16. Start

1.2K 239 119
                                    

"Kau sudah tidak memperdulikan perjanjian awal kita? Kau mau melanggarnya? Mau kubocorkan identitasmu sekarang juga?"

Seokmin terus mengintimidasi gitaris baru bandnya. Rasa kesal laki-laki mancung itu tak terbendung lagi. Jisoo bersikap seolah-olah tak peduli dengan segala peringatan yang Seokmin tunjukkan.

Jisoo memang menyadari ini. Setiap kali bersama Jun, tindak laku Seokmin nampak jelas menujukkan bahwa ia sangat marah. Bahkan walau sekadar mengajak Jisoo pergi ke toko buku, atau pergi ke kantin untuk mencari camilan. Tatapan Seokmin seperti memancarkan sinar berwarna merah, memperingatkan Jisoo agar menolak tawaran Jun.

Tapi, Jisoo tak menyangka kalau Seokmin akan bertingkah sekanak-kanakan ini. Laki-laki Lee itu mempertontonkan reaksi marah, seolah Jisoo tidak boleh berteman dengan Jun sedikitpun.

Jauhi dia. Jangan pernah pergi bersama Jun!

"Ayolah, Lee Seokmin. Kalau aku menghindari Jun, bukankah itu malah akan menimbulkan kecurigaan? Lagipula aku pergi bersamanya hanya sebentar. Tidak seperti pergi denganmu yang sampai menghabiskan waktu berjam-jam!" Mendekat, Jisoo menyenderkan kepalanya ke bahu Seokmin. "Tenang saja, kau tetap menjadi prioritasku."

Seokmin mendelik, menjauh. "Kau berusaha menggodaku? Itu tidak mempan, Hong Jisoo!"

"Aish! Jadi maumu apa? Tidak mungkin aku menjauhi Jun tanpa alasan. Aku hanya berusaha menjadi anggota yang baik dan dia adalah manajer kita, apa itu salah?"

Jisoo tidak mungkin menceritakan bagaimana sesi curhat ia dan Jun berlangsung. Bagaimana galaunya seorang Wen Junhui begitu mengetahui bahwa sang mantan kekasih juga sedang berada di Seoul entah dalam rangka apa.

Jun tidak sengaja melihat Minghao saat di bandara. Laki-laki Wen itu tengah mendapat tugas untuk menjemput tamu dosennya yang berasal dari Singapura. Sebagai asisten dosen, tentu ia harus mau melakukan apa saja yang diperintahkan oleh beliau. Ia sungguh tidak menyangka kalau kejadian hari itu akan membuat hatinya gundah gulana hingga detik ini. Jun tidak tahu hendak bercerita pada siapa. Sebab itulah ia menculik Jisoo, dengan alasan yang sama. Menemaninya mencari komik seri terbaru.

"Tapi, bagaimana bisa aku memastikan kalau kau tidak akan jatuh cinta padanya? Bagaimana bisa aku mempercayai ucapanmu begitu saja?"

Jisoo mendesah pelan. Seokmin terlalu menyebalkan hari ini. Mood-nya untuk mengikuti latihan jadi sedikit memudar karenanya. "Aku tidak akan menyukai Jun, okey?" Ucap Jisoo dengan tegas. "Dia temanku. Sebagai teman, tidak mungkin aku menghindarinya. Memangnya apa hakmu melarangku menyukai Jun? Apa kau menyimpan maksud lain?"

Jisoo sudah tak lagi menggunakan suara Joshua. Suara aslinya begitu lantang, keluar begitu saja. Untungnya sekarang di dalam studio itu hanya ada mereka berdua. Jisoo jadi bisa meluapkan amarahnya pada Seokmin dengan bebas.

Pertanyaan Jisoo membuat Seokmin terdiam sejenak. Sejak awal syarat itu diajukan, Seokmin memang tak memiliki maksud yang tersembunyi. Ia hanya kesal setiap kali Jun mendatangi Jisoo, lalu mengajaknya pergi berdua. Apa itu salah? Lagipula, Seokmin hanya berniat untuk turut melindungi identitas Jisoo dengan baik. Jika Jisoo dan Jun terlalu dekat, Seokmin khawatir lambat laun identitas Jisoo akan terbongkar. Salah, kah?

"T-tentu saja tidak!" Seokmin membantah. "Ini semua demi Rock Beat, Jisoo-ya... Akan butuh waktu lama untuk mencari penggantimu, kalau sampai kau dikeluarkan dari band."

Niat Seokmin memang begitu baik. Laki-laki Lee itu juga memutuskan untuk menjaga rahasia identitas Jisoo demi kebaikan band kesayangannya. Waktu untuk tampil tinggal 5 minggu lagi. Jika Jisoo ditendang dari grup, mereka tidak akan memiliki waktu lagi untuk mencari anggota baru dan menggantikan posisi si manis Hong Jisoo. Setidaknya, Seokmin hendak menyelamatkan nama baik grup bandnya. Agar tak menanggung malu karena telah gagal tampil di malam puncak perayaan hari jadi Universitasnya.

2nd Hong (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang