17. Over

1.2K 254 196
                                    

Bukan Jisoo berniat untuk melanggar perjanjiannya dengan Seokmin. Jisoo tak memiliki maksud seperti itu sedikitpun. Bahkan ia tidak punya rasa ketertarikan sama sekali pada Jun, seperti apa yang dicurigai oleh Seokmin.

Jisoo memiliki begitu banyak bahan untuk dibicarakan dengan Jun. Hanya dengan Jun. Mengingat sedikit banyak laki-laki Wen itu menceritakan masalah perasaannya terhadap seorang gadis, tentu Jisoo pun melakukan hal yang sama. Jisoo banyak bercerita tentang masalah pribadinya.

Bagaimana menyebalkannya sosok Lee Seokmin, hingga bagaimana ia merasa bersalah sudah membuat laki-laki mancung itu sempat beradu mulut dengan Jun, usai latihan beberapa hari lalu. Mendengar cerita Jisoo, Jun jadi tersenyum tipis. Sedikit menarik kesimpulan, namun langsung dibantah oleh Jisoo.

"Kau menyukai Seokmin. Benar, kan?"

Spontan kedua mata Jisoo terbuka lebar dibuatnya. Menggeleng cepat, melayang-layangkan kedua tangannya, untuk menepis dugaan tak masuk akan seorang Wen Junhui.

"Kau gila? Mana mungkin aku tertarik dengan pria menyebalkan seperti dia! Masih banyak laki-laki yang mendekatiku, jauh lebih tampan dan baik. Kenapa harus dengan dia?"

Lagi-lagi Jun tertawa. Menatap ke arah luar kafe yang tengah mereka kunjungi bersama, nampak jelas mobil berlalu lalang dengan kecepatan sedang. Terdengar helaan napas di sana. "Pantas saja aku merasa ada yang berbeda dengan Seokmin, semenjak kau bergabung. Ternyata..."

Jun menghentikan kalimatnya. Meraih secangkir kopi pesanannya, menghirup aroma khas kopi tersebut lamat-lamat. Mata Jun terpejam. Rasanya begitu menenangkan.

"Ternyata apa?" Jisoo penasaran.

Laki-laki keturunan asli China itu kembali membuka mata. "Ternyata ada kau," ujarnya. "Dulu Seokmin tak kalah bejatnya dengan yang lain. Bahkan ia pernah berkelahi beberapa kali, karena ketahuan mengencani gadis yang sudah memiliki kekasih. Tapi semenjak kau bergabung dalam band, Seokmin tak begitu banyak menciptakan pergerakan. Diam di tempat. Kalaupun dia bergerak, paling itu untuk mendatangi Joshua."

Jisoo tertawa meremehkan. "Konyol sekali. Dia mendatangiku hanya untuk membuatku marah, kau tahu?"

Jun tak membalas. Ia meraih kartu nama yang baru saja Jisoo berikan, begitu mendaratkan bokong di salah satu kursi kafe. Dengan senyuman cerah. Mengambilnya, Jun memperhatikan kartu nama itu dengan seksama. Membaca setiap kata yang tersemat dalam kartu berukuran kecil itu.

"Xu Minghao," Jun berlafal pelan. "Kenapa aku begitu menyukai nama ini?"

Jisoo senyum. "Kau tidak salah pilih orang. Aku iri padanya! Tubuhnya bagus, kulitnya cerah, bahkan suaranya sangat lembut."

"Benarkah?" Jun nampak bersemangat. "Bukankah dia sangat cantik? Wajahnya manis, seperti gula kapas. Dan, aku tidak bisa tidur jika mendengar suaranya, meskipun hanya melalui sambungan telepon."

Kali ini Jisoo tertawa. "Dasar budak cinta! Tapi aku akui, perkataanmu benar. Dan yang terpenting, dia juga sangat mencintaimu."

Tak hanya memberikan kartu nama yang berhasil Jisoo dapatkan kemarin, gadis itu juga menceritakan semua yang berhasil ia dengar. Semua yang diucapkan oleh Minghao melalui sambungan telepon, Jisoo sampaikan pada Jun.

Gadis itu coba memberi Jun pendapat. Bukankah ada baiknya kalau Jun kembali mendatanginya saja? Mereka berdua masih sama-sama saling mencintai. Bahkan Minghao rela mendatangi Korea Selatan hanya untuk mencari Jun!

"Soo, Wonwoo bagaimana?"

Alis Jisoo terangkat sempurna. "Wonwoo? Maksudmu? Kau menyukai Wonwoo?"

Jun tersenyum tipis, mengenang masa lalunya yang dulu sempat begitu dekat dengan gadis bermarga Jeon itu. "Ya... Dulu aku sempat menyukainya. Meskipun pada akhirnya hatiku tetap ditempati oleh Minghao secara permanen, kenangan kami dulu juga sulit untuk dilupakan."

2nd Hong (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang