19

19 7 0
                                    

Perlu diketahui cinta butuh namanya perjuangan maupun pengorbanan. Tapi, tak luput dari kesan titik dimana rasa jenuh akan fase perjuangan harus dihentikan. Dimana titik itu akan bertemu fase melupakan membuat suatu garis yang bernama kekecewaan.

Begitulah yang gue alami selama  dua minggu ini dalam fase untuk melupakan Kak Darma. Hari demi hari gue abdikan untuk tidak peduli akan kehadiran Kak Darma. Gue berusaha tidak melihat wujudnya maupun hanya sekedar bayangannya di sekolah. Gue sudah tidak tau lagi dia dimana, sama siapa, dia ngapain aja selama ini. Gue tidak tau lagi tentang dirinya. Gue juga menghindari obrolan tentang dirinya dikelas, lingkungan sekolah maupun dalam lingkup ekskul. Gue tau dan sangat - sangatlah tau, seberapa besar gue menghindari hal - hal yang berhubungan dengan Kak Darma gue selalu luput akan hal itu.

Setiap kali gue mulai tertawa lepas bersama teman - teman gue dengan tiba - tiba ia lewat di depan kelas gue. Nampak sekali dari pantulan jendela ia berjalan melewati kelas gue. Sering gue menahan tangis untuk hal kecil seperti itu. Ingin gue mengatakan kepada seluruh dunia, gue rindu Kak Darma gue kangen banget sama dia. Gue pengen meluk dia, tapi itu mustahil untuk gue lakuin. Kalau memang ini akhir dari semuanya, gue bakalan terus mencintai dirinya meski tanpa ada perjuangan lagi yang gue lakukan. Sesuatu yang bisa gue lakukan untuk terus mencintai Kak Darma hanyalah pengorbanan dimana gue akan selalu berkorban demi menjaga cinta ini tetap utuh dengan bantuan big bang yang masih melanda jantung gue kala Kak Darma ada di depan gue.

" Lupain semuanya, Nad " Ucap Nita Agus sambil memegang pundak kanan gue seakan mengagetkan gue yang sedang menangis dalam diam di tempat duduk.

" Eh, lo Nit " Ucap gue sambil menghapus air mata gue.

" Lo gak istirahat?"

" Gak, lo sendiri kenapa disini?"

" Gue mau nemenin lo ajah " Jawab Nita Agus dengan senyuman tipis di bibirnya.

Gue hanya bisa diam kembali tidak ingin banyak membuka topik dengan Nita Agus. Namun, tatapan Nita Agus yang seolah simpati dengan apa yang terjadi dengan gue. Membuat gue sangatlah tidak nyaman.

" Kalau lo gak sanggup balik kayak dulu aja lagi. Gue yakin lo gak lagi berambisi untuk jadian sama Kak Darma. Malahan, sekarang lo selalu berpikir deket sama Kak Darma aja lo udah bahagia " Ucap Nita Agus memecahkan keheningan diantara kami.

Gue masih saja diam, tanpa ada sepatah kata lagi untuk menjawab ucapan dirinya.

" Gue pernah ngerasain apa yang lo rasain, Nad. So, biarkan hubungan lo sama Kak Darma mengalir seperti air. Bukan malah lo milih buat jauhin dia " Sambungnya lagi dengan tatapan penuh makna.

Tetapi, gue masih diam tak ingin membahas lagi soal itu. Jujur, gue capek berpura - pura untuk bahagia di depan semua orang. Dimana orang akan menilai, gue memang benar - banar sudah move on dari Kak Darma. Namun, fakta berkata lain dua minggu ini gue sangatlah tertekan akan hal itu memendam akan kerinduan gue dengan dirinya.

" Gue tau lo udah capek pura - pura bahagia ketawa, but di dalam hati lo nangis. Gue mau lo kayak dulu, Nad. Ceria kayak Nadiella yang gue kenal " Pinta Nita Agus penuh pengertian.

" Saat semua itu terjadi gue cuman pengen dia ada buat gue, Nit. Gue pengen mencintai dia dalam diam. mengenang dia saja gue sudah sangatlah bahagia, Nit. Gue gak mau lagi yang lain " Jelas gue panjang lebar dengan air mata yang sudah dengan derasnya gue keluarin.

" Lo kangen banget yah sama Kak Darma, Nad?" Tanya Nita Agus meski ia sudah tau jawaban dari pertanyaannya itu.

" Kalau gue masih bisa nafas dan tubuh gue masih bisa gerak, gue bakalan tetap mencintai Kak Darma. " Jelas gue sambil menghapus air mata gue dari wajah gue, " Jujur, gue pengen dia tau gue sangatlah merindukannya. Rasa kangen ataupun rasa rindu itu bakalan gue pendem selamanya hanya untuk Kak Darma "

Nita Agus yang tidak lagi bisa berkata - kata, hanyalah bisa membalas perkataan gue dengan sebuah pelukan hangat seorang sahabat buat gue.

" Gue salut sama lo, Nad. Gue do'ain semoga lo bisa dapet yang terbaik aja dari kisah ini " Ucap Nita Agus sambil mengelus - elus pundak gue.

Kisah cinta gue dengan Kak Darma adalah ujian terbesar dalam hidup gue. Seumur - umur gue gak pernah menyukai hingga mencintai seseorang seperti ini. Gue bahkan bisa melupakan mantan pacar gue sekian detik. Tapi, gue gak bisa ngelupain Kak Darma dalam bentuk waktu kapanpun.

Detik, menit, jam tidak bisa menghitung berapa lama rasa kerinduan ini dan hanya bisa berharap ia merasakan hal yang sama.

🌹🌹🌹

Bel masuk pun berbunyi, menandakan kami seluruh siswa siswi kelas sepuluh harus mengikuti jam ekskul pramuka. Gue dan teman - teman yang lain langsung berbaris di lapangan. Gue juga berdo'a di dalam hati supaya tidak bertemu dengan Kak Darma kali ini. Syukurlah, gue tidak bertemu dengan Kak Darma hingga jam ekskul pramuka akan berakhir.

Seperti biasa, kakak - kakak pembina ekskul pramuka akan berdiskusi sejenak sebelum kami dibubarkan. Sambil menunggu pembina ekskul berdiskusi. Kami malahan asik bercanda hingga barisan kelas kami tidak beraturan lagi. Ada pula, yang menyanyi - nyanyi dengan nada lucu sehingga kami tertawa semua. Tidak sadar, gue tertawa lepas mendengar Soni ketua kelas gue bernyanyi dengan wajahnya yang tembem itu penuh penghayatan hingga perut buncitnya itu seakan ikut bergoyang.

Tanpa kami sadari Kak Darma datang ke lapangan melihat kegaduhan yang kami buat. Ia melihat kakak - kakak pembina semuanya asik berdiskusi tanpa kami hargai.

" Diiiiaaaam.... Bisa diaaam gak?" Teriak Kak Darma keras sehingga semua yang disitu terdiam.

Kakak - kakak pembina disana hanya bisa diam sejenak melihat perlakuan Kak Darma dan langsung menyambung diskusi kembali. Kami yang ditegur disana langsung berada dalam posisi siap. Begitu pula, kelas lain yang tidak tahu menahu. Gue yang baris di barisan depan dengan sukarelanya mendengar omelan dari Kak Darma.

" KALAU KALIAN PENGEN DIHARGAIN, HARGAI DULU YANG DIDEPAN "

" BISANYA RIBUT AJAH, PAS DISURUH KE LAPANGAN LETOY SEMUA "

" OTAK TUH DIPAKAI, DISURUH JANGAN RIBUT DALAM POSISI SIAP AJA SUSAH BANGET. MAUNYA APA SIH?"

" GAK PENGEN ADA EKSKUL PRAMUKA. GAK PENGEN IKUT. SILAHKAN, GAK PENGEN NAIK KELAS SEMUA, BAAAGUUS. EKSKUL PRAMUKA SEKARANG WAJIB INGAT ITU " Teriaknya dalam posisi di sebelah gue.

Tanpa gue sadari air mata gue kembali jatuh. Dalam sekian detiknya, gue langsung saja menghapus air mata gue. Takut kalau ia menyadari akan hal itu.

" Siiiaaaap.... Ingaaat " Teriak kami serempak.

Mendapat jawaban dari kami, Kak Darmapun melangkah mundur tak sengaja pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata gue. Gue rasa, dia tau gue nangis tadi saat ia memarahi kami habis - habisan. Iapun memberikan tatapan merasa sangat bersalah. Sekejap ia seperti patung mendapati gue yang berada di sampingnya. Namun, tidak ingin terlalu memikirkannya. Kak Darma langsung saja berbalik arah menuju kakak - kakak panitia lainnya. Big bang dengan lebih kerasnya lagi melanda jantung gue kembali. Dimana detak jantung ini berbeda dengan detak jantung gue setiap kali bertemu dengan Kak Darma. Mungkin sudah lama gue tidak bertemu dengan dirinya. Ditambah rasa rindu yang menggebu - gebu di dada gue. Tapi, gue juga tidak tau apa yang harus gue lakukan untuk membayar lunas rasa rindu gue terhadap Kak Darma.

BIG BANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang