Pergantian diantara malam dan pagi terjadi begitu saja, udara yang syahdu akan membuat siapa saja merapatkan selimut tanpa sengaja, termasuk seorang Hermione Granger yang belajar hingga larut (Sebenarnya dia belajar saat masih menjadi Draco dan belajar di Asrama Slytherin dengan lusinan buku Draco yang menurutnya menarik dan langka).
Samar - samar ia mendengar seorang gadis menanggil namanya. "Mione..?". Siapa lagi kalau bukan Ginny yang baru pindah itu.
"Pagi Gin.. " sapa Hermione dengan senyuman lega karena sudah kembali ketubuhnya.
"Pagi.." sahut Ginny sekenanya, "--tidak biasanya kau harus dibangunkan" ucap Ginny.
Hermione juga sebenarnya sedikit merasa aneh, karena kini ia tidur sangat nyenyak tanpa mimpi buruk dan berakhir bangun lebih siang. Hermione meraba kalung yang ia pakai, sedikit tersentak karena ia masih memakai pemberian Ron. "ada apa? " tanya Ginny ketika melihat Hermione mencoba melepaskan kalungnya.
"-- Aku masih agak kesal dengan kakak mu"
"lalu? "
"dia memberikan ku kalung ketika di Hogsmeade" Hermione masih berusaha melepaskan pengait kalungnya.
Ginny nampak berpikir. "aku yakin.. Ron bilang dia memberikan mu gelang." perkataan itu membuat Hermione berhenti melakukan aktifitasnya.
"gelang? " Ginny mengangguk. "tidakah kau sadar? Kalung seperti itu benar - benar terlalu bagus untuk sebuah selera pilihan Ron Weasley? Aku yakin pilihannya lebih norak." Ginny terkikik sembari mengatakan kalimat jujur.
Hermione lalu tertawa dibuat - buat, "Aku pasti masih melantur." sahutnya, "Ini memang bukan dari Ron." Selanjutnya ia berekspresi agak kecewa dan merasa bodoh sendiri.
*****
Hermione terlihat berjalan buru - buru atau tepatnya separuh berlari, ia yakin anak tunggal keluarga Malfoy itu akan mengeluh setengah mati dan mencibirnya habis - habisan jika ia datang lebih dulu dan menunggu.
Di luar dugaan, ia benar - benar tak melihat Draco ditempat janjian mereka, danau hitam. Hermione merasa bodoh, kini ia berpikir kalau Draco tak serius akan menemaninya ke dunia Muggle, merasa dipermainkan Hermione menghela nafas. Hingga sebuah tiupan dilehernya refleks membuat Hermione berbalik. Draco berdiri dengan angkuh dan tegak tepat dibelakangnya.
"aku yakin bilang jam 9 , Granger." ucapnya sambil memandang kedanau.
Hermione melihat gesture wajah Draco dari samping lalu tertawa masam, ".. Aku yakin tidak bilang akan mendengarkan mu"."lantas kenapa kau berlari? " pertanyaan itu sukses membuat Hermione merasa menjadi orang terbodoh sedunia, itu benar.. Kenapa ia berlari?
"Aku hanya berpikir jika secara kebetulan kau sudah datang maka kau akan menunggu terlalu lama.. "
Draco menyeringai, "dan aku memang sudah datang, dan aku juga sudah menunggu.. Jangan buat aku benar - benar terlihat seperti lelaki yang tergila - gila pada mu, Granger.." Draco melihat kearah Hermione yang sangat pendek dan kecil menurutnya. Gadis itu bahkan repot - repot mendongkak hanya untuk berbicara padanya.
Justru Hermione terkikik, ia tertawa. Dan bagi Draco tawa yang ini sangat menyebalkan karena niatannya memang mengejek. "Mungkin sebenarnya kau memang tergila - gila pada ku."
Draco memandang merendahkan, ia memajukan wajahnya hingga kini wajah mereka hanya berjarak 7cm. Mereka dapat merasakan nafas masing - masing dan bau shampo Hermione yang sudah biasa Draco cium. "You Wish.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Fall Asleep (Dramione) - End
FanfictionJika saja malam itu Draco langsung ke asramanya untuk pergi tidur Jika saja saat itu ia tak iseng membuntuti Hermione Granger yang bertingkah aneh lalu masuk ke toilet Moaning Marty di tengah malam Jika saja ia tak melakukannya Jika saja... Maka s...