Draco membuka matanya perlahan ketika merasa sinar matahati menghangatkan wajahnya, silau pikirnya sambil berusaha bangkit dari tempat tidur dengan selimut wol berwarna hijau, ia ingat betul bahwa semalam menyuruh Draco kembali ke asramanya dengan alasan tidak ingin merasakan encok karena tidur dikelas itu. Dengan menggerutu dan marah -marah akhirnya Draco kembali.
Draco memandang sekeliling, ia sudah tak berteriak lagi ketika bangun dengan wujud lelaki pirang dan jangkung. Mulai terbiasanya sepertinya. Blaise memandang Draco sebentar sebelum menunduk.
"Malfoy memang Ahlinya mengancam" pikirnya, kemudian teringat entah bagaimana Hermione sekarang. Bagaimana ia menghadapi para Gryffindor yang memasang wajah seolah dikhianati?.Tiba-tiba pintu kamar Draco terbuka, Pansy menerobos masuk sepagi ini dengan wajah sembab, rambut berantakan dan mata berkantung sepertinya dia menangis semalaman. "ini tidak benarkan Drake ! Katakan pada semuanya kau benar - benar tidak ada hubungan apa-apa dengan mudblood itu !" Draco membuang nafas panjang, pasalnya ia baru bangun tidur tapi sudah ditanyai macam - macam. Draco memandangi Blaise memberi isyarat untuk membawa keluar Pansy, Blaise menganggung dan melakukan hal itu, ia mengatakan berberapa hal entah apa dan Pansy semakin mengamuk.
"Kau tidak bisa begini, Drake! Dia Mudblood! "
"dia punya nama, Pumpkinstoon" Draco menyahut dengan sebuah seringai, sepertinya sedikit banyak sudah belajar tentang bagaimana caranya menjadi seorang malfoy, Pansy menatap Draco lekat sambil melepaskan tangannya yang ditahan Blaise.
"aku.. Tidak akan pernah melepaskan mu! " ia lalu langsung menghantam pintu, mebantingnya sekeras mungkin dan menghilang sambil berharap akan dikejar. Untung Snape sudah memantrai semua pintu Slytherin agar tidak mudah rusak, pikir Draco.
Pagi yang sangat tidak tenang dengan segudang masalah, setelah selesai membasuh wajah dan mandi, Draco bergegas pergi untuk kelas Sejarah Sihir oleh Professor hantu, siapa lagi kalau bukan Cuthbert Binns.
Pelajaran ini cukup membosankan bagi sebagian besar murid, namun tidak bagi Hermione Granger, entah didalam tubuh siapapun dirinya sekarang ia tak pernah bosan atau malas memasuki kelas.Draco mengeluarkan berberapa buku dari Rak, ia berjalan dikoridor dengan bisik -bisik orang yang berusaha ia abaikan. Berberapa bisik - bisik baik, berberapa bisik - bisik buruk. Misalnya saja ada yang berbisik bahwa "Malfoy sudah berubah dia sudah tidak peduli lagi dengan status darah" dan ada juga "aku berani bertaruh.. Dia hanya mempermainkan Granger".
Persis seperti yang mereka katakan kemarin, "biarkan mereka dengan fantasi mereka" gumam seorang Gadis berambut bergelombang tepat didepan pintu kelas. Hermione melirik Draco sekilas.
"pagi tadi Aku recok dengan Anak berbando centil itu, ia akan bertukar kamar dengan Ginerva Weasly mulai malam ini" Hermione terlihat kesal sekali.
"terima kasih sudah mengusirnya" sahut Draco sedikit tersenyum dan mereka masuk kekelas. Professor Binns belum datang, sepertinya dia lupa lagi dengan kelasnya. Murid - murid dikelas itu memandang kearah mereka, terutama Ron yang sedang digelayuti oleh Lavender membuat Draco ingin muntah.
"sepertinya salah kita datang berbarengan" Hermione berujar tanpa melirik Draco yang justru tersenyum sinis.
Ia memandang Hermione, "Tidak.. Percayalah ini sudah benar" Draco lalu mengambil tangan Hermione menggandengnya. Hermione melotot seolah matanya mau keluar.
"Tidak ada yang salah dengan memegang tangan ku" Draco memberi isyarat dengan mulutnya tanpa suara, membuat Hermione meniup poninya kuat -kuat, ia yakin kalau Draco berencana untuk membuat Ron yang otak nya dibawah mata kaki itu cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Fall Asleep (Dramione) - End
FanfictionJika saja malam itu Draco langsung ke asramanya untuk pergi tidur Jika saja saat itu ia tak iseng membuntuti Hermione Granger yang bertingkah aneh lalu masuk ke toilet Moaning Marty di tengah malam Jika saja ia tak melakukannya Jika saja... Maka s...