23. Chan > Parent-in-Law

1.4K 252 112
                                    

Chan dan Jisoo menunjukkan kekompakannya. Bersamaan melihat ke arah sumber suara dan mendapati Seokmin berdiri tegap di sana. Tatapannya tajam. Bukan ke arah Jisoo, gadis yang ia panggil. Namun pada Chan, lelaki yang selalu menghalangi interaksinya dengan Jisoo. Seokmin sungguh marah. Chan tidak punya hak melarangnya seperti ini.

Langkah tegas Seokmin membuat Jisoo merinding. Gadis itu memperhatikan Seokmin dan Chan bergantian. Nampak jelas Chan tidak getir. Ia malah menarik Jisoo mundur, berdiri di belakangnya.

"Jisoo, aku ingin bicara denganmu. Hanya berdua," ujar Seokmin.

Jisoo menengok dari belakang Chan. Namun, si pemilik tubuh menggeser posisi berdirinya. Melenyapkan tubuh kecil Jisoo lagi. Chan berujar tegas. "Bicarakan saja di sini."

"Apa kau tuli? Aku hanya ingin bicara berdua dengan Jisoo!"

"Apa kau tidak punya malu? Aku peringatkan sekali lagi, jangan pernah dekati Jisoo!" Balas Chan.

Jisoo meringis. Ia benci dengan situasi ini. Jisoo harus melakukan sesuatu, sebelum menarik perhatian mahasiswa dan minim siswi lainnya. Mengulurkan tangan, Jisoo memeluk Chan dari belakang. Berbisik. "Chan-ie... Ini jam kuliahmu, jangan sampai terlambat. Aku tidak apa, tenang saja."

Seokmin memandang tak suka. Tangannya terangkat hendak menyingkirkan tangan Jisoo dari sana. Namun, Chan terlebih dulu menghalangi. Membalas pelukan Jisoo. Kepalanya berusaha menoleh. "Aku harus menjagamu."

"Aku lebih kuat dari yang terlihat. Kau tahu itu, kan? Aku yakin di dalam sana sudah ada Jun. Kami tidak hanya berdua."

"Kau tidak dengar itu? Cepat pergi!" Seokmin menyahut.

Jisoo sontak melepaskan pagutannya. Beralih pada Seokmin. Berdiri tegap, hendak marah. "Diam kau, kuda! Aku tidak mau Chan dicap mahasiswa badung karena berkelahi denganmu di kampus!" Ia sungguh tidak habis pikir. Bagaimana bisa pria ini hidup dengan menyebalkan? Jisoo kembali memusatkan perhatiannya pada Chan. "Cepat masuk kelasmu. Nanti aku hubungi jika latihan kami selesai lebih dulu."

Chan akhirnya mau menuruti permintaan Jisoo. Dengan banyak negosiasi tentunya. Jisoo juga sudah berjanji akan menceritakan segala hal yang Seokmin lakukan, begitu mereka bertemu nanti. Namun, apa yang Jisoo prediksi nyatanya tidak benar. Studio mereka kosong, tidak ada satu anggota pun di dalam sana. Jisoo jadi takut.

"Mau bicara apa?" Tanya Jisoo, enggan masuk. Kakinya tertahan di pintu studio.

"Duduk dulu," ujar Seokmin, lalu mengambil gitar milik Seungcheol. Memangkunya, memetik beberapa kunci yang ia tahu. "Aku iri dengan Jun. Cintanya kembali."

"Sebenarnya apa maksudmu? Jangan berputar-putar, Lee Seokmin!"

Seokmin memusatkan perhatiannya pada Jisoo. Berusaha membaca ekspresi. Marah. Nampak jelas. "Oke, aku akui, dugaanku salah. Bukannya merebut Jun dari Hao, kau malah mempertemukan mereka lagi. Maaf dan terima kasih. Aku salah paham."

Jisoo mengangguk puas. Akhirnya Seokmin meminta maaf padanya, meskipun bukan permintaan maaf ini yang ia mau. "Baguslah. Kau sudah bertemu dengan Hao?"

Seokmin kembali pada gitar di pangkuannya. Seperti ada yang berusaha ditutupi dari raut wajahnya. Tidak mau salah bicara lagi, seperti tempo hari. "Hao bilang sempat bingung hendak mencari Jun ke mana. Kau yang sudah mempertemukan mereka. Bagaimana bisa kalian bertemu?"

"Hanya sebuah kebetulan," akhirnya Jisoo turut masuk dan duduk tepat di samping Seokmin setelah mengambil gitar andalannya. "Kenapa Hao tidak tahu di mana keberadaan Jun? Apa dia tidak tahu kalau kalian kuliah di sini? Foto yang kau tunjukkan kemarin?"

2nd Hong (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang