33

16 5 1
                                    

Membawa gue terbang dan menjatuhkan gue dengan mudahnya adalah keahlian Darma yang tidak pernah gue sadari sampai saat ini. Kebohongan yang terus menerus ia lakukan, masih saja belum mempengaruhi gue untuk berhenti mencintai dirinya. Gue yang terus menerus disakiti hingga mendapatkan luka yang teramat dalam. Merasa masih belum jera untuk tetap mengharapkan dirinya. Telpon dari dia malam itu, membuat gue yakin gue hanyalah debu yang tidak diharapkan kehadirannya.

Drrrrrrt...

Dering handphone gue singkat, menandakan ada chat yang masuk. Gue pun lekas membuka notifikasi chat.

Kk Osis : Nad, Kakak mau cerita

Senyum gue mulai mengembang, berpikir kalau dia memang benar - benar niat untuk menelpon gue.

Nadiella_ : Boleh, asal jangan kemaleman nelpon nanti Nadilnya udah tidur

Dua menitpun berlalu, barulah chat balasan dari Kak Darma masuk.

Kk Osis : Nanti kakak telpon
Nadiella_ : Ok deh

Tidak tahan menunggu telpon Darma, gue memutuskan untuk tidur. Menurut gue, untuk apa mengharapkan sesuatu yang sangatlah lumrah dari Kak Darma.

Drrrrrrrrrt... Drrrrrrrrrt... Drrrrrt... Drrrrrt...

Bunyi dering handphone gue panjang menandakan ada telpon masuk dari seseorang. Gue pun melihat notifikasi nama yang tertera di handphone milik gue.

" Astagaaaa gue harus apa? Mana ni handphone baterainya low " pikir gue sambil mengambil power bank untuk mengisi daya

Gue pun menekan tombol telpon warna hijau, bersiap - siap mendengarkan cerita Darma.

'Hai...'

Suara pertama yang gue dengar dari mulutnya adalah suara yang sangatlah bersemangat.

'Hai juga kak, yaudah cerita aja kak'

'Mulai dari mana yah? Kakak bingung?'

Gue pun mencari topik pengganti agar nyambung ke topik berikutnya.

'Kak sebelum itu, Nadil boleh bertanya?'

'Tanya apa?'

'Kesan Kakak pertama ketemu dengan Nadil itu gimana sih'

'Ooh... Biasa aja sih, menurut Kakak Nadil itu gigih, baik, pendiam dan banyaklah gak bisa Kakak sebutin'

'Oooh gitu...'

'Satu lagi Kakak hanya menganggap kamu teman tidak lebih'

Gue hanya bisa tertawa kecil mendengarkan pengakuannya tersebut. Ingin, gue teriakkan bahwa gue sangatlah mencintai dirinya. Namun apa yang gue dapat sekarang, hanyalah luka lama yang kembali menjadi luka baru.

'Yaudah ayo cerita'

Gue pun pasang telinga untuk mendengarkan ceritanya maupun curhatan dari Darma, meskipun mata ini sudah tersisa beberapa watt untuk pergi ke alam bawah sadar.

Flashback on

Pertama kali gue dipilih menjadi Purna Paskibraka Indonesia atau bisa disebut PPI di Kabupaten dan meminta gue untuk mengibarkan sang merah putih di Alun - Alun Kantor Gubernur membuat gue sangatlah senang nan bahagia, untuk melewati itu semua gue perlu proses yaitu Karantina di Asrama selama dua puluh hari. Disana gue akan didik lagi supaya lebih profesional saat mengibarkan bendera di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, gue juga bertemu teman - teman baru serta wawasan baru semasa Karantina.

BIG BANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang