Epilog

10 0 0
                                    

Hari dimana gue tahu semuanya kalau cinta seorang Darma sudah tertuju untuk orang lain adalah pelajaran yang paling menohok bagi gue. Dari semua kebohongan dia gue tidak bisa menangis lagi. Hanya gue yang berjuang dari semua kisah ini dan dia hanya diam menikmati perjuangan gue yang berakhir sia-sia.

Langkah gue membawa diri ini tidak tahu dimana. Saat itu gue pasrah akan dibawa driver taksi online kemanapun gue pergi. Hingga berakhir di taman kota. Disana ramai, tapi tidak dengan hati gue. Rasa hampa itu masih terasa bahkan meminta diisipun sudah tidak berguna. Kosong semua terlihat kosong dipikiran maupun hati. Gue layaknya mayat hidup yang memiliki tubuh tapi tidak memiliki ruh.

Dari jarak lima meter dari gue berdiri nampak seorang cowok memeluk seorang cewek dengan bahagianya. Air mata yang tadinya sudah mengering kembali basah meratapi nasib gue yang memang akan sendirian tanpa seseorang yang mencintai gue lagi. Dia bukan Darma dia Bima. Orang yang selalu mencintai gue tanpa ada kata kadaluarsa. Nyatanya, semuanya tetaplah omong kosong. Sekarang dia sudah bahagia dengan yang lain. Karma memang berlaku keras untuk gue meninggalkan seseorang yang tulus demi orang yang datang tiba-tiba, kemudian menghilang.

Bima melepaskan pelukannya terhadap pacarnya itu dan lekas berlari menyusul gue. "Nadil kamu kenapa? Kok nangis pacar kamu mana?"

Untuk pertama kalinya ia memanggil gue langsung menyebutkan nama tidak ada lagi kata yang membuktikan dia sangatlah menyayangi gue. Dulu dia berjanji akan selalu mendampingi gue, nyatanya yang disampingnya bukanlah gue.

Mata gue menatap pasangan di depan gue bergantian masih dengan keadaan bungkam dengan dada yang terasa sesak. Awalnya menangis tetapi air mata itu sulit untuk keluar hingga berubah menyesakkan dada.

"Oh iya Nad aku belum ngenalin kamu sama dia in—"

"Bima gue pamit," putus gue dan mulai membalikkan badan pergi menjauh dari tempat itu.

Sudahlah Bima berhak bahagia. Dia berhak mencintai siapa saja dan dia berhak menentukan hatinya untuk siapa. Hari ini gue patah hati dan gue berharap saat gue bertemu dengan Bima ia adalah orang pertama yang menghibur gue dan memeluk diri ini sembari mengatakan 'semua akan baik-baik saja' nyatanya semua tidak pernah baik-baik saja.

Kaki ini sudah lelah berlari apalagi hati yang sudah berlari jauh dari kenyataan—sungguh sangatlah melelahkan. Gue pun terduduk di kursi taman sendiri sembari menutup wajah gue mencoba menenangkan diri sendiri. Ingin rasanya tertawa harusnya gue bahagia sudah banyak orang yang menyakiti gue dan suatu saat nanti gue akan menemukan orang yang tepat untuk tetap bertahan disisi gue.

"Maafin aku Nadil hati aku sekarang bukan untuk kamu," suara serak dari Bima membuat aku tersentak.

Cowok itu sudah duduk disebelah gue entah kapan. Wajah gue hanya bisa memasang wajah tembok. Senyuman palsu mulai terangkat dari bibir ranum milik gue.

"Seberapa pun aku memohon untuk kembali kamu tidak akan perduli," jawab gue menahan sesak di dada, "Kamu berhak bahagia."

"Cewek yang kamu lihat tadi dia membuat aku sangatlah nyaman sehingga wajar aku menentukan pilihan kepada dia."

Sesekali gue tertawa, "Ya, aku hanya bisa membawa luka untukmu."

Bima hanya bisa tersenyum dengan bahagianya. Entahlah, aku merasa sekarang Bima tokoh antagonis yang sedang mentertawakan orang gila karena cinta seperti gue sekarang. Tetapi, hanya gue yang berhak untuk menjadi antagonis disetiap cerita yang gue bangun. Maka, ia tetaplah Bima cowok protagonis yang pernah aku sia-siakan dulu.

"Pergilah temui dia, kalau kamu bernasib sama seperti aku menyia-nyiakan seseorang yang tulus demi orang baru. Maka kembalilah aku selalu menjadi Nadil yang kamu tahu!"

"Lantas aku sudah berubah, begitu?" tanyanya.

"Bukan kamu tapi perasaan kamu yang sudah berubah."

Dada ini semakin sesak mendengar kalimat yang gue lontarkan sendiri. Orang yang mendengar pun akan sangatlah tertusuk dari kata-kata yang barusan keluar dari mulut ini.

"Baiklah aku akan pergi, jaga dirimu baik-baik karena aku tidak akan menjagamu lagi!" pintanya yang hanya gue jawab dengan anggukan.

Tubuh Bima sudah hilang meninggalkan gue dengan rasa sangatlah kehilangan. Entah, bagaimana gue akan melanjutkan hidup? Tetapi hidup akan terus berlanjut apapun itu alasannya gue harus bangkit.

Pada akhirnya semua akan pergi meninggalkan rasa perih di hati. Awalnya cinta itu terasa manis sekali dan akhirnya akan selalu berakhir dengan patah hati. Kisah cinta gue sangatlah berbeda dengan yang lainnya tetap terasa nyata tidak seperti kisah percintaan di film atau sinetron yang akan berakhir bahagia di setiap endingnya.

Darma yang datang dengan janjinya mempersembahkan rasa bahagia untuk sementara, ataupun Bima yang selalu ada hadir dengan janji yang tidak akan pernah ia tepati. Semua cowok itu sama saja dan sayangnya terkadang banyak cewek lupa diri akan semua janji yang diberikannya.

Hati boleh sakit untuk beberapa hari ini. Tetapi hidup terus berlanjut hingga dengan terpaksa gue jalani. Terpaksa akan berubah menjadi terbiasa, maka dengan terbiasa gue harus bisa mencintai hidup. Walaupun hidup akan mengkhianati dengan mati, setidaknya setelah mati semua orang akan hidup kembali.

Hari berubah menjadi bulan, bulan menjadi tahun dan tahun akan berubah menjadi beberapa tahun. Beberapa tahun yang sudah gue lalui dengan seribu mimpi akhirnya bisa gue wujudkan. Baju toga sudah menghiasi tubuh ini dengan rapi tak lupa dengan topi sarjana bak mahkota untuk seorang antagonis seperti gue. Tiga setengah tahun bekerja keras demi gelar sarjana akhirnya tuntas sudah semua.

Senyum dari orangtua gue mengembang selalu bangga dengan apa yang sudah gue raih selama ini. Cita-cita menjadi seorang jaksa akan selangkah lagi gue gapai. Menjunjung nilai keadilan adalah tugas gue kedepannya, sebab gue merasa terkadang dunia tidak pernah adil kepada gue.

Setidaknya semua akan berakhir dengan indah. Apa yang gue impikan sudah terwujud, kecuali masalah hati. Setelah hari itu, gue bertekad untuk tidak mengenal cinta lagi. Cinta hanyalah omong kosong bagi gue. Terkadang gue akan menjadi serakah demi cinta. Bukan terkadang tapi sering lebih tepatnya. Sekali lagi hanya satu cinta yang tidak gue percaya, yaitu cinta kedua insan yang bahagia.

Namun, semua orang bilang ketidakpercayaan gue itu akan datang menghampiri gue sewaktu-waktu. Gue akan bahagia dengan jodoh yang sudah dipersiapkan Tuhan nantinya. Hanya bisa menunggu, tetapi gue bukanlah Nadil yang dulu. Gue adalah Nadil yang menerima apapun yang sudah dijanjikan.

Terlepas dari teori Big Bang yang membentuk jagad raya dengan dentuman besar. Perasaan kuat yang gue miliki mungkin juga akan terbentuk dengan dentuman besar setiap kali orang lain menyakiti. Kuncinya hanya bisa menerima apapun yang sudah terjadi.


#Bisik-bisikAuthor

Tuntas sudah janji author😅

Semoga tidak mengecewakan ya!

Terkadang dikecewakan itu sulit.

Urusan hati memanglah rumit readers author yang budiman😈

Karena cerita ini acak adul belum aku revisi khususnya di aplikasi orange ini jadi anggap saja ceritanya masih fresh.

Yuk vote jangan lupa komen dibawah pengalaman kalian baca "Big Bang"🙏

See you guys,

Jangan lupa baca karyaku yang lain👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIG BANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang