25

22 8 0
                                    

Libur telah tiba, namun hati tidak gembira. Acara hiking gue dibatalin sama bokap, sebab cuaca yang tidak mendukung. Hingga gue berencana kabur ke rumah nenek untuk ikut liburan bersama nyokap dan adik gue tercinta, yaitu Akbar. Keluarga gue yang disana sangatlah mengharapkan kedatangan gue, tapi disisi lain gue juga harus nunggu cuaca mendukung untuk menepati janji gue liburan hiking sama bokap. Saking kesalnya gue, gue pun membuat SW  tentang rencana kabur. Sampai - sampai hampir separuh kontak gue menanyakan hal tersebut dan melarang gue untuk melakukan hal senekad itu. Apalagi Kak Ratu, dia paling bersemangat nyeramahin gue katanya pola pikir gue salah lah, gue gak mikir akibat lah, dan semua pertanyaan serta omelan yang dia berikan membuat gue sangatlah pusing. Namun, untungnya gue bisa menyelesaikan perdebatan dengan dirinya.

Ditempat lain ada seorang yang mengomel sendiri saat melihat SW gue.

" Dasar anak kecil, pikirannya pendek. Pengen deh, gue komen tapi percuma dia gak bakalan ngerti. Dasar anak kecil " Omel Darma tak terima.

Melihat cucunya bicara sendiri, Kakek Darmapun mulai mendekatinya. Ingin tau apa penyebab yang menjadikan cucunya bicara sendiri seperti orang gila.

" Loh, Dzul ngapain ngomong sendiri?" Tanya Kakeknya bingung.

Darma yang sedang memakai masker wajah berwarna hitam, berhasil mengejutkan Kakeknya saat menoleh ke arah Kakeknya yang berada di sampingnya.

" ASTAGFIRULLAH " Ucap Kakeknya sambil mengelus - elus dada pelan.

" Sorry, Kek. Darma ngagetin yah. Kakek juga sih latahan orangnya "

" Nyalahin Kakek lagih " Ralat Kakeknya kesal.

Darma yang tidak bisa menjawab apa - apa hanya bisa senyam senyum tak jelas.

" Terus kenapa tadi ngomel - ngomel sendiri kayak orang gendeng?"

Mendengar pertanyaan kakeknya, ia hanya bisa garuk - garuk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

" Emmm, itu. Temen, pikirannya kayak anak kecil Dzul gak suka " Jawab Darma gugup.

" Gak suka kok di lihat statusnya "

Tidak bisa menjawab lagi, Darmapun memilih diam saja dari pada berdebat dengan kakeknya yang tidak akan pernah selesai.

" Besok kamu jadi pergi?" Tanya Kakeknya dengan nada sedih.

" Jadi, Dzul kangen banget sama Papa Mama gimana gak jadi coba " Jawabnya dengan semangat.

" Tapi jangan lupa pulang, jangan tinggalkan kakekmu ini sendiri dan ingat jangan mau terhasut sekolah dan tinggal menetap di Jakarta oleh Bapak dan Ibumu itu " Pinta Kekeknya sambil sesekali menepuk pundak Darma.

" Iya, Dzul bakalan ingat pulang. Dzul memang kangen sama Papa Mama, tapi Dzul juga ingat kalau Kakek gak ada yang ngurusin disini " Jawab Darma meyakinkan.

Ditengah - tengah obrolan mereka, masuklah video call dari nyokapnya Darma.

" Bentar, ini VC dari Mama kek. Dzul angkat dulu yah " Ucap Darma bersemangat.

" Bicaralah, Kakek gak mau ganggu " Pinta Kakeknya sambil beranjak meninggalkan Darma.

Darmapun lekas mengangkat video call tersebut. Hingga ia dapat dengan jelas melihat wajah orang yang telah melahirkannya itu.

" Dzul Darma Sati, kamu sehat? Kamu jadikan liburan sama Mama dan Papa?" Tanya Mama Darma sangatlah bersemangat.

" Siaaaap, Dzul Darma Sati sehat wal afiat " Jawab Darma dengan gaya hormat kepada sang Mama tercinta.

Video call kali itu, membuat  perasaan Darma sangatlah bahagia. Ya, Sati marga dari keluarga Dzul Darma yang terkadang ia sembunyikan. Dzul Darma Sati, laki - laki yang ingin selalu terlihat sederhana meski ia hidup penuh akan semuanya. Dia lahir dari keluarga yang berkecukupan. Namun, ia terpaksa tinggal dirumah kecil bersama kakeknya untuk tetap merawat kakeknya di kota kecil ini.

Dzul Darma Sati adalah manusia yang sangatlah sulit gue tebak, terkadang dia bahagia diatas kesedihannya. Terkadang ia juga sedih diatas bahagianya. Terkadang ia juga bisa jatuh cinta, entah dengan siapa. Dia selalu baik ke semua orang. Sehingga tidak mudah tau siapa orang yang ia sukai dan siapa orang yang tidak ia sukai. Yang terpenting sekarang, dimana posisi gue apakah di posisi orang yang disukainya ataukah orang yang sama sekali tidak ia sukai.

Gue sangatlah berbeda dengan Darma. Nadiella yang dikenal manja, kekanak - kanakan, lemah akan apapun dan payahnya ia adalah manusia pertama yang dikenal Darma sebagai cewek murahan. Awalnya, Darma tidak ingin mendengarkan ocehan - ocehan gila tentang gue. Tapi, hasilnya dia juga termakan akan ocehan - ocehan bualan seperti itu. Ia semakin yakin, kalau gue cewek murahan yang mengejar - ngejar dia dan sekarang ia berupaya untuk menjauhi keberadaan gue. Gue terima itu, karena dari awal gue sudah yakin kalau Darma dan Nadiella tidak akan pernah bersatu.

Tidak bisa ditebak dengan alur cerita yang rumit, akankah selalu mengiris hatiku untuk meninggalkanmu yang ternyata bukan jodohku.

🌹🌹🌹


Keesokan paginya, gue melihat SW Darma yang pergi ke Jakarta. Asik kayaknya, gue yakin dia pasti bakal ketemu dengan orangtuanya. Di hati senang melihat dia pergi, namun tidak dipikiran gue yang masih mengganjal. Enak jadi Darma bisa pergi kemana saja, melihat apa saja yang ia inginkan karena orangtuanya jauh disana. Gue tau gue bukan siapa - siapa untuk Darma. Jadi, gue harus bertingkah seperti orang asing yang tidak mengenal dirinya.

Tidak ingin ambil pusing, gue pun mulai mencari kesibukan disaat libur. Dimana gue bisa menyalurkan hobi gue menulis dan bertemu dengan pemilik situs penerbit buku terkenal di Indonesia yang tak lain adalah keluarga jauh gue sendiri.

" Nadil mau kemana?" Tanya bokap gue saat melihat gue keluar dari rumah.

" Nad, mau pergi ke rumah Kak Inder buat nanya - nanya soal cara menerbitkan buku novel yang Nadil tulis. Keburu, dia ada disini kalau dia ada di Jakarta pusing urusannya " Jelas gue panjang lebar.

" Rumah Inder? Keponakan Mama kamu itu. Rumahnya jauh baget, Nad " Tanya bokap gue memastikan.

" Iya, Nadil gak perduli mau rumahnya jauh kek, pokoknya Nadil mau pergi kesana. Papa gak usah khawatir, doain aja Nadil sampe dengan selamat " Pinta gue sambil menyalami tangan kanan bokap gue lalu pergi.

Gue dengar Kak Inder adalah wanita karir yang memiliki kisah cinta yang tak terduga dari sosoknya. Ia lahir dari keluarga yang sangatlah kaya raya. Ayahnya adalah CEO beberapa perusahaan tambang di Indonesia dan sekaligus memegang perusahaan industri di beberapa negara di benua Eropa. Tidak heran kalau ia dari kecil sudah bergelimang harta. Dia menikah dengan Kak Afdan anak dari rekan kerja Ayahnya hingga perserikatan perusahaan Ayah Kak Inder dan Ayah Kak Afdan membuahkan hasil yang sangat besar hingga setiap hari mereka bisa menghasilkan uang miliaran rupiah. Namun, tidak oleh Kak Inder dia tidak tertarik oleh dunia bisnis yang digeluti Ayah, Ayah Mertuanya, maupun suaminya sendiri. Ia lebih tertarik membangun situs penerbit buku novel. Jadi, gue sangatlah tertarik dengan cerita singkat hidup Kak Inder dan gue semakin penasaran dengan kisah cinta orang kaya seperti dirinya. Walupun, niat gue masih sama yaitu mencari tau bagaimana caranya buku novel gue bisa terbit lewat dirinya.

BIG BANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang