Forget Me!

310 26 2
                                    

Sangat sakit, ketika kau menyadari bahwa kau sudah dilupakan.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Steve panik setelah melihat Handro memasukkan stateskopnya ke dalam saku jas kerja.

Handro tersenyum, menenangkan Steve. "Tenanglah, boy. Dia baik-baik saja. Kepalanya hanya mengalami benturan kecil. Tidak ada cedera berat." Jelas Handro.

Steve menghela nafas lega. Akhirnya ia bisa tenang karena sudah mendengar ucapan Handro. Ia kemudian menatap ke arah gadis yang sedang terbaring tak sadarkan diri. Di kepala Juny melilit sebuah perban yang tak terlalu tebal. Ia merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Juny barusan.

"Syukurlah dia datang menyelamatkan Nita." Ucap Handro bersyukur.

Steve menganggukkan kepalanya setuju. "Paman benar." Timpal Steve.

"Apa kau mengenal gadis ini?" Tanya Handro pada Steve.

Dan Steve kembali mengangguk. "Iya, aku mengenalnya. Dia mantan kekasihku saat aku masih di London."

Handro kaget mendengarnya. "Wow, untuk apa dia kemari?"

"Menemuiku."

"Kenapa dia datang jauh-jauh ke sini kalau hanya untuk menemuimu?" Handro heran.

"Karna dia masih mencintaiku. Dia mengajakku balikan."

Handro tertawa terpingkal-pingkal. Oh astaga, gadis itu benar-benar sudah gila karena harus datang sejauh ini hanya untuk mengajak Steve balikan. Benar-benar bodoh. "Dia benar-benar nekat, ya." Kata Handro. "Lalu, kau menerimanya?" Tanya Handro lagi.

"Tidak. Karena aku tak mencintainya." Jawab Steve jujur.

Handro melotot. Astaga, keponakannya ini benar-benar kejam karena sudah menolak gadis itu. Terbuat dari apa hati Steve? "Kau kejam Steve." Sinis Handro.

Steve menggeleng tak terima. "Tidak. Sebenarnya dialah yang kejam. Dia memaksaku untuk menjadi kekasihnya padahal aku tak mau."

Handro kembali tertawa seraya memukul-mukul Steve. "Oh, ya Tuhan. Apa kau sebegitu tampannya sampai dikejar seperti itu?" Tanya Handro seperti mengejek Steve.

Steve tampak tak perduli. Ia lalu menyingkirkan tangan Handro sampai membuat pamannya hampir jatuh. "Kau keponakan yang durhaka."

"Dan kau paman yang tak waras. Tertawa sekuat itu membuatku jadi takut padamu." Sinis Steve.

Handro mencibir Steve. "Tapi, kau berhutang budi padanya karena sudah menyelamatkan Nita."

Steve mengangguk lesu. Handro benar, ia berhutang pada gadis itu. Seandainya saja, ia mendengar kata Nita yang menyuruhnya untuk tinggal sebentat, pasti ini semua tak akan terjadi. Orang asing itu tak akan bisa membuat kekacauan seperti itu. Mengingat orang asing itu membuat emosi Steve naik. "Rasanya aku ingin membunuh orang tadi." Geram Steve dengan tangannya yang sudah mengepal kuat seperti ingin meninju sesuatu. "Benar juga, kenapa orang itu ingin mencelakai Nita?" Tanya Handro yang di balas kedikan bahu Steve.

"Apa Nita punya musuh?" Tanya Handro lagi.

"Seingatku, Nita tak pernah memiliki musuh."

"Jadi kenapa orang itu ingin mencelakai Nita?" Gumam Handro.

Steve juga sama bingungnya dengan Handro. Tapi kalau dipikir-pikir,orang tadi itu memiliki postur tubuh seperti perempuan. Apalagi orang itu gesit sekali untuk menghindari ia dan Handro. Jika karena tak mengkhawatirkam Nita dan Juny, ia pasti sudah mengejar orang itu.

Cklek

Pintu terbuka dan memperlihatkan sebuah keluarga dengan sang suami yang mendorong kursi roda yang diduduki oleh putri mereka. Sedangkan sang istri mendorong tiang penyangga infus. Steve kaget karena mendapati Ica dan Rudi yang ada di sini. "Tante, om, kapan kalian sampai?" Tanya Steve saat mereka sudah masuk ke dalam.

SILENT LOVE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang