Goodbye Juny.

275 23 0
                                    

Steve membuka pintu rumah dengan perlahan. Ia pulang cukup malam. Ia berjalan menuju dapur dan mengambil minuman. Belanjaan sudah ia letakkan di meja makan. Besok pagi biar Juny atau Nita yang menyusunnya. Sebenarnya Steve sudah selesai berbelanja dari sore tadi, tapi ia memilih untuk menghabiskan waktunya di cafe kecil yang berada dipersimpangan komplek ini. ia sangat malas untuk kembali ke rumah. Ia malas bertemu dengan Nita dan kembali mengingat kejadian di sekolah tadi.

Steve meletakkan gelasnya yang kosong. Ia menghela nafas lega. Steve menggaruk rambutnya yang tak gatal saat melihat ada piring yang berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya. Ia merasa tak enak karena melewatkan makan malam bersama dua gadis itu.Steve melepaskan jaketnya dan meletakkannya di gantungan. Ia berjalan menaikki tangga. Tujuannya saat ini adalah kamar Nita. Ia membuka perlahan kamar yang bertuliskan nama gadis itu.

Steve mendapati Juny yang telah tidur pulas di kasur berukuran besar milik Nita. Namun ia tak mendapati Nita di sebelah Juny. Steve membuka lebih lebar lagi pintu kamar Nita. Ternyata Nita sudah tidur di meja belajarnya.Pasti dia tadi sedang mengerjakan tugas yang tadi diberikan oleh guru saat ujian susulan berlangsung. Steve melangkah perlahan agar tak menggangu tidur mereka. Steve melihat buku yang ditimpa oleh kepala Nita. Ternyata Nita sedang mengerjakan soal matematika. Steve tersenyum kecil. Sangat kecil. Ia tahu betapa payahnya Nita dalam bidang mata pelajaran berikut. Ia tak dapat membayangkan wajah Nita yang penuh dengan peluh karena soal y ang berisikan angka-angka tersebut.Steve segera menggendong Nita dan meletakkannya di sebelah Juny. Dengan perlahan Steve menarik tangannya dari tubuh Nita agar tak membangunkan tidur kedua gadis itu. steve menatap perlahan wajah Nita yang tertidur pulas. Terlihat begitu tenang. Tangannya tanpa sadar terangkat mengelus pipi tembem itu. Steve tersenyum melihat Nita yang tak terganggu dengan sapuan halusnya. Dia ternyata tidur dengan sangat pulas. Namun Steve buru-buru menjauhkan dirinya.

"Aku harus menyelesaikan soal ini terlebih dahulu."

Steve lalu berjalan menuju meja belajar Nita. Tangannya mulai mengerjakan soal itu dengan telatan. Ia bahkan tak menyadari kalau malam telah semakin larut. Steve menguap seraya menutup buku yang telah ia kerjakan soalnya. Ia melihat jam yang melingkar manis di tangan kirinya. Ternyata hampir jam tiga pagi. Pantas saja matanya sudah sangat berat.Steve berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Ia melihat sekali lagi ke arah Nita. Setelah memastikan gadis itu tetap nyaman tidurnya, barulah Steve menutup pintu kamar. Setelah pintu itu tertutup, perlahan mata Nita terbuka. Menatap pada pintu yang baru saja ditutup. Semua orang tahu tatapan apa yang tersirat di bola pingpong itu. Tatapan penuh akan kerinduan.

***

"Aku akan naik motor ke sekolah." Nita menghentikan kunyahannya. Ia menatap Steve dengan mata yang membulat lebar. Juny juga sama kagetnya dengan uccapan Steve.

"Kenapa?" tanya kedua gadis itu kompak.

"Ada yang harus aku urus nanti. Sekalian aku akan memesan tiket pesawatmu nanti sepulang sekolah. Jadi Nita akan pulang bersamamu." Jelas Steve sambil tetap menyantap sarapannya.

Mulut Nita terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, namun segera ia tahan. Ia rasa ia tak bisa mengatakan itu sekarang. Sebaiknya nanti saja saat suasana hati Steve sudah membaik.

"Ada apa, Nit?" tanya Juny karena melihat Nita membuka mulutnya tadi.

Nita buru-buru menggeleng. Ia tersenyum meyakinkan Juny kalau memang tidak ada apa-apa. Ia langsung menyuapkan suapan terakhir ke dalam mulutnya sebelum meneguk habis susu sapi yang telah tersedia di sampingnya. Juny mengangguk saja melihat Nita memakan lahap sarapannya. Ia senang karena Nita begitu menikmati sarapan yang ia masak. Tapi ia tak tahu kalau Nita sama sekali tak dapat merasakan apapun dari setiap suapan yang masuk kedalam mulutnya.

SILENT LOVE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang