"get out from my house! "
Suara Lucius menggema disalah satu ruangan Manor, Bahkan tanpa sadar Narcissa melepaskan gelas teh kesayangannya hingga pecah."tapi dad.. Apapun yang kita lakukan untuknya, kita hanyalah batu pijakan.. Kita akan dibuang kesungai saat ia sudah tidak memerlukan. "
"karena itu.. Jadilah berguna, Kau tidak mengerti! Kita perlu kemuliaan, dan Dark Lord dapat memberikan kita kemuliaan itu. "Lucius menggertak gigi kuat - kuat, ia harap bisa mengeluarkan Draco dari kartu Keluarga sesegara mungkin jika saja ia tidak lupa bahwa didunia sihir tidak ada kartu keluarga. "ini pasti pengaruh dari Mudblood sialan itu. " Sambung Lucius sembari tertawa dingin.
"aku menyesal membiarkan mu bersamanya, bukannya membawa keuntungan justru membuat otak mu tercemar! "
"Lucius.. Sebenarnya Aku agak setuju tentang penilaian Draco pada Dark Lord. "
Lucius melotot, tongkat nya ia hentakan ke kramik keras - keras berberapa kali. "kalian.. Sangat, ini tidak benar. " Lucius membuang nafas berat, ia tahu.. Ia tahu bahwa Voldemort bukan orang baik, hanya saja ia memerlukan kekuasaan, dan hanya Voldemort yang dapat memberikannya ambisi serta meredakan rasa haus itu.
"berhenti membohongi dirimu, Lucius.. Aku tahu bahwa kau cukup dewasa untuk mengetahui mana yang lebih benar. "
Lucius kembali tertawa, "siapa memangnya yang membutuhkan kebenaran? Disini.. Yang kita perlukan adalah takhta dan kekuasaan, memangnya siapalagi yang dapat memberikan kerajaan malfoy menjadi lebih berjaya selain dark Lord? Dumbledore? Mustahil. "
"memangnya untuk apa kejayaan itu? " Draco bertanya enteng.
"haa.. Kau mau Hidup seperti Weasley? "
Draco menggeleng, "mana mau." ia lalu berdiri dari sofa tempat duduknya. ".. Tapi aku yakin kita sudah cukup kaya, bahkan meski hidup tanpa bekerja sampai berberapa keturunan." ia menatap Ayahnya penuh kesungguhan. "Dumbledore mungkin memang tidak akan pernah memberikan kita kejayaan, tapi aku yakin.. Berada dipihaknya akan menjadi suatu kebanggan tersendiri dimasa depan. "
"lelaki tua itu sinting! " sahut Lucius tak habis pikir. "... Dia saja tidak.. Ah! , Draco... Memang seharusnya kau masuk dumstrange! "
"kenapa tidak sekalian memasukan ku ke beauxbatons? "
"Ya ! Kalau perlu akan ku pakaikan kau rok! " sahut Lucius sembari keluar dari ruangan itu. Rasanya ia ingin menyihir Draco jadi ubin jika saja ia bukan anak tunggal.
Draco hanya bertatapan dengan Narcissa,"ini tidak akan mudah, Dear." ujar wanita itu sembari memeluk dan menyadarkan kepala Draco kepundaknya.
***
"hey, Malfoy. " Hermione berteriak dari kejauhan ketika melihat punggung Draco. Lelaki bersurai platina itu berhenti melangkah namun enggan berbalik. Vincent dan Gregory yang ada disamping Draco bertatapan sebentar, "pergi sana. " perintah anak tunggal Malfoy itu, namun keduanya masih diam seperti ingin protes, menghina, mencibir atau apapun itu. Hermione telah tiba dihadapan Draco. "kalian sepertinya berminat untuk melihat kami bermesraan." ujar Draco Sarcastic sambil merangkul Hermione. "... Right, Honey? "
Hermione hanya tersenyum ganjil, kemudian tertawa dengan bunyi 'ha ha ha' yang aneh, ia ingin sekali menambahkan kata 'Kau lucu, Malfoy.' dengan nada sinis. But, well... Mereka pasangan terpanas abad ini, jadi biarkan mereka hanya melihat bagian bagus - bagusnya saja kemudian menggigit jari karena iri.
Hermione membuang nafas berat, "ikut Aku. " ujarnya sambil berjalan lebih dulu, mereka berakhir ditepi danau hitam.
"Mari tidur untuk malam ini. "ujar Hermione buru - buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Fall Asleep (Dramione) - End
FanfictionJika saja malam itu Draco langsung ke asramanya untuk pergi tidur Jika saja saat itu ia tak iseng membuntuti Hermione Granger yang bertingkah aneh lalu masuk ke toilet Moaning Marty di tengah malam Jika saja ia tak melakukannya Jika saja... Maka s...