25. D-Day of All

1.6K 246 162
                                    

Mungkin sudah puluhan kali Jisoo memandangi cermin. Bukan untuk memperbaiki penampilannya yang memang selalu terlihat cantik. Namun, berusaha menghilangkan rasa gugup yang telah membendung tinggi tiada tara. Ini adalah pertama kalinya ia berada di atas panggung. Dan malah langsung memiliki penonton yang sungguh banyak. Melampaui impian Jisoo selama ini.

Bisa dibilang, malam ini adalah puncak berkumpulnya seluruh mahasiswa dan siswi Universitas Hanin. Tidak hanya sebatas itu, para petinggi Universitas pun tak mau kalah. Ikut berkumpul dan merayakan hari jadi Universitas kebanggaan mereka.

Bukankah wajar jika Jisoo gugup setengah mati?

Saking gugupnya, tangan Jisoo nampak berubah warna menjadi putih pucat. Bahkan kedua kaki kurusnya terasa melemah. Tak sanggup lagi berdiri. Jisoo menjatuhkan tubuh kecilnya ke salah satu kursi yang berada tepat di depan cermin.

Rasanya Jisoo ingin berteriak lantang. Mungkin tidak akan berhasil menghilangkan rasa gugupnya. Namun setidaknya, Jisoo jadi punya alternatif untuk menyalurkan emosi yang sudah tak karuan sejak pagi menyongsong.

Sejak bangun pagi, Jisoo merasa mual. Hendak muntah, begitu membayangkan suasana panggung yang sempat ia lihat beberapa hari lalu saat melakukan GR.

Menyadari tingkah aneh Jisoo, seluruh anggota Rock Beat yang juga berada dalam ruangan tersebut terkekeh kecil. Sebenarnya tidak hanya Jisoo yang sangat gugup. Mereka semua pun sangat gugup karena tamu dalam acara ini adalah para petinggi kampus. Rock Beat tidak boleh mengecewakan mereka. Namun, melihat tingkah Jisoo membuat mereka tertawa begitu saja. Rasa gugup mereka berempat menghilang, diganti dengan rasa gemas. Hendak mencubit, atau Seokmin malah hendak menculik.

Jun melempar pandang pada Seokmin. Memberi kode, agar pemuda bangir itu segera menenangkan kucing manisnya.

"Mau aku yang turun tangan?" Bisik Jun. Entah sebuah ancaman atau bukan. Namun yang pasti, berhasil membuat Seokmin kesal mendengarnya.

Pemuda bermarga Lee ini memang sudah memiliki rencana. Dalam skenario yang ia buat, beterbangan nuansa indah yang dihasilkan. Karena ini pula Jun menegur. Jika dibiarkan, mungkin lagi-lagi Seokmin akan menundanya.

Jangan berpikir bahwa laki-laki tidak bisa melakukan sesi curhat. Mereka bisa! Seokmin sebagai buktinya.

Seokmin berdiri dari kursinya. Menyimpan ponsel pintar yang sedari tadi ia mainkan, masuk ke dalam saku celana. Seokmin harus melakukan sesuatu agar Jisoo tak begitu stres, dan melaksanakan rencananya. Sebelum kembali mendapat ancaman dari Jun. Lagi pula, kalau Jisoo dibiarkan gugup seperti ini, tentu akan mempengaruhi penampilannya saat di atas panggung nanti. Seokmin harus bisa membuat Jisoo rileks.

"Mau keluar sebentar?" Tawar Seokmin.

"Mau ke mana kalian? Kurang dari satu jam lagi, giliran kalian yang naik ke atas panggung," Jun langsung menyahut.

Seokmin kesal. Menyuruhnya menenangkan Jisoo, tapi malah mengomel seperti ini. "Sebentar saja," ujar Seokmin. "Hanya berkeliling sekitar sini. Telepon aku jika terjadi sesuatu."

Sebenarnya Jisoo belum menjawab tawaran yang Seokmin ajukan. Apakah setuju atau tidak dengan ajakan itu, Jisoo sama sekali belum berucap. Namun, Seokmin tanpa segan menggenggam tangan Jisoo, lalu mengajaknya keluar. Hendak membawa gadis itu, mendatangi ke spot terbaik di gedung aula utama Universitas Hanin.

Keduanya berhenti tepat di lantai paling atas gedung. Gedung Aula yang akan menjadi saksi bisa segala hal menakjubkan. Selain perayaan hari jadi Universitas Hanin malam ini, tentu saja. Tidak ada satu pun orang lain yang berada di lantai atas tersebut. Dari sana Seokmin dan Jisoo dapat melihat mahasiswa dan siswi serta para undangan lainnya yang mulai berdatangan. Memenuhi gedung.

2nd Hong (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang