22. That's What Friends are Supposed to Do

1.3K 252 157
                                    

"Dicium?" Seungkwan menjerit kencang. Mata dan bibirnya terbuka lebar, saking terkejutnya. "Di mana? Kening? Pipi? Atau ... Bibir?"

Gadis gembul itu menatap Jisoo penuh intimidasi. Tentu membuat Jisoo khawatir. Apa yang akan dilakukannya jika mendengar jawaban Jisoo? Ditambah lagi wajah berpipi tembam Seungkwan memerah, menahan amarah. Jisoo bergidik ngeri melihatnya.

Seungkwan melanjutkan acara caci-makinya. "Berani sekali si kuda jejadian itu membuatmu menangis lagi. Kali ini aku harus bertindak tegas!"

"Kenapa diam?" Wonwoo turut bersuara. "Hong Jisoo, lupakan sikap manisnya dulu. Aku menyesal sempat mendukung kedekatanmu dengannya. Tidak peduli sudah seberapa dalam kau jatuh cinta pada si Seokmin itu. Tapi semua yang dia lakukan sudah melampaui batas, kau tahu? Menyuruh melupakannya, lalu mencium di keesokan harinya, apa itu masuk akal?"

Bahkan Wonwoo yang biasanya irit bicara, kali ini meluapkan kekesalannya. Jisoo menggigit bibir. Mengingat kejadian tadi siang, hatinya kembali melonjak keluar. Seperti baru saja melompat di atas pegas. Bahkan mata Jisoo masih merah akibat menangis.

Berkat semua perlakuan Seokmin beberapa hari ini, nampak jelas pemuda Lee itu tengah mempermainkan Jisoo. Bersyukur Jisoo masih bisa menahan diri selama berada di apartemen Jun. Walaupun tentu saja, Jisoo terus menghindari Seokmin.

Begitu tiba di rumah Wonwoo, tangisan Jisoo pecah. Menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Mendapat sambutan yang berbeda-beda dari ketiga sahabatnya. Seungkwan memaki Seokmin, Wonwoo meminta Jisoo agar cepat move on, juga Chan yang masih terdiam entah kenapa. Coba menjadi pendengar yang baik, mungkin. Atau mungkin lagi, ia memiliki cara lain untuk membalas kesakitan Jisoo.

Chan beranjak dari tempatnya, mendatangi Jisoo. Memeluk Jisoo erat. Gadis itu kembali meloloskan tangisannya di sana. Pundak Chan basah akibat air mata Jisoo. Chan berujar pelan. "Bisa aku minta jadwal latihan kalian? Ini salahku. Aku yang lengah. Harusnya sejak awal aku menjaga kalian semua dari jangkauan mereka. Jisoo, mulai besok jangan memasuki Fakultas Teknik tanpa aku. Beri tahu aku jika ada acara dadakan seperti tadi."

Jisoo melepaskan pagutan. Membiarkan Chan menghapus air matanya. Jisoo jadi tertawa. Rasanya sedikit aneh. "Apa tidak berlebihan?"

"Tidak. Sudah kubilang kalian bertiga itu tanggung jawabku," ujar Chan, lalu menarik Jisoo lagi. Kembali memeluknya. Mengelus punggung gadis itu. Chan melirik Wonwoo dan Seungkwan bergantian. "Kalian juga. Jika terjadi sesuatu, segera beri tahu aku."

Wonwoo mengangkat tangannya. Ingin segera melapor. Sudah kehabisan akal bagaimana caranya menghadapi tingkah menyebalkan Mingyu. "Tiang ring basket itu menggangguku! Aku selalu kalah bermain game, karena dia terus mengirimkan pesan."

Seungkwan tak mau kalah. Juga mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Sepertinya Hansol berniat mempermainkanku. Dia senang timbul-tenggelam, seperti kotoran yang mengapung di sungai. Menghilang beberapa hari, terus muncul lagi."

Chan mendesah pelan. Tugasnya terasa semakin berat. Kenapa secara kebetulan ketiga sahabatnya berurusan dengan anggota Rock Beat? Tapi, Chan tidak percaya dengan kata kebetulan. Pasti memang sudah ditentukan sejak lama. Itulah fungsi keberadaannya dalam kelompok ini. Menjaga ketiga sahabatnya dari keberingasan anggota Rock Beat.

Jisoo merasa jauh lebih baik setelah curhat dengan para sahabatnya. Ia bisa mengikuti latihan seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya. Meski sesekali tingkah Seokmin membuatnya ambruk, Jisoo bisa bertahan. Berdiri lebih kokoh dari sebelumnya. Chan selalu menemaninya.

Beberapa saat sebelum latihan, Jun mengajak Jisoo untuk ke kafetaria setelah sesi latihan hari ini berakhir. Dia bilang, ada yang hendak dibicarakan. Hanya berdua. Secara terang-terangan Jun mengatakan ini. Pemuda keturunan China itu langsung terkekeh geli saat melihat reaksi Seokmin. Ia yakin pemuda itu hendak marah. Namun, terhalang karena Jisoo langsung menyetujui permintaannya. Entah tak menyadari sikap yang Seokmin tunjukkan, atau memang tak mau ambil pusing.

2nd Hong (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang