Laura tidak terbiasa berduaan saja dengan pria lain-kecuali Victor.
Berduaan dengan Jared terasa meresahkan. Laura bisa merasakan lengan kekar pria itu yang menggesek lengannya, tarikan napas pria itu yang terdengar indah, atau wangi parfumnya yang maskulin dan memabukkan.
Laura tak habis pikir, bagaimana beberapa hari yang lalu ia masih pengasuh putri duda itu, dan sekarang ia sudah menjadi tunangannya? Bagaimana ia yang biasanya berbicara dengan Jared selalu dalam jarak setidaknya satu meter, kini duduk berdempetan di sofa dalam suasana sensual kamar pria itu?
Bersambung...
btw, next part adegan 18+ hoho.
jangan lupa vote dan komen kawan2.
bantu saya, vote 600, komen di atas 50 ya, begitu vote dan komen segitu, saya langsung update next part, thanks all.
ohya makasi sekali lagi untuk teman2 semua. sampai hari ini, THE BOSS'S PROPOSAL masih menduduki NO 1 BEST SELLING(TERLARIS/TERPOPULER) di GOOGLE PLAYBOOK.
Repost
20 juli 2020
YOU ARE READING
The Boss's Proposal - REPOST
Romance[Follow Evathink untuk membaca] The Boss's Proposal CR 21+ Editor : Muhajjah Saratini (editor profesional, telah menyunting banyak naskah mayor) "Pinjamkan rahimmu untuk mengandung anak-anakku, akan kuberikan apa pun yang kau mau, asal bukan cinta."...