Prolog

194 37 18
                                    

Sederet anak kelas sembilan berjalan memasuki aula sekolah. Bel sekolah juga sudah berbunyi sedari tadi menandakan kelas sudah lama berakhir. Namun, sialnya seusai jam pulang sekolah semua siswa dan siswi kelas sembilan tidak langsung dipulangkan tetapi dipinta untuk menghadiri sosialisasi dari sebuah SMA yang ingin mempromosikan sekolahnya selama dua jam kedepan.

Alhasil, aku harus terlambat pulang ke rumah hari ini. Jujur saja, dari sekian banyaknya siswa dan siswi disana mungkin aku adalah siswi yang paling malas untuk mengikuti sosialisasi tersebut. Inilah aku yang sebenarnya, malas melakukan sesuatu apabila sesuatu itu memanglah tidak niat untuk aku ikuti. Menurutku hal yang berkaitan dengan sosialisasi sangatlah membosankan, apalagi sosialisasi di sore hari yang panas seperti ini. Dengan terpaksa aku langkahkan kaki mengikuti teman-temanku yang memasuki ruang aula sekolah dimana semua angkatan kelas sembilan sudah duduk rapi disana.

Alih-alih tetap memperhatikan pihak sekolah yang menjelaskan keunggulan sekolahnya, aku malah menatap salah satu siswa yang ikut mempromosikan sekolahnya itu. Aku terus bertanya-tanya siapakah salah satu siswa laki-laki disana. Dia hanya sesekali berbicara tentang pengalamannya bersekolah di SMAN 1 BHENIKA TUNGGAL IKA dimana ia bersekolah sekarang. Ia juga tak lupa menganjak kami untuk menyusulnya bersekolah di SMAN 1 Bhenika Tunggal Ika. Lelah untuk menatap siswa laki-laki itu membuatku menjatuhkan pandangan dari dirinya dan kembali menikmati kebosananku di tengah keramaian orang yang sedang bersosialisasi.

"Gimana sosialisasi tadi, Nad? Lo minat?" tanya Rissa teman sekelasku.

"Gue gak tau, jalanin Ujian Nasional aja deh dulu!" jawabku sambil menatap jalan raya yang belum di lewati satupun angkutan umum.

Rissa melirikku sembari merengut, "Nadiella kapan sih lo bisa perduli setidaknya untuk masa depan lo sendiri?"

Tak lama angkot berhenti di depan halte yang aku duduki dengan Rissa. Akupun menatap temanku itu sesaat sebelum berjalan menuju angkot yang sudah menunggu untuk aku tumpangi, "Sampai gue mencintai diri gue sendiri saat itulah gue bakal perduli sama masa depan gue sendiri, bagi gue jalani dulu hari ini baru mikir kedepannya. "

Akupun beranjak dari tempat dudukku dan kemudian berjalan memasuki angkot yang siap untuk mengantarku pulang. Sedangkan Rissa masih betah duduk di halte mungkin menunggu pacarnya untuk menjemputnya.

"Dasar Nadil bego bukannya dia yah yang paling cinta sama dirinya sendiri sampai banyak perasaan orang yang dia korbanin," gumam Rissa bermonolog sambil menatap angkotku yang sudah berjalan meninggalkan halte tempat dirinya berdiri saat ini.

Ujian nasional sudah berlalu, aku dan teman-temanku sedang asik mencari sekolah strategis untuk kami melanjutkan pendidikan tinggi, yaitu SMA ataupun SMK. Iseng-iseng, aku mendaftar online ke SMAN 1 Bhenika Tunggal Ika yang beberapa minggu yang lalu mensosialisasikan sekolahnya ke sekolahku dengan menggunakan handphone salah satu temanku dikarenakan handphone milikku saat itu sedang rusak. Sehingga memudahkanku untuk mencari lokasi-lokasi sekolah yang bagus. Bagiku lokasi SMAN 1 Bhenika Tunggal Ika juga lumayan dekat dengan rumahku, walaupun aku masih bermimpi untuk sekolah jauh dari rumah. Tetapi bagaimana lagi kedua orangtuaku juga menyarankan untuk bersekolah disana saja, apalagi akan susah untukku mencari sekolah lain tahun ini karena sistem zona yang baru saja diterapkan pemerintah tahun ini.

Dua minggu kemudian, aku sudah resmi lulus SMP walaupun nilaiku tidak memuaskan saat itu karena sakit. Walaupun begitu aku harus tetap bersyukur yang terpenting aku lulus dan bisa masuk sekolah dengan nilai yang baik. Dengan modal kepercayaan yang kuat aku yakin aku akan diterima disekolah yang aku pilih sekarang menjadi sekolah yang ingin aku masuki.

BIG BANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang