First

950 55 10
                                    

Andai saja kau tahu
Betapa aku mencintaimu
Dalam wujud bungkamku

~silent love

Kring....

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Wajah usang dan muram siswa dan siswi kini telah berganti wajah ceria. Nita segera memasukkan buku-buku dan alat tulisnya kedalam tas. Ia lalu menatap kearah Marco yang telah selesai mengancing tasnya.

"Marco, ayo pulang" ajak Nita yang hanya dibalas anggukan oleh Marco. Mereka lalu berjalan melewati meja Sivi. Marco menatap Sivi dan menyunggingkan senyumnya. Sivipun membalas senyuman itu.

Sedangkan Nita? Ia selalu menjadi penonton yang setia melihat tatapan lembut itu kepada gadis lain. Walaupun hal itu akan terus menambah luka dihatinya. Namun tak apa, asalkan ia terus disamping pria itu.

Mereka memilih segera ke halte bus. Kali ini suasana cukup hening. Entahlah, biasanya Nita akan memulai percakapan. Namun sepertinya Nita kehabisan bahan untuk diobrolkan. Tapi tampaknya Marco tidak peduli. Ia hanya berpikir kalau Nita sedang kelelahan.

Bus yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung datang. Nita mulai merasa bosan. Ia sudah tidak tahan dengan suasana hening ini. Akhirnya iapun mengalah.

"Marco..." Marco menatap Nita dengan tatapan malas.

Nita merasa sedikit sakit saat Marco menatapnya seperti itu. 'Tatapan itu sangat berbeda daripada saat kau memandang Sivi, Co' pikir Nita.

Marco menaikkan alisnya, heran dengan Nita yang hanya diam saja. "Ada apa?" Pertanyaan Marco membuat Nita sadar dari lamunannya. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Marco lagi pada Nita.

"Tidak ada. Kau sendiri?" Nita balik bertanya.

"Tidak juga, " Jawab Marco santai. Nitapun mengangguk.

"Bagaimana menurutmu dengan Sivi?" Nita tiba-tiba bertanya tentang gadis itu.

"Bagaimana, Maksudnya?" Marco heran dengan pertanyaan Nita.

"Menurutmu Sivi itu seperti apa?" Nita memperjelas.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya itu?"

Nitapun bingung ingin menjawab apa. Pertanyaan itu tiba-tiba saja melintas dikepalanya.

"Tidak tahu."

"Dia orangnya baik, lembut, perhatian, dan..." Marco menggulung bibirnya. Seperti mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan Sivi.

"Perfect."

Satu kata yang keluar berhasil membuat sakit hati Nita. Bibirnya tertutup rapat. Pandangannya jatuh kebawah. 'Hei Marco, apa kau pernah mendeskripsikan aku seperti itu?'

Tanpa Nita sadari, ternyata bus yang ia tunggu sudah datang. Marco lalu memanggil Nita untuk segera masuk. Nitapun berlari mengejar langkah Marco. Dilihatnya punggung Marco yang tengah berjalan didepannya. Sosok itu begitu dekat dengannya. Ia bahkan dapat menggapai kulit itu. Namun, kenapa sulit sekali untuk Nita menggapai hati itu?

Dan sekarang hal menarik itu digantikan obrolan mengenai Sivi Lene. Tidak ada lagi obrolan mengenai PR, aktivitas mereka disekolah. Tak ada lagi. Nita sekarang hanyalah tempat sampah Marco berbicara mengenai sosok Sivi.

***

Nita menutup pintu kamarnya pelan. Wangi cherry langsung menyeruak masuk ke indra penciumannya. Ia melemparkan tasnya kemeja belajarnya. Ia tidak langsung mengganti seragamnya. Ia berbaring dikasurnya dan menatap langit-langit kamarnya.

SILENT LOVE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang