10. Habit

1.2K 246 141
                                    

Chan tertidur pulas di sofa panjang. Dengan tubuh yang tengkurap, samar suara dengkuran dari mulutnya yang terbuka. Pipi tembam Chan terhimpit antara bantal dan lemak. Nampak seperti permen jeli. Lain lagi dengan Seungkwan. Gadis yang memiliki hobi makan itu terus saja mengomel, sambil menyuap biskuit cokelat yang buskusnya dijepit di ketiak.

Tanpa disebutkan, pasti bisa menduga apa yang tengah dilakukan oleh Wonwoo. Gadis itu memang tidak pernah bisa lepas dari game-nya.

"Jisoo ke mana? Dia yang minta kita berkumpul, tapi malah dia yang tidak datang!" Amuk Seungkwan lagi.

Sudah hampir satu jam lamanya Seungkwan dan Wonwoo menunggu Jisoo di kediaman Chan. Namun yang mengajak mereka berkumpul malah tidak datang juga. Untungnya mereka sama-sama tidak memiliki jadwal kuliah pada esok pagi. Jadi untuk menginap di rumah Chan pun rasanya bukan masalah besar. Apalagi Seungkwan dan Chan yang malah hanya memiliki jadwal kuliah sore.

Tentu saja Seungkwan kesal setengah mati. Saking kesalnya, ia sudah menghabiskan dua porsi mie instan sebagai pelampiasan kemarahan. Sekarang malah menyerbu biskuit yang diberikan oleh Ibu Chan. Jisoo belum juga tiba, atau sekadar mengabari mereka, di mana ia tengah berada.

Jisoo mengatakan kalau latihan hari ini akan berakhir pada pukul sembilan malam. Itu sebabnya Jisoo meminta ketiga sahabatnya untuk segera berkumpul pada jam tersebut. Sebenarnya bukan karena ada apa-apa. Ia hanya merasa ingin bertemu dengan mereka bertiga. Tidak salah, kan? Lagipula berkumpul adalah rutinitas mereka.

Chan si pemilik rumah seperti tak terganggu sama sekali oleh suara nyaring Seungkwan. Malah terlihat semakin pulas, kakinya menjuntai ke lantai.

Hari ini Chan memiliki jadwal kuliah penuh. Pukul enam sore tadi ia baru tiba di rumah. Tentu Chan tidak bisa menolak sama sekali begitu salah satu sahabatnya mengajak berkumpul. Sebagai solusi karena ia kelelahan, Chan meminta agar ketiganya berkumpul saja di rumahnya. Dan beginilah hasil akhir diskusi mereka. Chan membiarkan Seungkwan dan Wonwoo mengomel, menunggu Jisoo datang.

Wonwoo melirik jam dindin yang tergantung kokoh di atas televisi. Lima menit lagi akan menyentuh angka sepuluh.

"Jika dalam lima menit Jisoo tidak datang, aku pulang," ujar Wonwoo.

Seungkwan mengangguk setuju. "Aku juga!"

Namun, sepertinya Jisoo akan berumur panjang. Belum satu menit setelah kalimat itu disampaikan oleh Wonwoo dan juga Seungkwan, terdengar suara mobil yang berhenti tepat di depan rumah Chan. Keduanya sangat yakin, yang datang sekarang adalah Jisoo.

"Dari mana saja, hng?" Seungkwan mengintimidasi.

Jisoo belum berminat untuk menjawab. Ia lebih memilih untuk segera menjatuhkan tubuh kecilnya di atas sofa, melahap minuman milik Chan yang baru diminum setengahnya. Napasnya terengah-engah, nampak seperti baru saja melakukan lari maraton.

"Rumah ini kosong? Orangtua Chan mana?" Tanya Jisoo.

"Ada, di atas," sahut Wonwoo. "Kau tidak mau menjawab pertanyaan kami? Dari mana saja, sampai jam sepuluh baru sampai di sini?"

"Astaga... Maafkan aku!" Ujar Jisoo. "Tadi Seokmin mengajakku keluar sebenar, sampai lupa janji dengan kalian."

"Keluar? Ke mana?" Seungkwan bertanya dengan mulut yang masih penuh makanan.

"Hotel Billberry. Kamar di sana sudah penuh, kami jadi kesulitan untuk mencari kamar yang harganya cocok."

"H-HOTEL? KAMAR? JISOO-YA, KAU SUDAH MELEPAS STATUS PERAWANMU DENGAN PRIA BERWAJAH KUDA ITU-?"

Seungkwan berteriak amat kencang. Saking kencangnya, Chan terperanjat kaget dan bangun dari tidurnya. Dengan cepat Wonwoo menutup mulut Seungkwan, khawatir akan membangunkan kedua orangtua Chan juga.

2nd Hong (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang