Draco melempar batu dengan kasar ke danau hitam, jubah dan kardigan nya sudah dilampirkan didahan pohon, menyisakan kemeja putih dengan dasi yang longgar, paginya memang dingin tapi siangnya sangat menyengat. Sedang Hermione bersandar dipohon yang tadi digantungi jubah dan Kardigan Draco sambil membaca buku tebal.
"dimana dia bersembunyi, huh? Kita sudah mencarinya kemana-mana! " gusar Draco setelah berjam-jam mencari Moaning Mrtyle namun tak menemukan apapun.
Hermione menghela nafas, "Tempat nongkrong favorit nya memang toilet perempuan, tapi dia bisa dimana saja" gadis itu berujar tanpa melihat kearah lawan biaranya, "lagi pula aku mengerti kenapa dia melarikan diri, mungkin dia merasa terancam.. Lihatlah kau sekarang.. Persis seperti berandalan yang siap menerkam! ".
"terima kasih atas sindirian mu, aku tidak butuh" sahut Draco, ia berbalik, berdiri tepat didepan Hermione sambil berkacak pinggang, "haruskah kau belajar disaat begini? " tanya Draco, Hermione menatap dengan berang.
"tentu saja! Sebentar lagi ujian! "
Draco memutar bola matanya, lalu menarik buku Hermione. "serius, Granger! Ini tidak akan keluar untuk ujian nanti! Ini untuk tes kementerian sihir " Hermione menarik bukunya buru-buru.
"tidak ada salahnya kan? " sahutan Hermione membuat Draco memandangnya aneh. "Ilmu pengetahuan itu saling terkait, jadi semakin banyak kita tahu, semakin paham kita bagaimana hubungan mereka".
"ngomong-ngomong hubungan.. Aku memikirkan sesuatu" Draco ikut duduk disamping Hermione dengan bersila, memandang danau hitam dengan pandangan menerawang.
"jangan bilang kau sedang memikirkan hubungan kita? " Hermione memandang Draco jijik dengan wajah dibuat-buat, "Aku masih normal, Malfoy" lanjutnya disertai wajah menyindir.
Draco memandang Gadis itu sambil mendecak, "jika kau lupa.. Aku juga masih normal.... " ia berhenti sesaat, "maksud ku.. Sebenarnya rumor itu cukup menguntungkan untuk penyelidikan kita" Hermione menghela nafas mendengar saran Draco.
"ya.. Aku juga memikirkan itu, jika mereka mengira kita punya hubungan.. Maka sangat wajar jika kita berkeliaran di hogwarts bersama, tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi begini"
"yah.. Tapi kau tahu? Weasly mungkin akan sangat marah dan aku sangat senang jika dia marah"
"berhentilah kekanakan dengan mencoba balas dendam, seperti bocah saja! Dan sebaiknya kita tidak mengatakan apapun.. Tidak mengatakan ya ataupun tidak"
"dia memukul ku! " Draco mengabaikan kalimat Hermione yanh terakhir.
"kau mengatai darah orang lain"
Draco terdiam, "tapi itu kenyataan ".
"dan tidak semua orang menyukai kenyataan" Hermione menutup bukunya, "aku bahkan hampir mati diserang basilik karena darah ini" lanjut Hermione, ia memandang Draco. "kalau kau tidak melempar kepala ku dengan Kertas tentang basilik, mungkin Saat ini aku sudah mati".
"Madam Pomfrey , Professor Sprout dan 2 teman mu yang menyelamatkan mu.. Aku hanya melempar kertas" Draco masih ingat kejadiaan pada tahun ke-dua itu, ia tahu betul niatan buruk Ayahnya untuk memusnahkan semua muggle born di hogwarts. Ia tak bisa berekspresi menolak rencana itu, ia terbiasa berpura - pura membenci mereka, bahkan sampai sekarang.
Saat itu ketika secara kebetulan di Flourish and Blotts ia menemukan sebuah halaman yang menjelaskan tentang basilik tanpa sadar ia merobeknya, tapi bukan Draco namanya jika ia datang pada Harry dengan senyuman dan berkata 'halo Potter! Akhir-akhir ini dad ku berencana untuk membantu Voldemort melepaskan Basilik loh! Jika kau penasaran apa itu basilik coba lihat ini! ' dan menyodorkan kertas itu. Mustahil bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Fall Asleep (Dramione) - End
FanfictionJika saja malam itu Draco langsung ke asramanya untuk pergi tidur Jika saja saat itu ia tak iseng membuntuti Hermione Granger yang bertingkah aneh lalu masuk ke toilet Moaning Marty di tengah malam Jika saja ia tak melakukannya Jika saja... Maka s...