32

16 7 1
                                    

Seperti biasa setiap hari Jum'at sore anggota ekskul PIK - R rutin dilaksanakan di sekolah. Gue yang sudah sangatlah bersemangat mengikuti ekskul yang sudah lama tidak gue hadiri dikarenakan libur. Bukan karena materi ekskulnya saja, gue juga merindukan kebersamaan dengan teman - teman sesama anggota lainnya.

" Nad, ada Kak Darma tuh ngeliatin lo " ucap Pay pelan.

Gue pun langsung melihat kearah luar ruangan yang berdirinya Darma beserta teman - temannya yang menghampiri Ibu Ayu tidak tau mau berdiskusi tentang apa. Gue lihat dia sangatlah tidak berlagak tengah memperhatikan gue. Namun, bukan malah mengalihkan pandangan. Gue malah melihat pelipis kepala Darma dibalut dengan plester luka berwarna coklat. Gue semakin khawatir sekaligus penasaran apa yang terjadi terhadap dirinya. Merasa diawasi, iapun kembali menatap gue keheranan. Gue yang tidak ingin ketahuan tengah mengawasi dirinya, langsung saja membuang pandangan ke tempat lain.

Gue dapat kabar bahwa Lisa teman gue menyukai Darma. Awalnya gue tidak perduli dan tidak ingin perduli. Namun, sekarang gue beralih memperdulikan masalah tersebut dikarenakan hasutan dari alam yang membuat gue takut kalau Lisa berani bicara macam - macam ke Darma tentang gue. Besar kemungkinan Darma akan percaya omongan Lisa karena dia teman dekat gue. Dari situlah, sekarang gue mulai menjauhi Lisa agar gue tidak mendapatkan masalah apapun. Takutnya gue tersinggung dan menyebabkan masalah besar antara gue dan Lisa. Apalagi, rumor yang terjadi sebenarnya sudah berada di tangan Lisa ia tau kalau gue sudah jadian dengan seorang mahasiswa yang bekerja sebagai manager restoran kecil di tengah kota. Ya, inilah faktanya. Gue sudah seminggu berpacaran dengan Kak Hasan seorang mahasiswa fakultas teknologi informasi dan bekerja sebagai manager restoran kecil di tengah kota. Awalnya, gue bertemu dengan Kak Hasan tidak sengaja bersama Aunt Sartika ketika menemani dirinya ke kampus untuk mengambil cuti ke luar kota selama tiga bulan dikarenakan kontrak kerja.

" Sar, lo beneran mau cuti?" tanya Kak Hasan to the point saat bertemu kami di parkiran.

" Ya, lagi pula gue di fakultas ekonomi jadi mudah saja untuk gue ambil cuti " jelas Aunt Sartika.

Kak Hasan mulai memperhatikan gue yang berada di samping Aunt Sartika.

" Ini adek lo?"

" Adek, lo taukan gue anak terakhir "

" Terus?"

" Keponakan gue lah, kenalin ini Hasan adik kelas gue dulu " ucap Aunt Sartika memperkenalkan Kak Hasan ke gue.

" Oh, Nadiella kakak. Panggil aja Nadil " jawab gue memperkenalkan diri.

" Iya " jawabnya singkat, " BTW, lo mau pergi. So, mau abisin waktu sama gue dan teman - teman lainnya untuk tiga hari ini aja "

" Ok, tapi gue boleh yah ngajak siapapun " pinta Aunt Sartika sok imut.

" Boleh, ngajak Nadil juga boleh "

Mulai dari situ gue kenal dengan Kak Hasan. Dia orangnya cukup dewasa meski berbeda lima tahun dengan gue. Gue cukup terkesan akan kedewasaan dirinya yang menghadapi diri gue yang sangatlah masih anak kecil. Terkadang gue marah akibat bercanda Kak Hasan yang menurut gue sangatlah keterlaluan, namun ia bisa menangani gue dengan dewasa dan membuat kemarahan gue reda dalam sekejap. Kak Hasan itu mudah sekali membuat orang tertawa bahagia dengan leluconnya yang garing, tetapi berhasil membuat gue dan yang berada di sekitarnya tertawa. Bentuk tubuh Kak Hasan hampir sama dengan Darma, bedanya kulit Kak Hasan lebih hitam dari Darma. Tampang Kak Hasan lumayanlah bisa diajak kemana - mana tidak terlalu ganteng dan tidak terlalu pas - pasan. Walaupun gue akui lebih gantengan Bima. Apabila diingatkan soal Bima, gue tidak bisa lagi bicara apa - apa tentang dirinya. Sebab, gue tidak tau lagi kabar terbaru tentang dirinya. Dulu ada yang bertanya pernah ada rasa kangen ke Bima? Gue hanya menjawab untuk saat ini gue tidak memikirkan banyak hal tentang Bima. Namun, gue ralat untuk saat ini gue sangatlah merindukan Bima. Tapi gue sadar gue tidak boleh memiliki perasaan itu lagi untuk Bima.

BIG BANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang