Flashback.

36 16 15
                                    

"Hye Na."

Gadis berumur 17 tahun yang duduk dihadapan seorang Detektif itu mengangguk pelan ketika namanya dipanggil. Tatapannya kosong dan dingin, sepanjang berinteraksi dengan Detektif itu, dia menatap kearah jam yang berada dimeja detektif itu.

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan kepada gadis itu, dan untuk merespon pertanyaan-pertanyaan itu, dia hanya mengangguk dan menggelengkan kepalanya.
Hingga pertanyaan terakhir.

"Apa benar...kau yang membuat ibumu terbunuh?"

"Uh?"
Gadis ini mendongkakkan kepalanya, menatap wajah seorang pria dengan wajah berkeriput dengan nota ditangannya,

Segera gadis ini tersenyum dengan lebar, tak menunjukkan emosi apapun.

"Ya."

Dengan satu kata yang dia keluarkan dari bibir keringnya, Detektif tua itu menatapnya dengan tatapan menyedihkan kemudian dia menuliskan sesuatu di nota nya.

"Pak...apa kau tau...maksud 'Kematian yang sudah ditakdirkan?' "

"Kematian yang sudah di takdirkan...?"

"Ah..jadi kau tidak tau..."
Gadis ini memiringkan kepalanya, senyumannya melebar seiring detektif tua itu menatap kearah gadis itu, dalam sekejap seluruh bulu kuduknya berdiri.

"Kau...tau? Bagaimana ibuku mati?"
Pria itu menelan ludah dengan gugup.
Gadis ini menutup matanya dan membuka mulutnya.

"Hujan deras... hujan yang terlalu deras untuk dapat melihat apapun dengan jelas... aku! Dan ibuku, "bermain" di rel kereta api, tanahnya basah, aku memohon ibuku untuk berhenti, namun dia terus mengejarku... hingga... dia tersandung dan mematahkan kaki kirinya di rel itu. Hehe."
Gadis ini pun berdiri dari kursinya, menapakkan tangannya diatas meja Detektif itu.

Dengan suara pelan, dia melanjutkan ceritanya.
"Tolong!! Tolong!! Kakiku-! Tolong aku dasar kau anak tidak berguna!!" Ucapnya mengimpresikan nada ibunya yang putus asa.

"Teriaknya padaku, tak lama..., alarm rel kereta itu berbunyi,

ting...

ting...

ting..."

"Dan kau tau? Dalam hitungan 5 detik...
Pop! dia menghilang. Darahnya menciprati seluruuhhh wilayah disekitarnya...namun tersapu bersih oleh hujan deras..."
Setelah menceritakan hal itu, gadis ini membalikkan tubuhnya, membelakangi detektif tua itu.

"Dan ada lagi!" Ucap gadis itu terkekeh pelan sambil mengangkat jarinya dan menunjuk kearah pria itu sebelum melanjutkan ceritanya.

"Kalian menemukan jasadnya dan menuduhku?" Tawa gadis ini kejam, membuat bulu kuduk pria itu berdiri.

"Lagian, Tidakkah aneh jikalau ada kereta yang beroperasi ketika hujan deras?"

"Silahkan periksa cctv keamanan jalur kereta hari sabtu, tanggal 20 juni, sehari sebelum kalian menemukan jasadnya. Disana, anda akan mengetahui sesuatu. Mengenai posisi... di stasiun nomor 19 dan 23..? Antara itu."

"Selamat...berpikir."
Dengan mengucapkan sepatah kata terakhir, gadis ini menyengir lalu berjalan pergi.

"Siapa...dia?"
Detektif itu bergumam, memikirkan cerita gadis itu berulang-ulang,

"Bagaimana dia bisa mengetahui hal itu dengan...mendetail? Saat itu kan-...."
Dengan segera pria ini mengambil teleponnya dan menekan beberapa tombol angka dan meletakkannya ditelinganya.

Rain Heart ||  K.T.H FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang