Karena sejujurnya, menjadi yang kedua bukanlah hal yang dapat dibanggakan.
Kring kring kring
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Nita mengemas barang-barangnya. Lalu menoleh ke arah Marco. "Ayo." Marco menarik tangan Nita keluar meninggalkan kelas.
Sivi menghela nafas panjang melihat kedua sosok itu melangkah keluar dari kelas. Rasanya sakit. Hei, siapa yang tidak cemburu jika pacarmu pergi dengan sahabat perempuannya? Itu wajar bukan. Walaupun pacarmu sudah pamit, tetap saja rasa marah itu ada. Steve tahu bagaimana sakitnya yang di rasakan Sivi. Tapi ia mencoba untuk tak perduli. Baru satu langkah kakinya berjalan, ia mendapati Sivi yang duduk lesu dengan pandangan mata menatap lurus ke lantai.
Steve menghela nafas pendek. Kakinya kembali ke tempat semula. Ia kemudian mendudukkan dirinya kembali. "Hei.."
Sivi mengangkat kepalanya saat dirasa ada yang memanggilnya. Tentu saja Sivi yakin, karna hanya ada dia dan Steve di kelas. "Ya?" Jawabnya lembut namun tak bisa menutupi rasa sedihnya.
"Ada apa Steve?" Sivi sedikit terkejut karena ini pertama kalinya pria itu menyapa dirinya.
"Mau pulang bareng?"
***
Kedua pasangan yang baru saja berpacaran itu menembus jalanan yang cukup ramai. Marco mengenderai motornya menuju salah satu mall terbesar di kota mereka. Setelah memarkir motornya, Marco lalu menggenggam tangan Nita, berjalan beriringan menuju bioskop yang ada di dalam mall. Setelah membeli tiket dan segelas popcorn, keduanya lalu masuk kedalam studio tersebut. Mereka memilih bangku yang letaknya di tengah. Tak berapa lama kemudian lampu di padamkan, dan filmpun diputar.
Nita menyandarkan kepalanya ke bahu Marco sambil menikmati popcornnya. Sesekali gadis itu akan menyuapi Marco dan sesekali juga tawa keluar dari mulut mereka karena adegan lucu dari film di depan. Nita bahkan menepuk lengan Marco jika adegan itu sudah kelewat lucu dan ia akan bersander di lengan Marco. Merekapun terkadang bertatap mata dan tersenyum. Lalu kembali lagi menonton.
"Co.." panggil Nita lembut.
"Yes, honey?"
"I love you."
"I love you moore." Marco lalu menanamkan sebuah kecupan di kening gadis itu.
Drt drt drt
Nita merasakan sebuah getaran saat memeluk Marco. "Handphone." ujar Marco seakan mengerti kebingungan Nita Marco mengambil ponselnya. Dilihatnya panggilan masuk dari kekasihnya, Sivi. Ia hanya diam, memandangi layar ponsel itu sampai mati lalu mengaktifkan mode pesawat. Setelah itu, ia menyimpan ponselnya ke saku celana jeans-nya.
"Kok gak di angkat?" Tanya Nita. Ia sudah tahu siapa yang menelpon pria itu karna melihat nama Sivi.
"Karna aku sedang denganmu."
Pipi Nita sontak memerah akibat perkataan Marco. Marco pun terkekeh melihat rona merah di wajah Nita walaupun pencahayaan di situ sangat minim. Sangat menggemaskan. Marco pun kembali memberikan ciuman di pipi Nita. Lalu menggenggam tangan Nita. Setelah selesai menonton, Marco mengajak Nita untuk berkeliling mall. Mana tahu mereka menemukan barang yang mereka sukai. Marco merangkul Nita. Membuat Nita merasa sangat bahagia. Ia lupa bahwa ia hanyalah pihak ketiga.
***
Steve meletakkan tasnya di bawah. Ia lalu kembali menegakkan badannya dan melihat gadis di depannya. Gadis itu menyeruput jus jerukny sampai habis setengahnya.
"Ah..." gadis itu merasa sangat lega setelah menghabiskan seperempat dari minumannya. "Terimakasih untuk traktirannya, Steve." Ucap gadis itu sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT LOVE (SELESAI)
Teen FictionNita Amora, seorang gadis berusia 16 tahun yang jatuh cinta pada Marco sahabatnya sendiri yang ternyata juga tengah terpikat dengan sosok gadis lembut, Sivi. Namun seiring berjalannya waktu, Marco pun menyadari perasaannya pada Nita. Marco bahkan me...