Jimin's Pov
Hye Na dibawa ke rumah sakit terdekat, Taehyung menggendong dan mendobrak pintu Kaca rumah sakit itu dan berteriak.
Segera saja dua orang perawat menarik kasur pasien dan bergegas menghampiri kami,"Tuan, tolong letak disini."
Ucap salah satu perawat dan segera mendorong kasur tersebut keruang UGD.Keadaan Hye Na mengenaskan. Bahkan akupun tak tau bagaimana menjelaskannya dengan kata-kata.
Perlahan aku menghampiri Taehyung sambil menekan dadaku untuk menenangkan diriku sendiri,
Pria itu terus berjalan memutar sambil menggigit kuku jarinya."Taehyung."
Aku memanggil pria itu, Dia berbalik dan menatapku dengan frustasi."K-kenapa... hyung mu membantu wanita gila itu? Mereka akan mengorbankan adik sendiri."
Ucapnya, suaranya bergetar, tak mampu mrnahan emosi dalam dirinya."Aku...tidak tau, kami hampir tak pernah berte-"
"5 tahun lalu-! , 5 tahun lalu.. setelah aku membunuh ayahku, aku berkelana, tanpa tujuan, hingga satu hari..."
Sela Taehyung, aku menatapnya bingung, pria itu menunduk dan menitikkan air matanya."Aku baru sadar, anak itu-, bukan, gadis itu pernah menyelamatkanku."
Hela nafasnya panjang, melemparkan dirinya ke salah satu kursi pengunjung sambil mengusap dahi nya."Maksudmu-?"
Taehyung menyela ucapanku sekali lagi."Hye Jin dan Hye Na, keduanya, pernah bertemu denganku, bocah pemalu itu bersembunyi dibalik punggung kakaknya."
Pria itu mendongkakkan kepalanya dan tersenyum tipis."Saat itu hujan deras, Hye Jin menemukanku, dan mengajakku ke rumahnya, diikuti oleh adiknya. Memperlakukanku dengan baik. Jadi kami sering berjanji untuk bertemu lagi."
Lanjutnya."Setelah beberapa kali bertemu, kami semakin dekat, dan tepat setelah kupikir aku menyukai Hye Jin, Hye Na duduk disampingku dan tersenyum hangat, lalu mengatakan-.."
Ucapannya terhenti sejenak."....huft."
Dia menghela nafas pelan lalu menatap ke arah pintu UGD."Lalu?"
Tanyaku sambil duduk disampingnya.Keadaan hening untuk beberapa saat, hingga akhirnya Taehyung memecah ketenangan dengan bergumam.
"Tae-oppa, aku penasaran.. kenapa senyummu indah tapi terasa menyakitkan?""...."
Aku terdiam menatap pria itu menggumamkan hal itu."Kau tau? Gadis itu seolah bisa melihat isi hatiku, Aku hanya menatapnya bingung saat dia mengatakannya."
Cengirnya, lalu menggusur rambutnya yang basah."Mungkin saat itulah kenyataan kembali menghantamku, setelah hari itu, aku kembali untuk bertemu mereka, tapi... aku tak pernah melihatnya lagi."
Ucapnya sambil terkekeh kecil.Tak lama, dokter dan para perawat berjalan keluar dari ruangan di hadapan kami,
Taehyung segera berdiri dan menghampiri mereka.
"B-bagaimana?! D-dia bisa diselamatkan - kan?"Dokter itu mengangguk,
"Nona Lee mengalami patah tulang dan pendarahan di kepala akibat benturan, tetapi sudah kami berikan pengobatan terbaik untuknya.""Trimakasih..."
Kami berdua berdiri dan membungkuk, para petugas kesehatan berjalan pergi.Tak lama, Mendadak saja seseorang memanggilku.
Aku berbalik dan melihat seorang wanita, pakaiannya formal dengan jas hitam dan rok pensil.
"...?"
Aku menatapnya dengan ekspresi bingung."Selamat sore, namaku 'Kang Ji E' , aku bekerja di kepolisian distrik Seoul."
"Tuan Chanyeol sedang berada di dalam ruang penyelidikan kami. Beliau terus meminta kehadiran anda dilokasi."
"Tunggu...darimana kau tau lokasiku?"
Reflek aku menjauhkan diriku, wanita itu mengeluarkan data mengenai keluargaku."Ah.. sialan."
Gerutuku kesal, wanita itu tersenyum dan membungkuk sopan."Mari, apa kau mau ikut dengan damai atau dengan paksaan?"
Ancamnya dengan senyuman hangat. Mengirim sinyal pada bulu kudukku untuk berdiri."Hubungi aku info tentang Hye Na."
Aku member Taehyung isyarat tangan dan berjalan mengikuti wanita tersebut.Sesampai di kantor kepolisian Seoul, Ruang Penyelidikan (Interview).
"...."
Aku duduk disamping Chanyeol, dia menatap kearah meja dengan tatapan kosong.Tiba-tiba Chanyeol menarik kerah bajuku kasar,
"SEMUA SALAHMUUUUU!!!!"
Dia meneriakiku, para petugas segera menarik Chan dariku.
"KAU! KAU MEMBUNUH ISTRIKU! PARK JIMINN!!! KAU HANYA SEORANG PECUNDANG!""Benar. Aku pecundang tapi- Tidak. Semua ini....harus kuhentikan."
Pikirku."K-kau...bekerja sama dengan seorang pembunuh yang memanipulasi p-pikiran orang. Aku emang pecundang. Tetapi aku tau yang benar dan salah..."
Aku duduk tegap dan menetapkan hatiku.
"Aku akan menceritakan segalanya."Para petugas menahan Chanyeol dan mulai menulis kesaksianku.
.
.
.
Aku memberitahukan segala kejadian dari kasus pembunuhan seta manipulasi yang dilakukan Hye Jin yang dibantu oleh Chanyeol.Disaat itu, Chanyeol entah bagaimana lepas dan segera menghantamku ketembok, dan mencekikku dengan kuat.
"H-hyun-g-!!"
Aku menggeliat, berusaha melepas cengkramannya, bersamaan dengan petugas lainnya."Akh-..."
Kesadaranku memudar karena kekurangan oksigen, tapi tiba-tiba terdengar suara sentruman listrik, dan segera cengkraman Chanyeol merenggang.Tubuhnya terjatuh tanpa kesadaran.
"Anda tidak apa?"
Ucap seorang wanita yang berlutut disampingku, dia memegangi pundakku."Aku tak apa-!"
Aku melambaikan tanganku, nafas ku belum stabil jadi aku kesulitan berbicara."Tuan park, apa masih ada saksi lain?"
Ucapnya sambil membantuku berdiri."Ada, tetapi keadaannya kritis, jadi belum bisa di interogasi. Maaf."
"Baik, Terima kasih atas kerjasama anda, tuan Park."
Wanita itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Mari saya antar anda kembali.""A-ah tidak usa-!"
Ucapanku terhenti menatap senyuman kejamnya."oh tuhan, mirip sekali dengan Jin Noona...."
Pikirku dalam hati dengan pasrah mengikuti wanita itu.
.
.
.
Setelah tiba dirumah sakit, wanita yang bernama Kang Ji E itu memberiku kartu namanya dan memintaku untuk menghubunginya setelah Hye Na mendapatkan kesadarannya kembali."Jimin."
Taehyung mengayunkan tangannya. Senyuman box terukir diwajahnya.
Aku segera berlari dan menghampirinya."Keadaan Hye Na sudah membaik, kemungkinan kita dapat menjenguknya sebentar lagi."
Ucapnya girang."O-oh... baik."
🔸Cops - End.▫️
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Heart || K.T.H FF
Fanfiction"Pertemuan pertama kita konyol, aku bahkan tak kenal kau, begitu juga sebaliknya, Tetapi... Hal itu juga tidak buruk... Terimakasih, Taehyung." ---- "Maafkan aku, aku melupakannya." ---- "Setiap butiran air hujan yang menyentuh tanah merupakan sebu...