Idk why gays, ay bisa berfikir untuk bikin chapter sebelumnya dengan konflik yang menurut ay ga-je :v.
*****
Kejadian tadi, sangat membuat kericuhan dikoridor sekolah. Semua orang menjadikan itu sebuah topik pembicaraan mereka.
Adinda sudah diantarkan pulang oleh Rafly, ya walaupun tidam izin terlebih dahulu. Tapi, biarlah.
Jam menunjukan pukul satu, Nadia masih setia menunggu Resta untuk pulang. Karena tadi Resta mengabari dirinya jika rapat sudah berakhir, kenyataanya sampai sekarang juga Resta belum memunculkan batang hidung nya.
Nadia : jadi pulang ga sih Res?
Resta : bentar Ay, ini lama banget ngoceh nya
Nadia : masih lama ya?
Resta : hmm, kamu pulang sendiri bisa? Aku takutnya kamu nunggu bakalan kelamaan.
Resta : sekolah juga bakalan sepi, paling sisa anak anak yang ngurus buat prom night sama farewel party.
Resta : ngga papa kan kalo pulang sendiri?
Resta : maaf yaa, maaf banget aku sekarang ngga bisa nganterin kamu pulang
Nadia : yaudah aku pakai go-jek aja.
Resta : hati hati dijalan
Nadia : iyaaa"yahhh lowbet, perasaan tadi masih penuh kenapa sekarang mati?"
Terakhir Nadia melihat betrai handphone nya, masih 66 %. Sekarang hp nya sudah mati. Ah, Nadia baru ingat. Tadi hp nya terakhir kali dimainkan oleh Akbar, biasanya sih mau minta hotspot. Dasar, ga modal.
"gimana mau pulang? Mau pesan go-jek, hp gue mati lagi. Duh, jalan kaki? Lumayan jauh sih"
Tiba tiba ada mobil sedan hitam berhenti tepat didepanya, sudah bisa diduga jika mobil itu milik Lemuel.
Kaca mobil terbuka perlahan, memperlihatkan seseorang yang sudah mati matian buat Nadia hindari.
"belum pulang Nad?" tanya Lemuel.
"ya lo liat sendiri lah, gue masih disini berarti belum pulang?!" jawab Nadia dengan jutek.
Wajahnya sudah memerah menahan rasa panas yang dipaparkan oleh matahari sejak beberapa menit yang lalu sampai sekarang. Keringat saja sudah bercucuran.
"mau gue anterin?" tawar Lemuel.
Mau ikut tapi gue gensi pikir Nadia.
Jika dirinya mengedepankan rasa gengsinya, maka ia tidak akan pulang pulang hingga nanti.
"ngga!" tolak Nadia.
"yakin lo ngga mau? Gue tinggal, takutnya ada apa apa sama lo." ucap Lemuel sedikit berteriak.
"yaudah gue mau. Ini bukan karena gue udah maafin lo ya, tapi karena gue fikir gue ngga bakalan pulang pulang sampai nanti kalau gue tolak tawaran lu?!" jelas Nadia.
Lemuel tersenyum tipis. Berada didalam satu mobil yang sama saja, Lemuel sudah bahagia. Bagaimana jika hubungan dirinya dan Nadia kembali lagi.
"ingat ga sih Nad, dulu pasti kalo udah pulang sekolah kita bakalan mampir ketempat biasa kita ngumpul sama anak anak dulu-"
Nadia mendelik tajam kearah Lemuel, "harus ya lo bahas itu?! Ga jelas banget! " Tukas Nadia.
"tapi lo ingat kan Nad? "
Dan dengan bodohnya Lemuel malah menanyakan itu ke Nadia.
"lo bego atau gimana sih El, gue kan udah bilang harus banget ya lo bahas tentang itu sekarang?! " kesal Nadia
"harus lah"
"turunin gue sekarang! "Ucap Nadia.
tetapi Lemuel tetap saja menyetir tanpa memperdulikan perkataan Nadia.
"lo budek ya El?" kesal Nadia.
"iya, nanti lo boleh keluar kalau sudah didepan tuh!" jawab Lemuel.
ia menunjuk ke rumah yang didominasi oleh warna hitam putih tersebut menggunakan dagunya.
"sudah sampai, sekarang lo boleh keluar. Tapi kalo lo ngga mau keluar juga ngga papa!" ucap Lemuel, diikuti dengan senyum tipis di bibirnya.
Nadia yang mendengar itu langsung beranjak keluar dari mobil dengan wajah kesalnya. Nadia sengaja menutup pintu mobil milik Lemuel dengan kencang, tidak peduli itu akan rusak atau tidak. Yang pasti dirinya sangat merasa tidak suka jika berada didekat laki laki itu.
Lemuel hanya terkekeh pelan melihat Nadia keluar dari mobilnya dengan wajah kesal, yang menurutnya itu sangat menggemaskan.
"dasar bego, dilahirin bego, jadinya ya gitu! bego!" kesal Nadia.
*******
"Lo buat rusuh apa tadi Pan?"
"biasalah Brem!" jawab Panji. Rasa semangat nya seolah luntur ketika mengingat kejadian tadi.
Brema menampakan wajah bingungnya, ia menatap Resta yang ada didekatnya dengan wajah yang bingung dengan perkataan Panji. Karena dirinya terlalu fokus dengan tugasnya, sehingga dirinya baru saja mengetahui jika tadi ada kericuhan digedung IPA.
"cewek!" tukas Resta tanpa memalingkan pandanganya dari benda persegi didepanya.
Bahkan laptop lebih menarik dibanding melihat wajah ketua osis.
"ya terus? cewek, kenapa??" tanya Brema.
Map Hijau melayang menuju kepala Brema, beruntung dia bisa menghindarinya. Matanya seolah menyusuri setiap orang yang ada diruangan tersebut. Mencari siapa yang berani melempar map tersebut kearah dirinya.
"lo cowok kan, Bacot banget sih dari tadi!" tukas seorang perempuan yang berada dipojokan ruangan, yang sedang berkutat dengan file didepanya.
"oh jadi lo ya yang berani melempar map ini kekepala gue!" Brema memandang tajam kearah wanita itu. sedangkan wanita itu tidak memperdulikan tatapan tajam dari Brema.
karena merasa diacuhkan, Brema berjalan menghampiri wanita tersebut. "nama lo siapa?" tanya Brema.
"penting banget ya buat gue jawab pertanyaan lo?" jawab wanita itu dengan datar.
"penting dong!"
"gini ya, lo kan ketos masa sama anggotanya sendiri ngga tau namanya."
wanita itu pun keluar dari ruang osis.
"namanya siapa ya?" gumam Brema, sambil menatap map hijau yang ada ditanganya.
"gue pulang!" Resta menutup laptop didepanya.
"lo tau namanya Res?"
"khansa"
Brema menunjuk Resta dengan map ditanganya. "kok lo tau sih?!"
"sahabat cewek gue-"
so guys dont't forget to voment and share with your friends.
salam mantan eun woo
100 like gue bakalan up again gengs.
sorry atas keterlambatan up nya, dikarenakan real life saya sedang sibuk sibukya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Boyfriend
Teen FictionJust follow what i say babe - Resta #1 manurious