Dia baik? Tapi kenapa dia memintamu untuk menjadi selingkuhannya?
Dia baik? Kenapa dia tega menyakiti hati kekasihnya?
Ah, apa defenisi baik menurutmu adalah dari sudut pandang iblis?
Nita menghempaskan tubuhnya yang kelelahan di atas kasur. Padahal ia belum membersihkan diri atau mengganti bajunya. Masih terlintas diingatannya rentetan kejutan yang diberikan Steve padanya. Ia tersenyum. Hatinya sungguh senang sekali. Ia tak pernah merasakan ini sebelumnya. Nita lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Dari kemarin malam ia belum menonaktifkan mode pesawat ponselnya. Ia sengaja, agar tidak ada yang menganggu liburan dadakannya. Ia melihat ada begitu banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari sahabatnya.
"Kau dimana?"
"Hei, apa kau masih marah samaku?"
"Kenapa telponku tidak diangkat?"
"Aku tadi melihat instagrammu. Apa kau liburan bersama Steve? Kenapa tidak mengajakku?"
"Hei kenapa tak dibalas?"
"Kau belum memaafkanku ya? Maaf."
"Kalau sudah tidak marah, telfon aku ya,"
Nita tersenyum membaca deretan pesan dari Marco. Rasanya begitu menggelikan sekaligus menyenangkan mendapat perhatian Marco kembali. Ia lalu menelfon pria itu. Belum sampai bunyi sambungan kedua, pria di seberang sana sudah mengangkat.
"Halo." ucap suara di sebrang sana.
"Hai.." ucap Nita pelan.
"Kau sudah pulang, Nit?" Tanya Marco sedikit gerogi.
"He em. Baru sampai rumah." jawab Nita.
"Bagaimana liburan kalian?" tanya Marco sambil menekan emosi yang entah apa namanya dari kepalanya.
"Luar biasa. Kau tau, Steve memberiku tiga kejutan dalam satu hari." jawab Nita antusias.
Marco mendengus tak suka dan pendengaran Nita cukup tajam mendengar itu. "Ada apa, Co?" Tanya Nita sedikit bingung.
"Aku tak suka kau terlalu dekat dengannya. Kalian bahkan bermalam di villa."
Nita terdiam. Berpikir sejenak sebelum ia dapat menyimpulkan makna tersirat dari perkataan Marco barusan. Bolehkan ia menyebut itu sebagai cemburu. Nita tak dapat menampik perasaan senang yang menggelitik di perutnya.
"Kenapa kau tak suka, Co?" Tanya Nita memancing Marco. Marco terdiam. Benar, apa alasan dia tak suka Nita berdekatan dengan Steve. Nita hanyalah sahabatnya. Tidak lebih. Lalu apa hak dia melarang Nita untuk dekat orang lain.
"Tidak apa. Ya sudah. Aku tidur dulu. Kau juga tidurlah sana. Kau pasti sangat lelah kan?" Jawab Marco mengelak. Nita sedikit kecewa karena jawaban Marco.
"Sebenarnya yang paling lelah itu Steve." kata Nita membetulkan jawaban Marco.
"Oh iya. Nita" panggil Marco buru-buru sebelum Nita memutuskan panggilan. "Ya?"
"Apa kau besok mau jalan-jalan denganku?" Tanya Marco pelan. Nita bisa mendengar suara Marco walau terbilang cukup atau sangat pelan itu. Rasanya kupu-kupu beterbangan didalam perutnya.
"Tentu. Pulang sekolah?" Tanya Nita memastikan.
"Iya, pulang sekolah."
"Eh, lalu Sivi? Bagaimana kalau ia marah?" Tanya Nita saat wajah Sivi tiba-tiba terlintas di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT LOVE (SELESAI)
Teen FictionNita Amora, seorang gadis berusia 16 tahun yang jatuh cinta pada Marco sahabatnya sendiri yang ternyata juga tengah terpikat dengan sosok gadis lembut, Sivi. Namun seiring berjalannya waktu, Marco pun menyadari perasaannya pada Nita. Marco bahkan me...