Chan mendesah pelan, melihat Jisoo yang tengah melangkah masuk menyambangi Fakultasnya. Ia melirik kanan-kiri, memonitor mahasiswa dan minim siswi yang merupakan penduduk asli Fakultas Teknik. Nampak jelas mereka berbisik, sambil sesekali melirik ke arah sahabatnya itu. Memiringkan kepala, menghela napas amat berat. Bahkan matanya pun mulai lelah, memperhatikan bagaimana anggunnya seorang Hong Jisoo melangkah layaknya putri kerajaan.
"Yang model begini mau jadi anggota band rock? Gila saja," gumamnya.
Perlu hampir tiga menit lamanya Chan menunggu. Memperhatikan langkah Jisoo yang sesekali terhenti karena harus bertegur sapa dengan mahasiswa lain saat berpapasan. Gadis itu memang hanya tersenyum, namun berhasil membuat Chan geram karena terlalu lama menunggu.
Tidak tahan, Chan mulai melangkah dengan jangkauan luas. Berhenti tepat di depan Jisoo, lalu menarik tangan si cantik agar segera mengikutinya.
"Audisinya lima menit lagi akan dimulai. Jika berjalan ala pengantin seperti tadi, selesai audisi kau baru sampai di sana."
Chan mengomel dengan suara yang lantang. Terus menarik tangan sahabatnya yang memajukan bibir, kesal dengan makian yang ia terima.
"Aku tidak selamban itu, Tuan Lee Chan!" Bantahnya. "Ya! Lepaskan tanganku, itu sakit!"
Chan segera melepaskan tangan Jisoo, begitu sampai di depan pintu ruang tunggu audisi. Memberi tatapan yang amat tajam. "Peraturan pertama, kau tidak boleh datang ke Fakultas ini tanpa pemberitahuan terlebih dulu padaku. Yang kedua," pemuda Lee itu mendesah pelan, sebelum kembali berucap. "Bisa kau bertindak normal? Jangan terlalu anggun, okey? Fakultas ini terlalu bahaya untuk seorang gadis. Kau bisa mati diperkosa di sini. Fakultas ini kekurangan donat, mengerti? Penghasil pisang terbanyak se-Universitas. Kalau pun ada perempuan, mereka berprilaku seperti juga memiliki pisang!"
Jisoo mengangkat alis kirinya, tidak paham dengan kalimat panjang yang Chan jelaskan. "Apa maksudmu aku harus membeli pisang kalau datang ke sini?"
Plak!
Chan memukul kening lebarnya. Menghembus napas amat berat. Lelah juga menjadi satu-satunya pria dalam satu kelompok.
Tapi kalau dipikir-pikir, mereka berempat memang memiliki sifat yang tak sama sedikit pun. Wonwoo si dingin, Seungkwan si biang gosip, Jisoo si anggun, dan Chan sebagai penengah. Terkadang juga menjadi yang paling jahil. Namun bisa dibilang, Chan-lah yang paling tersiksa jika ketiga gadis cantik itu dalam masa bulanan. Ia menjadi korban.
Tapi, kenapa mereka berempat tak bisa dipisah? Berkuliah di jurusan yang berbeda, secara otomatis jadwal kuliah mereka pun akan sangat bertolak belakang. Namun selalu ada saja cara mereka untuk sekedar berkumpul. Membuat Chan pusing dengan ocehan tiga orang wanita sekaligus.
"Intinya, ikuti langkahku dan jangan lamban. Jangan keluarkan suara sedikit pun sampai aku perbolehkan," ujar Chan mutlak.
Melihat Jisoo yang kembali membuka mulut hendak protes, Chan lagi-lagi memperingatkan. "Dan jangan menangis. Dalam audisi ini, kau akan gagal karena kau adalah wanita. Itu sudah ketentuannya."
Jisoo masih saja bersikeras hendak mengikuti audisi meski pun dalam poster tercetak jelas bahwa salah satu syaratnya adalah laki-laki. Jisoo yakin ia akan diterima karena kemampuannya dalam bermain gitar. Pasti mereka akan memberi pengecualian terhadapnya.
---
"Tapi aku ingin ikut audisi!" Teriak Jisoo untuk kesekian kalinya.
Jisoo dilarang masuk oleh panitia audisi. Karena dia adalah seorang perempuan? Tentu saja!
"Tapi audisi ini hanya untuk laki-laki, sayang. Daripada ikut audisi menjadi gitaris band, lebih baik daftar untuk menjadi permaisuri di hati abang," ujar penjaga pintu ruang audisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
2nd Hong (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Tidak memenuhi syarat untuk mengikuti audisi sebuah band karena ia adalah seorang perempuan, membuat Jisoo nekat memalsukan identitas dan menyamar menjadi seorang laki-laki. Semua dirasanya aman. Tidak ada satu anggota Rock B...