19 - Bodoh

6.6K 948 50
                                    

Satu malam penuh kegilaan lagi telah mereka lewati, Draco menghela nafas panjang ketika mereka telah sampai di depan pintu asrama Gryffindor. "katakan saja seperti yang aku bilang tadi."

Hermione memandang sinis sembari mengibaskan rambut yang sekarang ia mulai sudah terbiasa dengan beratnya, "berhenti memerintah ku."

Draco berjalan kearah Perpustakaan, membenamkan seluruh pemikiranya kepada buku - buku yang berderet, bau kertas-kertas dan perkamen memang dapat merelaksasikan pemikiran nya lebih baik dari apapun.

Ia juga cukup sadar, bahwa telah melihat Harry di salah satu sudut bersama Ron sedang menulis diatas perkamen yang lumayan panjang. Sebelum lelaki berambut merah itu menemukan matanya dan berlari menarik jubah hijau Draco kearah sudut tadi.

"kemana kau menculik Hermione, Ferret? " wajahnya kini semerah rambut nya, bintik - bintik diwajahnya bahkan seolah menyala - nyala, ia persis seperti gunung yang meledak.

"Sudahlah Ron, " Harry masih cukup waras sepertinya dan dilihat dari waras nya itu ia mungkin belum menyadari bahwa Invisible cloack nya telah ' di pinjam ' , " berhenti melakukan hal tak berguna" lanjut Harry sambil melirik Draco dari sudut matanya.

"kenapa? Kenapa dari semua orang harus orang ini Harry? " Ron melepaskan Draco, mengatup gigi nya kuat -kuat seraya menunjuk - nunjuk Draco dengan kasar.

"aku bahkan tak dapat melihat apa yang bagus dari musang albino." Ron menatap draco dari ujung rambut hingga kaki.

"aku bahkan tak dapat melihat apa yang bagus dari seorang gadis centil dengan bando ungu." Draco kehilangan mood nya, ia mencoba berbalik namun selanjutnya Ron malah memukul wajah nya.

Bahkan dapat terdengar suara rak buku berjatuhan berikutnya. Draco terhuyung, ia tahu yang ingin Ron pukul tentulah Draco Malfoy, namun hati nya tetap sakit.

Serius, Ron memukul nya.

Dengan sangat keras jika harus ditambahkan.

"kau tidak tahu apa - apa, Ferret! " Ron kembali berusaha memukuli Draco yang sudah mendapati punggung bertemu lantai, namun Harry menahan Ron.

"hentikan Ron! "

Lelaki pirang itu bangkit, "kau juga tidak tahu apa-apa, kau tak mengerti apapun.. Kau mengacaukan semuanya !" Draco berujar cepat, berusaha untuk tak menangis.

"aw.. Kekacauan lagi Mr. Potter? Mr. weasly? Dan... Ku pikir kau baru pulang dari Manor dan segera berkelahi." Professor Snape memasang wajah datar nya, benar - benar sial bukan? "betapa hebatnya hubungan permusuhan ini" sindiran itu membuat Draco merinding.

"detensi" lanjut Professor Snape membuat helaan nafas dari ketiganya.

****

Keadaan ini mungkin seharusnya bukanlah sesuatu yang asing bagi Draco ketika ia kena detensi dengan 2 makhluk yang sedang bersih - bersih dengan kasar dan asal di hospital yang wings yang baru saja terkena serangan Doxies liar. Entah bagaimana kronologi nya sampai - sampai bisa sekacau ini.

Bantal - bantal bulu angsa terkoyak - koyak, lukisan di dinding berhamburan dan miring, lantai yang lengket oleh ramuan yang berceceran dan jangan lupa horden yang bahkan sudah robek-robek karena cakar kecil.

Benar - benar timing yang buruk untuk dihukum.

Tongkat mereka disita, meski Professor Snape memasang wajah aneh ketika mendapati tongkat yang diberikan Draco adalah tongkat Hermione.

Remaja pirang itu membersihkan sisa - sisa pecahan kaca yang berhamburan, menyapunya pelan dan membersihkan sisa nya.

Sedang Ron meraih horden - horden yang robek dan mengganti nya dengan horden baru, Harry bersusah payah mengepel lantai yang diberberapa bagian seperti terbakar dengan cairan khusus, dan kini ia sedang meminta izin untuk mengambil cairan lain yang mungkin lebih ampuh.

"hey.. Malfoy, " Suara Ron menjadi yang pertama terdengar ketika Detensi dimulai. "sejak kapan kau melirik Hermione? "

Draco meggantungkan Cermin yang jatuh, memandang wajahnya pada refleksi itu, "entahlah." ia lalu berbalik kearah Ron, "bagaimana dengan mu? "

Ron nampak berpikir, "Aku juga tidak tahu."

Ini pastilah kali pertama mereka berbicara tanpa intonasi tinggi atau nada kebencian.

"kau seharusnya lebih cepat, Weasly."

"maksud mu aku lamban? "

"ya."

Selanjutnya munculah seorang Gadis berambut coklat membuka pintu dengan keras. Nafas nya putus - putus, ia sepertinya berlari kesini.

Hermione menghambur masuk, "Draco! " ia memandang wajah nya yang memar.

Menatap Ron kasar, detik berikutnya ia memukul Ron tepat dihidung.

"ini seharusnya tak setimpal !" Hermione sebenarnya merasa ngilu karena ternyata tangan perempuan memang tak cocok untuk memukul, hanya saja sangat memalukan bukan jika ia bilang tangan nya sakit?

"oh jadi sesakit ini tangan Granger ketika memukul ku? "

"kau.. Tergila - gila padanya, Mione"

"Ya! Lebih baik dari pada tergila - gila pada mu yang memukul seseorang tanpa mengerti apapun! " Hermione terlihat murka. Ia seperti siap menelan siapa saja dihadapanya, gadis itu berbalik kearah Draco, "dan kau!," ia menunjuk tepat dihadapan wajah lelaki itu. "berikan sapu itu pada Weasly dan ikut aku sekarang! "

"ta.. "

"dengarkan aku."

Diluar Dugaan malah Ron yang mendekati Draco, memgambil sapu ditangan lelaki itu. "pergilah, aku yang akan mengurus sisa nya."

draco baru tau kalau Ron bisa memasang ekspresi seperti itu. Harry yang baru masuk dan mendapati keadaan aneh memandang mereka satu persatu. "apa aku ketinggalan sesuatu lagi? "

Gezzzz

Hermione menghela nafas dan meninggalkan mereka di ekor oleh Draco.

Hermione menuju kearah asrama Slytherin, ditatap oleh seluruh penghuni asrama. Memasuki kamar Draco seolah tak ada yang salah dari itu. Hampir saja Mulut Theo yang termanga jatuh ketika Hermione memaksa masuk dan membanting pintu memaksa seluruh penghuni yang sedang santai keluar.

"Granger pasti gila!" komentar Theo ketika dipaksa keluar.

Hermione langsung menatap wajah Draco, memperhatikan setiap centi nya jika - jika ada yang sudah tak sesuai tempat nya. "kenapa kau membiarkan dia memukul mu? "

"aku terkejut."

Hermione menghela nafas, sebelum Meledak. "Berhenti tergila - gila pada orang brengsek itu, dasar kau berang - berang dengan rambut semak! "

"dia tidak tahu ini aku..."

Hermione mengacak rambut nya kesal, "aku benar - benar mengerti kenapa orang - orang sering mengatakan kalau 'kita akan mudah jatuh cinta pada orang yang tak jauh berbeda'... Kau bodoh seperti kepala merah itu! Kalian bodoh! "

"Berhenti mengumpat ku tanpa alasan!"

"Aku seperti ini karena aku bodoh, dasar kau bodoh! "

****

Sorry for typo and ooc

Until We Fall Asleep (Dramione) - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang