Komitmen dibuat untuk mempertahan suatu hubungan. Bisa saja kau bosan atau malah kau bertemu dengan sosok yang baru yang lebih membuatmu bahagia. Tapi saat itulah kau perlu memahami makna komitmen yang kau buat. Komitmen bertujuan untuk menyatukan orang yang berhubungan itu. Tak peduli sedarah atau tidak, yang terpenting kalian sudah diikat oleh hubungan. Untuk itu, Nita, cobalah ingat dengan setiap detik yang kalian lalui bersama, mungkin awalnya sulit untuk memaafkan Marco. Tapi bukan berarti kau tak mampu. Kau bisa, hanya saja kau menolak untuk memaafkannya. Kesalahan yang saat ini terjadi bukanlah hal yang gampang dimaafkan memang, tapi kau juga turut serta ambil andil kan? Jadi cobalah berbaikan dengan Marco.
"Steve, Nita mana?" Tanya Juny setelah menyelesaikan masakannya.
"Di kamarnya. Kenapa?" Tanya Steve balik.
"Aku tak melihatnya sepulang kalian dari bandara. Dia baik-baik saja kan?"
"Biasa sih dia baik. Tadi juga baik tampaknya." Jawab Steve lalu berjalan melintasi Juny.
Juny mengangguk. "Oh ya Steve, besok sore temani aku membeli tiket pulang ya."
Langkah Steve berhenti. "Bukankah kau akan pulang pertengahan bulan?"
"Iya. Tapi aku selalu memboking tiketku lebih dulu. Untuk berjaga-jaga." Jawab Juny.
Steve mengangguk. "Besok kami masuk sekolah. Kau mau ikut?"
Juny menggeleng. "Dasar idiot. Aku bukan murid sekolah itu. Mana mungkin aku akan kesana."
Steve terkikik. "Maksudku agar kau membantu membawa Nita. Kau bisa membawa mobil kan?"
"Tentu. Bahkan aku sudah memiliki SIM asal kau tahu saja." Jawab Juny bangga.
"Hm. Jadi besok bantu aku. Kau bisa menjemput kami sepulang sekolah nanti." Tambah Steve sebelum ia menaiki tangga.
"Baiklah. Dan jangan lupa untuk turun makan siang. Ini sudah pukul dua siang." Teriak Juny dari bawah.
Steve hanya menjawab dengan tangannya yang menyatakan ok.
***
Nita telah menyelesaikan fisioterapinya. Sekarang ia sedang menunggu Steve keluar dari ruangan Handro. Hari sudah hampir gelap dan ia sendiri. Nita menghela. Apa saja yang mereka bahas di dalam sana? Ia sudah bosan. Tidak ada teman yang bisa diajak bicara. Nita menatap kanan dan kirinya. Sedikit sepi. Mungkin karena sudah hampir malam. Di tengah kebosanannya, Nita merasa ada seseorang yang terus menatapnya. Ia membalikkan tubuhnya ke samping kanan. Tidak ada siapa-siapa disana. Tapi kenapa perasaanya tak tenang.
"Aku lebih baik menemui Steve di dalam."
Disaat ia akan memutar rodanya, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menahan. Nita terkejut melihat sosok itu berdiri di depannya. Wajah orang itu begitu kusut. Ia seperti memiliki banyak beban pikiran. Nita meringis melihat tangan yang sedikit mengurus itu. Apa yang terjadi pada pengkhianat ini?
"Hei." Dia menyapa Nita.
"Lepaskan. Aku mau menemui Steve." Nita berkata ketus.
Bukannya sakit hati, orang itu malah makin mengeratkan pegangannya pada kursi roda Nita.
"Apa-apaan sih kau. Lepaskan, Marco. Aku mau pergi." Nita meronta saat tangan Marco menarik tangannya.
"Nit, please. Tenanglah. Aku perlu bicara denganmu." Mohon Marco dengan wajah memelasnya.
Nita merasa lelah meronta pada Marco. Ini semua percuma. Marco lebih kuat dibandingkan dengannya. Apalagi saat ini kakinya tak bisa ia gerakkan.
"Gak ada yang perlu dibicarakan, Co. Semuanya udah selesai." Jawab Nita dengan wajah lesunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT LOVE (SELESAI)
Teen FictionNita Amora, seorang gadis berusia 16 tahun yang jatuh cinta pada Marco sahabatnya sendiri yang ternyata juga tengah terpikat dengan sosok gadis lembut, Sivi. Namun seiring berjalannya waktu, Marco pun menyadari perasaannya pada Nita. Marco bahkan me...