24. Aku, kan, Tampan!

1.4K 235 207
                                    

Akhirnya Mingyu dan Hansol merasakan apa yang dirasakan oleh Seokmin beberapa hari terakhir ini. Ditatap penuh intimidasi oleh Chan, layaknya sedang menjalani sidang. Bahkan ini nampak jauh lebih menakutkan, dibandingkan bertemu dengan guru BP saat sekolah menengah atas. Chan terlihat sangat buas.

Hansol meneguk saliva dengan susah payah. Otaknya berusaha berputar, memecahkan ketegangan. Bingung hendak bicara apa. Memakai alasan pun, ia bingung bagaimana cara menjabarkannya. Satu pertanyaan yang sempat Chan lontarkan tadi, belum bisa dijawab oleh laki-laki berdarah asli New York itu.

Di lain sisi, Seokmin cekikikan geli. Meski mendapat senggolan di perutnya dari Jisoo, Seokmin masih tak dapat menahan tawa. Terus melayangkan kata 'mampus' pada kedua orang temannya. Membuat Jisoo geleng-geleng kepala. Seokmin terlalu kekanakan. Jadi bingung sendiri. Bagaimana bisa ia jatuh cinta pada laki-laki yang bermodel langka seperti ini?

"Oke, karena Hansol belum bisa menjawab pertanyaanku, sekarang giliran Mingyu." Chan mengubah fokusnya. Sedikit bergeser ke kanan, menatap Mingyu tajam.

Mingyu terkesiap. Meringis dalam hatinya. Berdo'a pada Tuhan agar ia segera diselamatkan dari sana. Sebenarnya Mingyu sungguh sebal dengan cekikikan Seokmin yang berdiri tepat di belakang Chan. Namun untuk sekarang, ia tak bisa berbuat banyak. Masa depannya ditentukan sekarang. Lihat saja nanti. Selepas ini, jangan harap Seokmin bisa selamat sampai ke apartemennya. Mingyu akan membuat perhitungan.

"Kau sudah puluhan kali diperingatkan Wonwoo agar tak sembarangan menelepon atau mengirimkan pesan. Kenapa masih saja melakukannya? Kau tahu? Karena itulah dia jadi sangat marah padamu," ujar Chan.

Mingyu memutar pandangan ke kiri dan ke kanan. Berusaha mencari alasan yang tepat. Namun, akhirnya ia menggeleng pelan. Membuat alasan tidaklah bagus. Kalau ketahuan, akan berujung fatal nantinya. Akan jauh lebih baik jika ia menjabarkan alasan sesungguhnya. Biar bagaimanapun reaksi Chan nanti jika mendengarnya, yang penting Mingyu bicara jujur. Ini sebagai bukti bahwa ia serius hendak mendekati Wonwoo.

"Aku merindukannya. Pertama dan terakhir kali kami bertemu saat di Fakultas Hukum dulu. Sudah sangat lama. Jadi aku menghubunginya terus," jelas Mingyu.

Ahh... Ini alasan yang tak masuk akal. Terlalu kekanakan. Seperti remaja baru puber saja. Biarlah! Sudah terlanjur, apa boleh buat?

Chan menggeleng pelan. Heran. Bukan dengan jawaban Mingyu, namun pada ekspresi yang pemuda Kim itu tunjukkan. Seperti anak-anak yang dilarang pacaran oleh kedua orangtuanya. "Tapi gara-gara itu Wonwoo semakin marah, tiang! Coba saja kau mendekatinya dengan teknik tertentu. Kuliah di Teknik, tapi tidak memiliki teknik untuk mendekati gadis. Memalukan."

Mingyu mengerjap. Tidak hanya Mingyu, semua yang berada di studio pun ikut terkejut. Bahkan Jisoo juga membulatkan matanya. Mingyu mencondongkan badannya, penasaran. "Teknik mendekati Wonwoo? Bagaimana caranya?"

Enggan menjawab, Chan hanya menanggapi pertanyaan Mingyu dengan menyeringai penuh kemenangan. Tak memberi komentar dan malah kembali memutar tubuhnya. Menghadap Hansol. "Kau? Sudah mendapat jawaban?"

Apa alasannya sering timbul-tenggelam? Tentu saja karena prioritasnya sekarang adalah Rock Beat! Tapi, haruskah Hansol menjawab dengan jujur? Mengingat Seungkwan bukanlah prioritasnya, apakah Chan akan marah? Ahh... Hansol semakin bimbang dibuatnya.

"S-benarnya, begini..." Hansol meringis dibuatnya. Ini pertama kalinya ia diintrogasi mengenai wanita. Sungguh menegangkan. Apakah berhadapan dengan calon mertua juga akan semengerikan ini? "Aku baru beberapa minggu ini putus dengan pacarku. Aku hanya tidak mau Seungkwan terlalu cepat menyukaiku dan dia menjadi korban selanjutnya. Aku ingin memantapkan perasaan terlebih dulu, baru benar-benar mendekatinya. Sekarang aku malah rindu padanya, ingin bertemu."

2nd Hong (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang