Nightmare.

24 14 4
                                    

My Pov

"hehe."
Aku tertawa kecil.

Kami menuruni bukit, dan Taehyung menggendongku di punggungnya.

Ditengah kesunyian, Taehyung memanggil Jimin.
"Jimin-ah."

"Hmm??"
Jimin sedang membuka ponselnya sembari berjalan, kurasa dia sedang membuka Kamera...?

"Apa yang kau lakukan?"

"Uh...bukan apa-apa, kenapa?"

Pembicaraan mereka sangat datar....tidak menyenangkan!

"Jimin, Foto kami! Foto!"
Aku menyela pembicaraan mereka.

"Huh? Gak! Kalau aku menyimpan foto kalian aku tidak memiliki space yang cukup untuk menyimpan foto para gadisku!"

"Gadis?" Tanyaku polos.

"U-uh....idol. tenanglah, bukan aneh-aneh."
Menatapnya, aku mengedipkan mataku dengan cepat, memasang wajah bingung.

"Ahh, haha...aneh. ternyata lelaki badass sepertimu menyukai idol yang menari-nari diatas panggung dengan imut ya...."
Aku meresponnya dengan sedikit nada mengejek.

"Ya! Aku tidak badass! Jelas aku ini orang yang sangat baik, jujur dan-"

Taehyung yang sudah tak mampu menahan tawa pun melepaskan tawanya dengan kencang.
"PFFTTT-!!! Astaga kau serius chim? HAHAHAH"

Aku dan Taehyung mengganggu Jimin dan seiring waktu berlalu kami pun sampai di kaki bukit.

"Jimin-oppaaa~ foto dong, pemandangannya akan indah dari kaki bukit."

Ketika mereka mendengarku memanggil jimin 'oppa' mendadak saja Taehyung terdiam, dan jimin memasang ekspresi wajah jijik.

"Ah, santailah, kau itu ipar ku, aku takkan jatuh cinta padamu. Itu panggilan formal dikeluarga."
Aku mencuatkan bibirku dan menyipitkan mata.

Yah, jimin akhirnya melakukan 'Selca', meskipun aku yang meminta foto, aku mati gaya.

Aku memeluk leher Taehyung dengan wajah datar.
"Hye Na ya...kau meminta foto tapi kau yang tidak bersemangat didalamnya."
Jimin membuka gallery nya untuk mengecek foto kami.

"Aku hanya ingin kalian berdua menyimpan sesuatu, aku tidak harus berpose untuk setiap foto bukan?"

"Bisa kau tersenyum? Jikalau kau tersenyum untuk satu foto saja, aku akan memberi mu HP baru."

"Huh...aku tak membutuhkannya, eonni sudah memberiku." Sahutku dengan percaya diri.

"Dan rusak." Sela jimin.

"U-uh...hanya kemasukan air kok..." sahutku gugup.

"Yah sudah, kalau begitu apa yang kau inginkan." Sahut jimin lagi

"Aku ingin kita bermain hujan." Senyumku lebar.

"...." mereka terdiam dan saling menatap.

"Permintaanku itu, ketika aku sembuh, kita main hujan, ok?" Kekeh ku kecil.

Dia menghela nafas pelan, dan tersenyum.
"Terserahlah, demi adik iparku akan kukabulkan. Kau Tae?"

"Kapan saja." Sahutnya tersenyum.

"Haha, dasar...sekarang, Hye Na,. 1 2 3 Kimchii~"

Dengan foto terakhir kami di kaki bukit, kami melanjutkan perjalanan untuk kembali, disekitar sana ada halte bus, jadi aku menyarankan untuk menaiki bus, karena sudah hampir 3 jam Taehyung menggendongku dipunggungnya, dia pasti lelah.

Beberapa menit kami berdebat demi menaiki sebuah bus.
Pada akhirnya kami bertiga menaiki bus, Taehyung mendudukkanku disalah satu kursi penumpang dan duduk di sampingku, dan jimin duduk di kursi yang ada didepanku.

"Aneh."
Aku bergumam selagi menatap kearah langit mendung.

"Aneh? Kenapa?"

"Aku tidak mengerti kenapa aku bisa nyaman dengan kalian."

"Kalian? Kau sudah tinggal denganku selama...2? 3? Tahun! Dan kau tidak pernah menyadari keberadaanku." Sela jimin dari kursi depan.

"Kalau begitu, datang kekamarku setiap hari, mulai sekarang. Lagian kau sendiri jarang dirumah, jangan menyalahkanku." Jawabku mendorong kursi jimin.

Taehyung menutup matanya dan menyilangkan tangannya didepan dadanya.
"Lanjutkan saja pembicaraan kalian, jikalau sudah mendekati daerah rumah kalian, bangunkan aku. Kita akan mencari kedai untuk makan jjangmyeon disana."

Setelah itu, keadaan dalam bus sunyi, tidak ada satupun dari kami yang berkata-kata.

Ditengah ketenangan, aku mendengar langkah kaki dan bisikan Jimin kepada pengendara bus itu.

"Ahjussi, bisakah anda mengingatkan kami jikalau anda sudah mendekati daerah xxxx? Kami tidak terlalu mengenal jalan, hehe..."

Aku terlelap.
.
.
.

"..."
Aku sendiri didalam kegelapan. Setengah tubuhku basah...Suara jangkrik menggema di telingaku.

"Dimana aku..."
Mendadak saja, terdengar suara semak-semak dan ranting patah, serta...suara seseorang menyeret sesuatu.

"Siap-....!!!" Aku terdiam.
Sesosok makhluk menyeramkan menampakkan dirinya dihadapanku. Menatapku dengan fisiknya yang bukan lagi manusia.

Makhluk ini menjulurkan tangannya, berusaha untuk menggapaiku. Dan penampakan dibelakangku ada seorang wanita, wajahnya tak dikenali, aku terkepung.

"K-kumohon...jangan"
Aku terdiam membatu, sosok mengerikan yang ada dihadapanku merangkulku dan aku bisa merasakan bahwa ditenggelamkan.

"HYE NA!!"
Aku tersadar dengan keringat mengucur, dua pasang mata menatapku cemas.

"Hye na! Apa yang terjadi?! Kami memanggilmu, tapi kau-" Nafasku tersengal-sengal. Aku menekan dadaku dengan kuat, berusaha untuk menenangkan diriku tapi Tubuh ku menggigil.

"Tenang, ayo tenang, tarik nafas..."
Taehyung memberiku air mineral, setelah keadaan jadi lebih baik, pria itu menggendongku dengan bridal style dan membawaku keluar dari bus.

Aku menggenggam dan mencengkram pakaian Taehyung dengan erat tanpa mengucap sepatah katapun.

Dia membawaku menuju ke salah satu kedai tradisional, dengan Jimin.
Dan mereka memesankan sup tahu untukku.

"Makhluk itu...dia kembali lagi. Apa sebenarnya mereka..." gumamku

"Huh? Mereka? Maksudmu-?"

🔸 Nightmare - End▫️

Rain Heart ||  K.T.H FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang